Scroll Untuk Membaca

Nusantara

NU Bersinergi Dengan PDIP Diharapkan Membawa Kemaslahatan Bangsa

Kecil Besar
14px

JAKARTA (Waspada): Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Yahya Cholil Staquf atau akrab disapa Gus Yahya mengajak setiap elemen untuk merawat jagat demi keberlangsungan memperjuangkan peradaban Indonesia. 

“Kita harus mau merawat jagat. Merawat jagat itu dengan dua dimensinya yang paling dasar, terutama bumi sebagai tempat kita hidup dan berpijak bersama. Kedua tataran kehidupan di atas, ini harus kita rawat supaya jangan sampai kita membuat kerusakan-kerusakan di muka bumi ini apalagi melakukan penghacuran-penghacuran,” kata Gus Yahya saat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan memperingati hari lahir (Harlah) Nahdlatul Ulama (NU) ke-96 secara hybrid, Sabtu (12/2/2022).

Jika ada yang dirasa belum sempurna, Gus Yahya mengajak bersama-sama untuk memperbaikinya dengan strategi menyempurnakan bukan dengan saling merusak.

Inilah prinsip yang ingin ditegakkan NU ke depan, kata Gus Yahya, sekaligus menjadi dasar PDIP bisa berjalan beriringan dengan PBNU. Dan tentu jika keduanya konsisten, akan membawa dampak baik bagi bangsa dan negara. 

“Yang jelas, dalam hal ini PDIP bukan hanya sekadar partner, tapi akan menjadi salah satu komponen senyawa di dalam perjuangan. Dan jelas ke depan kita akan lihat, langkah yang diambil dan dijalankan Nahdlatul Ulama selama kedua belah pihak setia kepada semangat dasar perjuangannya, ini akan menjadi sinergi yang mudah-mudahan membawa kemaslahatan yang besar untuk bangsa, negara, dan untuk kemanusian,” kata Gus Yahya.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengatakan bahwa  antara nadhliyin dan nasionalis terletak tanggung jawab yang luar biasa. Nahdliyin dan nasionalis sebagai tulang punggung negeri ini. Negeri yang ketatanegaraannya dengan ciri kemajemukan.

“Tanpa kebinekaan dan kemajemukan tidak ada negeri yang namanya Indonesia,” kata Gus Yaqut — sapaan akbranya. 

Menag mengajak seluruh kader PDIP dan nadhliyin berada di dalam barisan yang sama ketika didapati di luar sana ada petualang-petualang yang berusaha merusak kebinekaan dan kemajemukan yang dimiliki bangsa Indonesia.

Menurutnya, nasionalisme dibangun atas dasar penghargaan terhadap pluralitas. Karena tidak ada hidup bersama yang tidak plural. Tidak ada sejarah yang tidak ditandai kemajemukan. 

“Penolakan terhadap pluralitas sesungguhnya juga penyangkalan terhadap realitas. Realitas seperti ini menguatkan rasa nasionalisme kita sebagai sebuah bangsa yang besar,” kata Menag.

Ia menambahkan, berbicara NU dan nasionalisme itu sesunguhnya mengurai sebuah masyarakat yang mempertahankan tradisi dan budaya dan disaat yang sama ingin mengobarkan semangat nasionalisme. 

“Sejarah lahirnya NU didasari dua hal tersebut. Selain itu, pembacaan kuat para kyai dan ulama membangun peradaban manusia yang lebih baik. Setidaknya itu tergambar dalam bola dunia di lambang NU,” kata Gus Yaqut.

Ia memaparkan bahwa cita-cita para kiai NU itu bisa membangun peradaban manusia. Ia menjelaskan NU bisa besar seperti ini dengan komitmen besar terhadap kebangsaan. Apalagi punya ekosistem pesantren yang didirikan para kiai untuk ajaran ahlussunnah wal jamaah. 

“Nasionalisme para santri bisa ditelisik pada pendirian NU. Dua minggu sebelum NU lahir, 15 kiai berkumpul di rumah salah satu pendiri NU, Kyai Hasbullah di Kertopaten, mereka bersama berdiskusi bagaimana bisa pertahankan Islam tradisional dan ikhtiar mewujudkan Indonesia merdeka,” terangnya. 

Motif nasionalisme lahir karena NU memiliki niat menyatukan ulama dan tokoh bangsa dalam melawan kolonial saat itu. 

“Integrasi Islam dan nasionalisme bagi NU tidak ada kendala. Wacana para tokoh NU selalu Islam dan nasionalisme saling membutuhkan, dan menguatkan,” tambahnya. 

Ia mencontohkan Resolusi Jihad sebagai kecintaan NU terhadap negara. Ketika negara-negara Sekutu ingin kembali ke Indonesi atau saat mengeluarkan maklumat bahwa pemerintahan Presiden Soekarno sah dan yang wajib diikuti. 

“Jadi tokoh NU dan nasionalis satu kesatuan dalam membangun bahkan sebelum Indonesia merdeka. (irw)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE