JAKARTA (Waspada): Peningkatan aksesibilitas dan konektivitas sebagai syarat utama pengembangan sektor pariwisata penting, termasuk di Kalimantan Utara (Kaltara). Tanpa perbaikan infrastruktur transportasi, potensi wisata Kaltara akan sulit berkembang.
“Kita melihat salah satu tantangan utama pengembangan pariwisata di Kaltara adalah aksesibilitas. Untuk sampai ke sini saja butuh effort (upaya) tersendiri. Ini yang harus kita dorong ke depan. Bagaimana penerbangan ke sini bisa lebih mudah, konektivitas antar wilayah terbangun, dan hospitality juga perlu ditingkatkan,” kata Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Lamhot Sinaga saat kunjungan kerja reses, ke Tanjung Selor, Kamis (19/6/2025).
Menurut Lamhot Sinaga, sebagai provinsi yang masih tergolong muda (13 tahun setelah dimekarkan), Kaltara membutuhkan dukungan dari pemerintah pusat dalam membangun sarana prasarana penunjang sektor pariwisata. Hal tersebut akan menjadi fokus Komisi VII dalam mendorong kementerian terkait untuk lebih memperhatikan wilayah ini.
“ Komisi VII akan terus mengawal agar konektivitas ke daerah ini menjadi prioritas pembangunan nasional,” ujar Lamhot Sinaga.
Pariwisata Miliki Nilai Ekonomi Besar
Sementara anggota Komisi VII DPR RI Muhammad Hatta menambahkan sektor pariwisata memiliki nilai ekonomi yang sangat besar jika dikelola dengan serius. Menurutnya, investasi yang relatif kecil, mampu menghasilkan dampak berlipat ganda terhadap pendapatan daerah, termasuk bagi Kaltara yang saat ini tengah gencar mengembangkan potensi wisatanya.
“Sektor pariwisata itu leveraging-nya luar biasa. Kalau diinvestasikan satu miliar, itu bisa kembali seratus kali lipat. Di negara-negara maju seperti Singapura dan Malaysia yang sudah punya tourism board, potensi pengaliannya bisa sangat besar,” ujar Hatta yang juga tutur dalam kunjungan kerja Komisi VII DPR RI tersebut.
Dia mencontohkan bagaimana alokasi dana pariwisata secara nasional yang mencapai Rp3,6 triliun dapat menghasilkan kontribusi sebesar Rp260 triliun terhadap perekonomian nasional. Menurutnya, rasio tersebut menunjukkan potensi yang sama dapat terjadi di daerah, termasuk di Kaltara.
“Artinya ada pengembalian hingga 60 kali lipat. Saya kira di Kalimantan Utara juga bisa seperti itu, karena potensinya sangat lengkap, ada daratan, laut, dan sungai. Tinggal bagaimana keseriusan pemerintah daerah dan seluruh stakeholder mengelola sektor ini,” jelas Hatta.
Ia menambahkan, pariwisata tidak hanya berkontribusi pada peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), tetapi juga menjadi penggerak sektor lain seperti UMKM, ekonomi kreatif, dan transportasi.
Pada kesempatan itu Gubernur Kalimantan Utara Zainal Arifin Paliwang menegaskan bahwa persoalan konektivitas merupakan hambatan nyata dalam pengembangan potensi wisata daerahnya. Ia mengapresiasi kunjungan langsung Komisi VII DPR RI yang telah merasakan sendiri sulitnya akses menuju Tanjung Selor.
“Dari Komisi VII sudah merasakan bagaimana susahnya untuk sampai ke sini. Tadi butuh hampir 12 jam perjalanan. Tanpa konektivitas, mustahil destinasi wisata kita bisa dijangkau. Karena itu, kami berharap Komisi VII bisa menyampaikan langsung kebutuhan ini kepada kementerian mitranya,” ujar Zainal.
Selain itu, Gubernur juga menyoroti kurangnya promosi sebagai faktor lain yang membuat potensi wisata Kaltara belum dikenal luas. Ia mencontohkan berbagai destinasi unggulan seperti gua alam, hutan tropis, dan pohon-pohon besar yang menjadi kekayaan khas Kaltara. (J05)