Scroll Untuk Membaca

Nusantara

Gedung Nusantara DPR RI Sampai Sekarang Masih Jadi Perbincangan Arsitektur

Gedung Nusantara DPR RI Sampai Sekarang Masih Jadi Perbincangan Arsitektur
Gedung Nusantara, dengan kubah hijaunya yang khas, pertama kali dibangun pada tahun 1965 dan selesai pada tahun 1968. Dirancang arsitek Friedrich Silaban dan RM Soedarsono, sampai sekarang masih jadi perbincangan arsitektur. (Waspada/ Dok Andy Yanto Aritonang)
Kecil Besar
14px

JAKARTA (Waspada): : Gedung Nusantara DPR RI yang lahir dari mimpi besar dengan menghadirkan tatanan dunia yang berkeadilan. Dibalik atapnya yang ikoniknya, tersimpan cerita tentang diplomasi, solidaritas global, dan perjuangan melawan ketidakadilan. Bangunan Gedung Nusantara DPR RI bukan sekadar bangunan fisik, melainkan simbol dari cita-cita global yang digagas oleh Presiden Soekarno pada masa-masa krusial pasca kemerdekaan,

“Setelah kita merdeka tahun 1945, masih banyak bangsa-bangsa lain di Asia dan Afrika yang belum merdeka. Indonesia yang sudah lebih dulu merdeka, merasa terpanggil untuk memikirkan mereka. Maka, dari semangat itulah lahir Konferensi Asia-Afrika ( KAA) dan kemudian berkembang menjadi gagasan CONEFO,” ungkap Anggota Komisi X DPR RI Bonnie Triyana saat membuka seminar nasional bertajuk “Dari CONEFO menjadi Rumah Rakyat: Gedung DPR RI sebagai Cagar Budaya Nasional” di Gedung Nusantara, Senayan, Jakarta, Rabu (23/7/2025).

Dalam seminar ini juga menghadirkan nara sumber diantaranya Anggota Tim Ahli Cagar Budaya Nasional AR. Endy Subijono, IAI dan Arsitek/ Dosen Unviversitas Pancasila DR.Ir. Yuke Ardhiati, M.Y. Sementara bertindak sebagai moderator Penggerak Ekosistim Museum Karina Mintahir

Menurut Bonnie, yang juga sejarawan ini , konferensi (KAA) dirancang bukan sekadar forum, melainkan manifestasi dari cita-cita untuk menciptakan dunia ketiga yang mandiri, seimbang, dan tidak tunduk pada dominasi dua blok besar, yakni Blok Barat dan Timur, yang kala itu membelah dunia. Namun, peristiwa politik pada tahun 1965 mengubur impian itu sebelum sempat diwujudkan.

                       Jaga Warisan, Hidupkan Gagasan

Menurut Bonnie, meski fungsi telah berubah, semangat di balik pembangunan gedung ini harus tetap menyala. Jika dahulu Bung Karno memimpikan dunia tanpa penindasan, maka kini menjadi rumah rakyat, dimana para wakil rakyat menyuarakan kepentingan rakyat.

“Rumah rakyat mestinya meneruskan gagasan itu. Kalau dulu Bung Karno memimpikan dunia yang tanpa penindasan, maka hari ini parlemen harus menjadi tempat suara-suara yang anti penindasan terhadap rakyat,” jelasnya.

Ia pun menyadari tantangan yang dihadapi bukan hanya menjaga nilai sejarah, namun juga bagaimana ide besar itu terus menjadi sumber inspirasi. Apalagi, desain bangunan yang telah berusia lebih dari 50 tahun ini masih diakui keunggulannya oleh para arsitek.

“Desainnya sangat futuristik. Dibangun tahun 60-an, tapi sampai sekarang masih menjadi perbincangan arsitektur. Ini bukti bahwa arsitekturnya membaca masa depan,” ungkapnya.

Soal bentuk arsitekturnya kepakan sayap, Bonnie menyikapinya dengan terbuka. Ia menjelaskan penafsiran tersebut tidak pernah muncul dalam desain awal, namun lahir dari diskusi publik sebagai interpretasi kreatif. Dengan demikian, gedung ini tidak hanya berdiri sebagai penanda fisik, tetapi juga menjadi ruang yang hidup, yang mana membuka ruang narasi, tafsir, dan ide-ide bertumbuh dan berkembang.

Dia menegaskan pentingnya bagi seluruh pemangku kepentingan untuk melihat gedung DPR bukan sekadar tempat kerja para legislator, akan tetapi sebagai monumen peradaban dan simbol perjuangan bangsa. Dengan kata lain, warisan sejarah bukan hanya untuk dikenang, namun dilindungi dan ditumbuhkan.

Perlu diketahui, Gedung Nusantara, dengan kubah hijaunya yang khas, pertama kali dibangun pada tahun 1965 dan selesai pada tahun 1968. Dirancang oleh arsitek Friedrich Silaban dan RM Soedarsono, bangunannya kini menjadi pusat kegiatan lembaga legislatif dan dikenal luas sebagai simbol utama demokrasi Indonesia. (j05)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE