Nusantara

Mapala Leuser USK Jadi Tim Pertama Masuk ke Desa Bergang, Kemdiktisaintek Apresiasi Respons Cepat Kampus

Mapala Leuser USK Jadi Tim Pertama Masuk ke Desa Bergang, Kemdiktisaintek Apresiasi Respons Cepat Kampus
Kemdiktisaintek mendorong seluruh perguruan tinggi di Indonesia untuk memperkuat dukungan terhadap wilayah terdampak melalui bantuan kesehatan, logistik, layanan darurat, hingga dukungan psikososial.
Kecil Besar
14px

JAKARTA (Waspada.id): Tim Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Leuser Universitas Syiah Kuala (USK) menjadi kelompok pertama yang berhasil menembus akses terputus menuju Desa Bergang, Kecamatan Ketol, Aceh Tengah, setelah wilayah tersebut tujuh hari terisolasi akibat banjir bandang dan longsor pada 26 November 2025.
Plt. Juru Bicara Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek), Hanifah Siregar, menyatakan apresiasi atas langkah cepat relawan mahasiswa yang bergerak ke wilayah terisolasi.

“Upaya Mapala Leuser USK menunjukkan bahwa perguruan tinggi memiliki kemampuan nyata untuk hadir dalam situasi darurat. Ini merupakan contoh konkret bagaimana komunitas kampus berperan dalam penyelamatan warga dan pemulihan awal pascabencana,” ujarnya dalam keterangannya, Senin (8/12/2025).

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

Hanifah menegaskan bahwa Kemdiktisaintek mendorong seluruh perguruan tinggi di Indonesia untuk memperkuat dukungan terhadap wilayah terdampak melalui bantuan kesehatan, logistik, layanan darurat, hingga dukungan psikososial.

“Respons cepat seperti ini adalah bagian dari kebijakan Diktisaintek Berdampak, yang memastikan kampus mampu memberikan kontribusi langsung bagi masyarakat,” katanya.

Sejumlah desa di Kecamatan Ketol, termasuk Bergang, Karang Ampar, dan Pantan Reuduek, masih terputus dari jalur darat. Sedikitnya 14 titik longsor menimbun jalan dan jembatan, membuat kendaraan tidak dapat melintas dan bantuan udara terbatas. Ratusan warga kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan, sementara akses kesehatan terhenti total.

Pada 4 Desember, tim Mapala Leuser USK bersama warga menempuh perjalanan ekstrem selama enam jam dari Posko Tepin Mane. Relawan harus menyeberangi sungai menggunakan sling darurat, berjalan melalui jalur hutan dan tebing rawan longsor, serta melintasi jembatan darurat dari tiang listrik tumbang.

Salah satu relawan, Muslim Ruhdi, menggambarkan kondisi medan yang mereka hadapi.

“Kami berjalan dari Blang Rakal menuju KM 60 lalu masuk ke jalur hutan. Banyak tebing rawan longsor, dan jembatan darurat hanya dari tiang listrik tumbang. Tapi warga sangat membutuhkan bantuan, jadi kami terus maju,” tuturnya.

Kepala Desa Bergang, Julfikar, menyebut bantuan yang dibawa Mapala Leuser merupakan bantuan pertama yang tiba sejak bencana.

“Warga sudah kehabisan persediaan dan menunggu berhari-hari. Kedatangan tim USK membawa harapan besar bagi kami,” katanya.

Setelah menyalurkan logistik, relawan juga melakukan evakuasi warga rentan melalui jembatan gantung yang nyaris rubuh, termasuk penyandang disabilitas, ibu hamil, lansia, dan balita. Tim bahkan terpaksa bermalam di jalur evakuasi karena medan terlalu berbahaya ditempuh saat malam hari.

Kemdiktisaintek menegaskan akan terus berkoordinasi dengan USK dan pemerintah daerah untuk mempercepat pemulihan masyarakat terdampak di Aceh Tengah.

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE