Scroll Untuk Membaca

Nusantara

PDIP Dan Guntur Dukung Pengusulan Dr Soeharto Sebagai Pahlawan Nasional

Kecil Besar
14px

JAKARTA (Waspada): Partai Demokrasi Indonesia (PDIP) Perjuangan mendukung sepenuhnya pengusulan dokter pribadi Presiden Soekarno dan Wakil Presieden Mohammad Hatta, yakni Dr. dr. Soeharto mendapat gelar sebagai pahlawan nasional. 

Hal tersebut disampaikan Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto dan Mohammad Guntur Soekarnoputra, dalam seminar nasional pengusulan calon Pahlawan Nasional yang diadakan secara hibrid, di Jakarta, Selasa (22/2/2022) dan dihadiri  mantan Anggota Dewan Pertimbangan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Prof. Dr. dr. Samsuridjal Djauzi, Direktur Kemensos bidang Kepahlawanan, Keperintisan, kesetiakawanan dan Restorasi Sosial Murhardjani, Guru besar dan mantan Dekan FEUI Prof. Dr. Dorodjatun Kuntjorojakti, Guru besar Ilmu Sejarah UGM Prof. Dr. Djoko Suryo, Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Sidarto Danusubroto, serta Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

Hasto melihat dokter Soeharto bukan hanya sebagai dokter keluarga, tetapi juga tokoh pejuang kemerdekaan, pemimpin negarawan. 

“Teman diskusi dan sering menjalankan tugas-tugas rahasia dari Bung Karno. Kepeloporan dalam perjuangan kemerdekaan tidak perlu diragukan lagi sejak Jong Java, Jong Ambon. Kemudian keterlibatan sebagai pelaku sejarah di Indonesia Club, ikut Sumpah Pemuda, kemudian pasca kemerdekaan ketika Maklumat Nomor X dicanangkan, beliau juga aktif membangunkan kembali Partai Nasional Indonesia,” papar Hasto. 

Selain itu, saat detik-detik proklamasi, dokter Soeharto berperan membantu pemulihan kesehatan Soekarno akibat malaria. “Beliau juga terlibat di dalam konsolidasi negara, termasuk mengatur pertemuan-pertemuan dengan tokoh bangsa seperti Tan Malaka dan berbagai tokoh lainnya yang menjadi daya semangat bagi Bung Karno di dalam menghadapi situasi sulit, yang tidak mudah, serta menjadi utusan khusus bertemu dengan sosok yang sangat penting dalam seluruh perjuangan Bung Karno,” kata Hasto. 

Dari rekam sejarah, tambahnya, dokter Soeharto bisa bertindak sebagai diplomat, dengan memahami isu dan kemampuan komunikasinya. “Kemampuan menggalang ketika Jakarta dalam situasi gawat akibat kedatangan pasukan Sekutu diboncengi dengan tentara Belanda, beliau melakukan komunikasi-komunikasi politik yang sangat baik dengan pimpinan Panglima sekutu terutama yang berasal dari India,” tutur Hasto. 

Diungkapkan Hasto bahwa dokter Soeharto merupakan saksi kunci di dalam merancang kemerdekaan Indonesia. Suatu hal yang membuktikan bahwa Indonesia adalah pejuang dan berani menghadapi situasi tidak mudah. 

“Di sini dokter Soeharto menjadi saksi penting terhadap sikap Bung Karno yang selalu menekankan persatuan dan kesatuan bangsa dengan menegaskan pentingnya menggunakan kekuatan Jepang di dalam menghadapi Belanda yang mendompleng Sekutu tersebut,” tandas Hasto. 

Selain itu, juga terlihat bagaimana dokter Soeharto terlibat langsung di dalam detik-detik Proklamasi, sekaligus mengoreksi bagaimana kaum muda progresif yang sejak awal mengecam Bung Karno dan Bung Hatta atas sikapnya yang lunak terhadap Jepang serta mendorong Indonesia merdeka justru sebagian besar tidak hadir pada saat pembacaan Proklamasi Kemerdekaan. 

“Dari Ibu Megawati Soekarnoputri (Ketua Umum PDIP) secara khusus memberikan dukungan sepenuhnya atas upaya untuk memperjuangan dokter Soeharto sebagai pahlawan nasional kita. Dan keteladan dari beliau luar biasa, yang selama ini banyak tidak terungkap karena beliau memang sosok yang rendah hati, sosok yang dipercaya oleh Bung Karno menjadi dokter pribadi, pengawal, utusan khusus hingga menjalankan berbagai jabatan strategis,” kata Hasto . 

Dukungan serupa juga datang dari tokoh nasional Mohammad Guntur Soekarnoputra. “Dokter Soeharto itu seorang yang berani pasang badan untuk keselamatan Bung Karno,” ungkap Guntur. 

Ia pun bercerita, saat Belanda datang lagi dengan membonceng Sekutu, Soekarno adalah orang yang paling dicari dan akan dibunuh. Sehingga, harus melakukan penyamaran dan berpindah-pindah tempat. 

“Salah satu tempat yang paling aman buat Bung Karno adalah di kediamannya dokter Soeharto di Jalan Kramat Raya yang sekarang menjadi apotek. Di sana Bung Karno menginap di malam hari dari kejaran NICA,” kata Guntur. 

Guntur mengungkapkan ketika hubungan yang baik antara dokter Suharto dan Tabib Sher serta beberapa petinggi Sekutu membantu upaya menyelamatkan Bung Karno ketika mobilnya dicegat dan dirusak oleh Tentara NICA dengan kepungan senjata. (irw)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE