JAKARTA (Waspada): Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, pemulihan ekonomi Indonesia yang berjalan kuat hingga pertengahan tahun 2023 terutama didukung oleh kebijakan yang berinovasi baik moneter maupun fiskal.
“Kenapa? Karena kebijakan kita sangat inovatif. Kita memiliki kerangka kerja penargetan inflasi, juga kita menangani berbagai tantangan, seperti aliran modal asing dan stabilitas sistem keuangan,” katanya dalam acara High Level Seminar on Frameworks for Integrated Policy: Experiences and The Way-Forward, dikutip Rabu (23/8/2023)
Menurutnya, pembuat kebijakan di dalam negeri bersinergi sangat kuat dalam memitigasi dampak dari dinamika global, baik dari sisi fiskal dan moneter.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia, imbuhnya, diperkirakan tumbuh kuat pada kisaran 4,5 hingga 5,3 persen, yang didukung oleh konsumsi domestik, investasi, dan penurunan laju inflasi.
“Inflasi di dalam negeri turun sangat cepat, bahkan salah satu yang tercepat di dunia. Tahun lalu, inflasi mendekati 7 persen, sekarang data terakhir pada Juli 2023 sudah 3 persen dan diperkirakan terus menurun,” jelasnya.
Selain itu, defisit transaksi berjalan Indonesia cenderung rendah. Data terakhir transaksi berjalan Indonesia tercatat defisit sebesar US$1,9 miliar atau 0,5 persen dari PDB, setelah membukukan surplus US$3,0 miliar atau 0,9 persen dari PDB pada kuartal I/2023.
“Nilai tukar rupiah secara year to date mengalami apresiasi meskipun baru-baru ini terdepresiasi. Sementara pertumbuhan laju penyaluran kredit tahun ini juga diperkirakan tetap tinggi, yaitu pada kisaran 9 hingga 11 persen,” urai Perry. (J03)
