Scroll Untuk Membaca

Nusantara

Fahri Hamzah: Prabowo Paling Mungkin Jadi Presiden Rekonsiliasi

Fahri Hamzah: Prabowo Paling Mungkin Jadi Presiden Rekonsiliasi
Wakil Ketua Umum Gelora Indonesia, Fahri Hamzah .(ist)
Kecil Besar
14px

JAKARTA (Waspada): Wakil Ketua DPN Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Fahri Hamzah berharap pemilihan presiden (Pilpres) 2024 menjadi momentum untuk melakukan rekonsiliasi nasional. Terkait hal Ini, Ia pun menilai kalau calon presiden (capres) Prabowo Subianto lah yang dapat menjadi tokoh rekonsilasi nasional seperti yang terjadi di banyak negara.

“Semangat pada persatuan bangsa, jadi modal penting yang dimiliki Prabowo Subianto untuk bertarung pada Pilpres 2024,” ujar Fahri Hanzah saat bincang bincang dengan awak media di Jakarta, Jumat, (22/7/2023).

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Fahri Hamzah: Prabowo Paling Mungkin Jadi Presiden Rekonsiliasi

IKLAN

Wakil Ketua DPR RI Periode 2014-2019 ini juga menjelaskan, Ketua Umum DPP Partai Gerindra yang juga Menteri Pertahanan (Menhan) RI itu, merupakan tokoh sabar dan ikhlas dengan segala macam tuduhan yang pernah dilakukan kepadanya dalam 25 tahun terakhir. Tapi sekarang semua mulai berubah.

“Sebagai contoh, masuknya Budiman Sujatmiko mendukung Prabowo Subianto, menunjukan bahwa adanya niatan untuk menghentikan kecurigaan dan fitnah kepada Prabowo seperti selama ini ,” kata Fahri.

Bahkan, calon Legislatif (Caleg) Partai Gelora untuk daerah pemilihan atau Dapil Nusa Tenggara Barat I ini, menyamakan jalan politik Prabowo dengan Anwar Ibrahim yang kini menjadi Perdana Menteri (PM) Malaysia, juga Nelson Mandela dari Afrika Selatan.

Anwar Ibrahim, dalam perjalanannya menuju pucuk kepemimpinan di Malaysia sebagai perdana menteri, dijegal dengan berbagai tuduhan.

“Ia (Anwar Ibrahim) kemudian dihukum penjara selama bertahun-tahun di bawah kepemimpinan Mahathir Mohamad, yang juga pernah menjadi mentornya,” papar Fahri.

Kalau terkait kemiripan dengan Nelson Mandela, itu adalah karena Prabowo termasuk orang yang disalah pahami dan terus menerus untuk coba disingkirkan dari politik, sehingga dia membangun sendiri.

“Dan sekarang ini, waktunya dia untuk dipilih karena dia memiliki memori sejarah yang kuat tentang politik Indonesia, sehingga menjadi modal dia melakukan rekonsiliasi,” demikian Fahri Hamzah. (J05)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE