JAKARTA (Waspada): Hasrat artis dan pesohor menjadi anggota DPR, meskipun merasa sudah punya modal sosial dari penggemarnya, namun tetap menganggap semua daerah pemilihan (dapil) neraka.
Persaingan merebut suara tidak saja dari caleg partai lain, tetapi persaingan sesama artis merebut suara juga pasti terjadi.
Pernyataan itu disampaikan para artis dan pesohor yang menjadi calon anggota legislatif (caleg) dalam diskusi Dialektika Demokrasi, Caleg Artis Dobrak Hegemoni Politik, di Media Center DPR RI, Jakarta Selasa (11/7).
Mereka yang hadir dalam diskusi itu Anggota DPR Fraksi PKB Arzeti Bilbina (pragawati),
caleg Partai Solidaritas Indonesia Diadbadai Hollo musikus (mantan personil Kerispatih) dan caleg Partai Gelora Ratih Sanggarwati (pragawati senior).
Bagi Arzeti Bilbina, pencalegan itu merupakan momen yang sangat baik, karena partai politik tertarik dengan pekerja seni.
Menurut dia, kalau kita melihat beberapa priode lalu pekerja seni merupakan daya tarik tersendiri, karena mungkin kalau kita bicara mengenai pemilihan legislatif (Pileg) itu ada tiga poin yang harus diperhatikan yakni; dikenal, disuka dan dipilih.
Ketiga point itu sudah dimiliki oleh pekerja seni atau artis. Dengan sendirinya, ketika mereka masuk dalam ranah politik, mereka harus full untuk turun ke dapil. Bertemu konstituen agak lebih mudah boleh dibahasakan seperti itu, tidak menutup tokoh-tokoh masyarakat juga.
Daya tarik seorang artis itu lebih mudah. Layaknya semut gampang untuk dikerubutin oleh masyarakat, sehingga merupakan nilai jual ketika partai politik memilih, meminta para pekerja seni untuk menjadi bagian dalam memenangkan kontestan, baik itu legislatif atau kepala daerah.
“Ketika pekerja seni terpilih dia harus menjadi pelayan masyarakat. Aku Bismilah aja meskipun dapilku neraka,”ungkap Arzeti yang juga caleg PKB Jawa Timur (Jatim) I.
Ratih Sanggarwati yang juga mantan Anggota DPR RI Fraksi PPP mengatakan, mungkin penyanyi berbeda pengalamannya dengan kami para peragawati ini, tetapi yang paling penting adalah kami beruntung, bahwa ketika di tangga nama kami sudah di tangga ke 6, tinggal mencapai tangga 7-8-9 dengan konten dan mawas diri serta kepandaian diri, yang berhubungan dengan komisi yang akan kita jalani.
‘Pengalaman saya ketika itu 18 bulan, dari 2018-2019 di Komisi X, sungguh menjadikan sesuatu yang bisa saya sampaikan kepada masyarakat, bahwa waktu itu kami membawa beasiswa, itu yang kami sampaikan kepada masyarakat.
“Kalau nanti ada di Komisi X ada 30.000 beasiswa kita bisa sampaikan kepada masyarakat,”ujar Ratih bersemangat.
Jadi para teman-teman, saya sendiri terutamanya, tidak boleh malas mengisi konten diri, kalau memang umpamanya nanti komisi IV, dicari di komisi IV apa saja yang bisa konek dengan pemilih, sehingga dengan begitu ketika Mas Badai umpamanya, bernyanyi itu sudah merebut setengah dari audience,”ungkap Ratih yang nanti akan bersaing dengan Krisdayanti di dapilnya.
Bagi Diadbadai Hollo dirinya mau masuk dunia politik ceritanya sedikit historikal.
“Kalau dibilang saya sudah cukup aman sebagai anak band, sebagai pencipta lagu yang puji tuhan sampai hari ini lagu saya masih terekspos dengan baik, bahkan sampai di panggung-panggung. Sekarang juga masih dimainkan tetapi ternyata bagi seorang Badai yang menjadi musisi sukses itu tidak cukup, kenapa tidak cukup karena kesuksesan itu harus diimpartasikan kepada generasi,”katanya.
Salah satu alasannya terjun ke politik, bahwa seniman dalam hal ini musisi, pencipta lagu, kemudian ada banyak sekali stakeholder musik ini masih hidup di bawah garis yang bisa dibilang tidak sejahtera.
Bisa dibilang tidak mendapatkan perlakuan yang adil dan di sini negara memang kurang adil untuk seniman, ungkapnya.
“Apakah negara terlalu hati-hati untuk melakukan peraturan pelaksana atau memang ada ketidak pedulian dari negara terhadap dunia seni. Apakah isu-isu musik tidak cukup seksi dibanding isu korupsi, jadi saya bilang bahwa saya memutuskan untuk masuk dunia politik adalah sebuah pergumulan berat, karena Ibu saya terus terang tidak suka dengan dunia politik, Ibu saya selalu bilang bahwa kamu main band aja lagu-lagu kamu udah dinikmati banyak orang, kamu udah cukup mendapatkan penggemar yang cukup fanatik dengan lagu-lagu kamu, tuturnya.
Tetapi saya bilang sama ibu saya, Ibu saya hadir di Indonesia ini bukan hanya sebagai musisi tapi menjadi perpanjangan tangan bagi teman-teman saya yang ada di dunia musik, suka atau tidak suka dunia musik perlu wajah baru, perlu banyak seniman di parlemen, supaya apa supaya bisa memutuskan kebijakan-kebijakan baru di dalam regenerasi politik.
Bagi saya, akhirnya memutuskan untuk masuk ke kebetulan saya diminta oleh Partai Solidaritas Indonesia yang saya nilai sebagai partai anak muda dan memberikan kesempatan bagi calon negarawan-negarawan muda untuk melakukan perubahan bangsa ini, tutur Badai.(j04)