Laporan Haji: Muhammad Ishak
MAKKAH (Waspada): Isu yang berkembang di media sosial (medsos) terkait jamaah calon haji (calhaj) tidak mendapatkan konsumsi selama puncak haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armina) adalah isu yang tidak benar alias hoaks.
“Ada isu yang berkembang bahwa jemaah tidak mendapatkan konsumsi saat Armina. Itu sama sekali tidak benar alias hoaks,” kata Staf Khusus Menteri Agama RI Bidang Media dan Komunikasi Publik, Wibowo Prasetyo, di Kantor Urusan Haji Indonesia, Makkah, Arab Saudi, Kamis (22/6).
Menurutnya, informasi tersebut menyesatkan dan akan berdampak terhadap kegaduhan jemaah, karena lamanya Armina mencapai lima hari. “Jauh-jauh hari PPIH Arab Saudi, sudah menyampaikan bahwa jemaah haji tetap mendapatkan konsumsi merupakan sarapan pagi, makan siang dan makan malam selama Armina,” tegas Wibowo.
Dia mengatakan, jemaah tidak mendapatkan konsumsi hanya tiga hari sebelum dan setelah Armina. “Jemaah tidak mendapatkan konsumsi 7 Dzulhijjah, 14-15 Dzulhijjah atau 25 Juni dan 2-3 Juli. Sedangkan saat Armina jemaah tetap mendapatkan konsumsi mulai 8 Dzulhijjah sampai 13 Dzulhijjah,” tegas Wibowo, seraya menyebutkan, dihentikan konsumsi selama tiga hari itu akibat kepadatan mobilisasi jemaah berangkat dari Makkah ke Arafah dan saat kembalinya jemaah dari Mina ke Makkah.
Dalam pertemuan dengan puluhan wartawan yang tergabung dalam Media Center Haji (MCH) itu, Wibowo berharap jemaah tetap tenang menghadapi Armina. “Jangan hanya perlu menyimpan tenaga dan menjaga kesehatan serta melakukan aktivitas yang melelahkan, sehingga saat di Armina nanti benar-benar sehat hingga selesai tahapan haji,” harapnya.
Ditambahkan, puncak ibadah haji 1444 hijriyah/2023 masehi telah diambang pintu. Seluruh jemaah akan melaksanakan wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah dan Mina (Armina). Tantangan paling berat adalah cuaca panas dan layanan yang harus diprioritaskan terhadap jemaah lansia. “Tantangan penyelenggaraan haji tahun ini cukup berat,” kata Wibowo.
Tantangan dimaksud adalah adanya kebijakan pemerintah dalam memprioritaskan jemaah lansia dengan angka mencapai 30 persen dari total jemaah Indonesia. “Sekitar 67.000 jemaah haji tahun ini usianya sudah lanjut yakni diatas 65 tahun, sehingga butuh penanganan serius,” kata Wibowo.
“Kebijakan pemerintah dalam mengakomodir jemaah lansia mencapai 30 persen ini adalah kebijakan yang sangat bagus, sehingga jemaah lansia yang sudah menunggu bertahun-tahun dapat berhaji,” sebutnya.
Angka jamaah lansia itu sangat besar dibandingkan dengan jumlah petugas yang tersedia. Kendati demikian, diharapkan seluruh petugas semua layanan untuk bersinergi dan saling membantu mensukseskan puncak haji, khususnya mengawasi dan membantu jemaah lansia.
Semua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, yang telah ditempatkan di Arafah, Muzdalifah dan Mina, untuk tidak menyerah dan terus berjuang bersama membantu jemaah dalam menyelesaikan rukun Islam yang kelima.
“Anggap jemaah haji lansia ini adalah orangtua kita yang sedang berhaji. Kita bantu mereka melaksanakan rukun Islam kelima, insha Allah kita akan mendapatkan pahala sebagaimana pahala haji jemaah yang kita bantu,” timpa Wibowo.
Dia juga mengimbau kepada Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umroh (KBIHU) untuk tidak mengajak jemaah haji melaksanakan ibadah-ibadah sunah menjelang puncak haji. “KBIHU untuk tidak memaksakan jemaah melaksanakan ibadah sunnah seperti umrah sunnah, karena jemaah perlu menyimpan tenaga untuk puncak haji,” pungkas Wibowo. (b11)












