Scroll Untuk Membaca

Nusantara

KERABAT BKKBN Beri Tips Kenali Luka Psikologis Orangtua

KERABAT BKKBN Beri Tips Kenali Luka Psikologis Orangtua
BKKBN menyelenggarakan "KERABAT" Edisi Hari Keluarga Nasional ke-31 Tahun 2024 dengan tema ”Kenali Luka Psikologis Orangtua: Hadirkan Keluarga Penuh Cinta”, secara hybrid di Youtube BKKBNOfficial, di Semarang, Jawa Tengah, Rabu (26/06/2024). Waspada/Hasriwal AS
Kecil Besar
14px

SEMARANG (Waspada) : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyelenggarakan Kelas Orangtua Hebat (KERABAT) Edisi Hari Keluarga Nasional ke-31 Tahun 2024 dengan tema ”Kenali Luka Psikologis Orangtua: Hadirkan Keluarga Penuh Cinta”, berlangsung secara hybrid di Youtube BKKBNOfficial, di Semarang, Jawa Tengah, Rabu (26/06/2024).

Mewakili Kepala BKKBN dr. Hasto, Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN RI, Nopian Andusti SE, MT, dalam sambutannya mengatakan bahwa para orangtua harus bisa mengenali dan memahami dirinya sendiri dulu, termasuk mengenali dulu luka psikologis yang dialaminya sebelum melakukan pengasuhan pada anak-anaknya.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

KERABAT BKKBN Beri Tips Kenali Luka Psikologis Orangtua

IKLAN

“Perlu bagi orangtua untuk mengenali dan memahami dirinya sendiri, termasuk mengenali luka psikologis yang pernah dialami yang mungkin secara tidak langsung mempengaruhi sikap dan perilaku dalam pengasuhan sehari-hari,” jelasnya.

Menurutnya, apabila orangtua atau ibu tidak mampu mengenali dirinya sendiri, mengenali luka psikologis yang pernah dialami dan menyebabkan trauma atau pengasuhan yang buruk di masa lalu akan berpengaruh terhadap konsep dirinya.

“Konsep diri menjadi negatif sehingga muncul sikap negatif yang mencerminkan orangtua yang gagal dan menyerah dalam mendidik dan mengasuh anak, mengabaikan nasihat positif dan tidak berupaya lebih keras lagi untuk kebahagiaan dan kesejahteraan anak,” tambah Nopian.

Sementara itu, Pj Ketua TP PKK Provinsi Jawa Tengah, Dra. Shinta Nana Sudjana, yang juga hadir dalam acara tersebut memaparkan bahwa setiap orang memiliki pengalaman di masa kanak–kanak yang bisa jadi membekas.

“Pengalaman-pengalaman membekas tinggal di dalam diri seseorang, belum terselesaikan dan terbawa hingga dewasa. Yang dikhawatirkan apabila pengalaman yang membekas itu adalah pengalaman yang kurang menyenangkan, baik itu disadari maupun tidak,” terang Shinta.

Ia menghimbau para orangtua dapat mempelajari bersama mengenai hal ini. Sehingga mereka bisa introspeksi diri, mengenali kembali diri sendiri, kemudian memperbaiki hal tersebut dan menjadi pribadi yang lebih baik.

“KERABAT seri ini dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman kader Bina Keluarga Balita (BKB) dan peserta mengenai Inner child atau problem kesehatan mental lainnya. Sehingga peserta maupun kader, terutama kader BKB, dapat mengetahui dan menindaklanjuti apabila diri sendiri maupun orang sekitar mengalami luka psikologis pada dirinya,” ujarnya.

Ia berharap nantinya akan terwujud keluarga yang sehat dan penuh dengan cinta kasih. Tidak hanya sehat secara fisik, namun juga sehat secara mental.

Kunci Kebahagiaan Anak

Dalam materinya, Sukmadiarti Perangin-angin, M. Psi, psikolog dari Founder Parenting School Indonesia, menjelaskan bahwa kunci kebahagiaan anak adalah orangtua yang bahagia.

“Kunci ayah dan ibunya harus bahagia dulu karena bagaimana menularkan kebahagiaan sementara kita tidak bahagia. Anak kita akan terhambat potensinya. Padahal tidak ada anak yang tidak pintar. Tiap anak terlahir fitrahnya potensinya unggul semua. Hebat, sehat, baik,” imbuhnya.

Luka psikologis yang dialami, katanya, harus dikenali. “Ketika kita bercerita atau mengingat sesuatu peristiwa, ada rasa yang berbeda di tubuh kita. Misalnya, kekhawatiran bisa menimbulkan reaksi di tubuh seperti mata yang berkaca-kaca, atau kalau kita merasa marah reaksi dada yang berdebar,” jelasnya.

Artinya, tubuh memberikan sinyal ketika ada yang tidak baik pada kondisi jiwa orangtua. “Kalau tubuh sudah kasih sinyal jangan diabaikan tapi disambut dulu,” tambahnya.

Sukmadiarti memberikan rumus mencapai keluarga penuh cinta dengan menjadi pribadi yang bahagia terlebih dulu. Karena ketika bahagia, seorang ibu atau ayah bisa berperilaku penuh cinta. Sehingga orang lain bisa merasakan ketulusan maupun cintanya lewat ucapan, perbuatan, pelayanan yang diberikan.

“Kalau kita sudah selesai menjadi diri sendiri yang bahagia, maka dampaknya memiliki pernikahan yang bahagia. Komunikasi dengan suami lancar, harmonis, langgeng,” ujarnya.

Setelah pernikahannya bahagia, anak akan tumbuh sehat dan ceria. Bila ayah ibu bertengkar, ini akan menimbulkan trauma atau luka psikologis.

“Kalau tujuan menyayangi anak kita, mencintai anak kita, maka rawatlah pernikahan kita. Karena sumber kebahagiaan anak adalah ketika orangtuanya bahagia dan harmonis. Maka, akan lahir keluarga penuh cinta,” katanya.

Kelas Orangtua Hebat (KERABAT) Edisi Hari Keluarga Nasional ke-31 Tahun 2024 juga dihadiri keluarga yang memiliki balita; Assistant Vice Presiden Product/Operations Primaku dr. M. Gilang Edi, BMedSci (Hons); Ketua Yayasan Samudra Ilmu Semarang Dedy Andrianto; Perwakilan BKKBN Provinsi se-Indonesia; OPDKB se-Indonesia; PKB/PLKB, TPK, Kader BKB dan Kader BKB Persit Kartika Candra Kirana.(j01)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE