KISARAN (Waspada): Rencana pembangunan Kawasan Rempang Eco City, mengakibatkan penduduk asli Rempang, Batam, Kepulauan Riau, yang mayoritas suku melayu direlokasi, dan hal ini dinilai akan mengulangi sejarah seperti Singapura, karena pembangunan penduduk asli tersingkir.
Ketua PD Gerakan Angkatan Muda Melayu Indonesia (GAMMI) Kab Asahan OK Mohd Rasyid, (foto), saat berbincang dengan Waspada, Rabu (13/9), menuturkan bahwa pemerintah harus lebih bijak dalam menjalankan membangun dengan memperhatikan aspek kehidupan masyarakat, jangan hanya untuk mendatangkan investor dan mendapatkan keuntungan, sehingga masyarakat yang menjadi korban.
“Jangan jadikan Rempang seperti Singapura, karena saat ini di Singapura masyarakat asli melayu tersingkir dari tanah kelahirannya atas nama pembangunan industrial,” jelas OK.
Akibatnya, karena ambisius pemerintah dengan alasan untuk membangun masyarakat jadi korban dan terjadi perpecahan yang berujung dengan bentrokan antara masyarakat dengan aparat gabungan TNI, Polri, dan Ditpam Badan Pengusahaan (BP) Batam, dan bahkan ada masyarakat yang menyuarakan aspirasinya ditangkap. Hal ini dikarenakan tidak bijaknya pemerintah dalam menyelesaikan masalah sehingga bentrokan terjadi.
“Tindak kekerasan terjadi, korban berjatuhan baik itu dari masyarakat, dan aparat penegak hukum,” jelas OK.
Oleh sebab itu, kata OK, melalui PD GAMMI Asahan bersama masyarakat melayu akan melakukan aksi di Asahan pada Jumat (15/9) untuk meminta pemerintah pusat untuk lebih bijaksana dengan menghentikan segala cara bentuk intimidasi kepada warga Melayu di Rempang. Sehingga aspirasi masyarakat bisa diterima tanpa menimbulkan kekerasan.
“Kita juga meminta kepada PB MABMI Pusat dibawah pimpinan Dato Seri H. Syamsul Arifin, agar melakukan tindakan untuk menghimpun warga melayu di Sumut memberikan gerakan moral dan pernyataan sikap dengan kejadian di Rempang,” jelas OK.
OK juga meminta pemerintah untuk memperhatikan masyarakat sekitar, bukan malah menyingkirkannya dengan alasan pembangunan dengan mendatangkan investor.
“Kita menginginkan menjadi tuan di negara sendiri, bukan dipinggirkan,” jelas OK. (a02/a19/a20)
Baca juga: