JAKARTA (Waspada): Dukungan masyarakat Persaudaraan Borneo Gemilang untuk Ketua DPD La Nyalla Mattalitti maju sebagai calon presiden (capres) merupakan hal lumrah dalam negara demokrasi.
Indonesia yang menganut demokrasi, rakyatnya tentu berhak untuk mendukung dan didukung sebagai capres. Hal itu juga berlaku untuk La Nyalla.
Hanya saja, dukung mendukung yang mengemuka di Indonesia kerapkali hanya dipermukaan. Hal itu terjadi karena politik mobilisasi masih dominan di tanah air.
Karena itu, banyaknya deklarasi terhadap La Nyalla bukan berarti sebagai bukti besaran dukungan terhadapnya. Bisa jadi deklarasi itu hanya diinisiasi segelintir orang tapi mereka mampu memobilisasi banyak orang. Akibatnya, deklarasi terlihat wah yang mempertontonkan seolah-olah dukungan yang besar terhadap La Nyalla, kata pengamat komunikasi Universitas Esa Unggul M. Jamiluddin Ritonga dalam keterangan tertulisnya yang diterima, Senin (21/2/2022), di Jakarta.
Namun dukungan demikian, menurut Jamiluddin Ritonga, tidak terlihat pada elektabilitas La Nyalla. Praktis hasil survei dari beberapa lembaga survei yang kredibel, elektabilitas La Nyalla tidak ada sama sekali. Ini artinya, keterpilihan La Nyalla memang tidak ada.
Padahal, La Nyalla sebagai Ketua DPD sudah berkeliling Indonesia, namun elektabilitasnya tidak terkerek sama sekali. Ini artinya, sosok La Nyalla memang tidak punya nilai jual untuk jadi capres.
Jadi, meskipun ada dukungan terhadap La Nyalla, tapi peluangnya untuk maju capres tampaknya sangat kecil. Perkiraan ini tentu berlaku bila capres mempersyaratkan presidential threshold 20 persen.
Namun, bila MK nantinya meniadakan presidential threshold, maka peluangnya jadi capres lebih terbuka. Sebab, La Nyalla punya finansial yang cukup untuk maju sebagai capres. Namun demikian, peluang La Nyalla untuk menang tampaknya sangat kecil, tukas M. Jamiluddin Ritonga. (J05)