JAKARTA (Waspada): Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia menggelar Workshop Keumatan selama dua hari pada Selasa-Rabu (13-14 Agustus 2024) di Jakarta yang dihadiri Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta, Sekretaris Jenderal Mahfuz Sidik, Ketua Bidang Keumatan DPN Partai Gelora Raihan Iskandar dan diikuti para ketua bidang, fungsionaris Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Partai Gelora se-Indonesia.
Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta mengatakan, Workshop Keumatan ini adalah workshop kedua yang digelar sebagai bentuk evaluasi terhadap hasil pencapaian Partai Gelora dalam Pemilu 2024 lalu.
“Workshop Keumatan ini adalah workshop kedua setelah Workshop Kaderisasi sebelumnya. Ini bagian dari evaluasi kita pasca peristiwa 14 Pebruari. Dan Insya Allah paling sedikit akan ada tiga unsur lagi, yaitu struktur, kepemudaan dan perempuan, selain melakukan roadshow,” kata Anis Matta, Kamis (15/8/2024), di Jakarta.
Menurut Anis Matta, Workshop Keumatan ini sengaja digelar untuk memberikan pemahaman kepada fungsionaris dan kader, bahwa perjuangan keumatan ke depan membutuhkan strategi, karena terkait peristiwa geopolitik.
Karena itu, Anis Matta menyerukan agar dilakukannya upaya rekonsiliasi diantara elit-elit nasional agar Indonesia tidak menjadi medan tempur (battle ground) negara adidaya.
“Peristiwa polarisasi politik di Pilkada DKI Jakarta 2017 dan Pemilu 2019 adalah peristiwa geopolitik, tidak berdiri-sendiri. Indonesia mau dijadikan medan tempur, dan alhamdulillah hal itu tidak terjadi di Pilpres 2024,” katanya.
Anis Matta menilai partai politik (parpol) Indonesia saat ini menghadapi tantangan dalam melahirkan pemimpin yang punya kapasitas untuk memimpin negara dan terima oleh rakyat.
“Sebab bisa kejadian, bahwa partainya menang, cuma pemimpinnya tidak diterima, tidak pernah bisa punya calon presiden atau calon presidennya tidak diterima oleh rakyat,”ujarnya .
Menurutnya ada 4 tantangan, yakni pertama masalah kaderisasi, kedua politik identitas, ketiga logistik dan keempat jaringan global.
“Dari 4 tantangan yang kita hadapi ke depan, saya ingin menggarisbawahi bahwa poin 1, 2 dan 3 menjadi tantangan kita sekarang. Sementara kalau poin 4, kita relatif punya jaringan global,” urainya.
Ketua Umum Partai Gelora yang punya pemahaman geopolitik global ini berpandangan, bahwa jaringan global harus dimiliki para pemimpin Indonesia ke depan seperti Presiden terpilih Prabowo Subianto.
“Jaringan global ini akan berfungsi sebagai satu mekanisme perlindungan masa depan dan punya potensi untuk menjadi besar. Karena itu, dari awal kita harus punya jaringan global, karena tidak ada satu pemilu yang tidak diintervensi negara asing,” tukasnya. (J05)