JAKARTA (Waspada): Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengingatkan bahwa kondisi pertumbuhan ekonomi dunia masih fluktuatif, bahkan bisa
lebih rendah dari ekspektasi awal di beberapa negara maju.
diperkirakan lebih rendah dari ekspektasi awal. Pertumbuhan yang lebih rendah terjadi di Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
Dia melihat pasar keuangan global, terutama di Amerika Serikat (AS) dan Eropa, masih menunjukkan ketidakpastian.
“Kalau kita lihat negara maju tahun ini pertumbuhannya rendah hanya 1,1 persen, seperti di AS hanya 0,9% dan kawasan Eropa 0,8 persen. Risiko-risiko resesi masih berlangsung tapi akan membaik tahun depan,” ujarnya dalam rapat kerja Komisi XI dengan Pemerintah, Senin (5/6/2023), di Jakarta.
Adapun, pertumbuhan negara-negara ASEAN +5 diperkirakan lebih baik dan diproyeksi tumbuh 5,1 persen pada 2023. Kemudian ekonomi ASEAN akan melesat 5,5 persen pada 2024.
Sementara itu, India diperkirakan akan mengalami perbaikan ekonomi dan tumbuh 6,2 persen pada tahun ini. Permintaan domestik di India juga tumbuh kuat sejalan dengan kegiatan ekonominya.
Dengan demikian pertumbuhan ekonomi global mencapai 2,7% pada 2023 dan 2,8 persen pada 2024. BI mencatat inflasi global diperkirakan akan melandai, terutama di negara berkembang.
Penurunan inflasi di negara berkembang terjadi lebih cepat. Sayangnya, inflasi untuk negara maju diperkirakan lebih lambat.
“Termasuk AS ada keendeurngan suku bunga kebijakan moneter tetap tinggi dalam waktu lama atau yang sering kita sebut higher for longer,” tegas Perry.
Untuk tahun ini, Perry memperkirakan pertumbuhan ekonomi global bisa mencapai 2,7 persen dan naik menjadi 2,8 persen tahun 2024.
Menurutnya pertumbuhan ekonomi global sejauh ini utamanya masih ditopang oleh pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang di Asia seperti China hingga India.
Berdasarkan pengamatan BI, meningkatnya perekonomian di kedua negara tersebut sejalan dengan meningkatnya permintaan domestik dan turunnya inflasi pasca meredanya dampak pandemi Covid-19. (J03)