Scroll Untuk Membaca

Nusantara

Pertahankan Status Kaldera Toba, Sanggam Hutapea: Butuh Kerja Keras Dan Dukungan Semua Pihak

Pertahankan Status Kaldera Toba, Sanggam Hutapea: Butuh Kerja Keras Dan Dukungan Semua Pihak
Pemerhati dan Pelaku Pariwisata, Ir. Sanggam Hutapea, MM. (ist)
Kecil Besar
14px

JAKARTA (Waspada): Danau Toba yang terbentuk akibat letusan hebat Gunung Toba pada 74.000 tahun lalu, tercacat jadi salah satu danau vulkanik terbesar di dunia. Dan melalui perjuangan panjang melibatkan banyak pihak, Danau Toba pun ditetapkan sebagai salah satu warisan dunia melalui Sidang ke-209 Dewan Eksekutif UNESCO di Paris,, pada 7 Juli 2020.

Namun sayang, karena  pengelolaannya dinilai kurang baik, pada rapat UNESCO Global Geopark di Maroko tanggal 4 -5 September 2023, Geopark Kaldera Toba mendapat kartu kuning. Artinya,  UNESCO memberikan waktu dua tahun untuk memperbaiki tata kelola di kawasan Danau Toba. Jika tidak ada perubahan dalam pengelolaan kawasan, status Global Geopark Kaldera Toba bisa jadi dicabut.

Mengingat masa waktu yang diberikan UNESCO untuk melakukan perbaikan tinggal dua bulan lagi diberitakan Kementerian Pariwisata telah memanggil pengelola Geopark Kaldera Toba untuk memberikan penjelasan. 

Hal ini pun mendorong berbagai pihak menyoroti soal kartu kuning  untuk Danau Toba ini.Terbaru Ketua DPR RI Puan Maharani meminta pemerintah segera menyelamatkan Geopark Kaldera Toba yang terancam dicabut sebagai anggota UNESCO Global Geopark (UGGp).
 
Dengan masa waktu tinggal dua bulan lagi untuk melakukan perbaikan, tentu butuh tindakan nyata dari semua pihak guna mempertahankan Geopark Kaldera Toba kembali mendapat kartu hijau.

Pemerhati dan Pelaku Pariwisata, Ir. Sanggam Hutapea, MM, yang selama ini konsisten menyuarakan pembenahan menyeluruh di kawasan Danau Toba menekankan sejumlah hal dari upaya pembenahan yang saat ini sedang dilakukan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. 

Hal pertama yang disorotinya saat diwawancarai wartawan di Jakarta, Jumat (23/5/2025),  yakni belum adanya konsep yang matang tentang pengelolaan pariwisata Danau Toba.

Sanggam Hutapea mengingatkan, Geopark Kaldera Toba masuk sebagai salah satu situs UNESCO merupakan perjuangan dan upaya bersama para pemangku kepentingan. Sejatinya, ketika kita mengajukan kalderaToba masuk Unesco, maka ada tanggung jawab bersama untuk mempertahankan, meningkatkan dan terus menjaga kelestarian lingkungan dan keutuhan kawasan kaldera Toba.

Untuk itu Sanggam Hutapea menyerukan agar semua pihak berkontribusi. Kerja sama dengan seluruh stakeholder, mulai pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah daerah, pelaku pariwisata serta masyarakat di kawasan Danau Toba, menjadi kunci keberhasilan mengelola, menjaga dan melestarikan warisan budaya dan sejarah kawasan Geopark Kaldera Toba.

” Mengelola dan mengembangkan kawasan kaldera Toba sesuai rekomendasi Unesco  membutuhkan kerja sama semua pihak. Kita harus membangun kesadaran bahwa kita semua punya tanggung jawab yang sama untuk mempertahankan status Kaldera Toba di Unesco,” tukasnya.

Sanggam menilai, tata kelola pariwisata Danau Toba masih belum terintegrasi. Pemerintah pusat dan daerah dinilai masih berjalan sendiri-sendiri, sementara pelibatan masyarakat belum optimal. 

Hal lain yang juga disorot Sanggam adalah industri pariwisata Danau Toba selama 10 tahun ini hanya fokus pada pembangunan infrastruktur. Sementara citra Danau Toba belum berubah.  

Dalam menjaga dan melestarikan kawasan Danau Toba, Sanggam juga menyarankan perlunya melibatkan para peneliti.

Untuk itu, ia mengusulkan dibuat riset atau penelitian mendalam tentang apa yang ada di  Danau Toba Pengembangan berbasis sains – geologi, budaya dan sejarah, penting untuk penguatan narasi destinasi kelas dunia.

                                                  Pagelaran Budaya Rutin

Sanggam turut menyinggung keterbatasan fasilitas pendukung wisata, meskipun akses transportasi telah meningkat dengan adanya jalan tol dan Bandara Silangit. Fasilitas seperti atraksi budaya, rumah sakit, dan paket wisata terpadu masih belum memadai untuk mendukung pengalaman wisatawan.
 
Menyinggung minimnya atraksi budaya, Sanggam Hutapea mengakui pangelaran atraksi budaya yang rutin merupakan salah satu faktor penting mendukung dan menjadi daya tarik melengkapi paket keindahan alam Danau Toba. Disamping menjadi daya tarik, atraksi budaya yang mengedepankan kearifan lokal, sekaligus sebagai panggung melestarikan budaya.

Sanggam mengaku tidak mengetahui apa kendala yang dialami sehingga panggung budaya sangat minim diselenggarakan. Kalau alasannya karena anggaran, ia meyakini para pelaku usaha dan masyarakat yang peduli dengan kemajuan Danau Toba siap untuk mendukungnya.

“Keindahan alam dipadukan dengan sejarah geologis yang menakjubkan serta  kekayaan budaya Batak yang kental, akan menjadikan Danau Toba salah satu tempat wisata menarik di Indonesia,” tegas Sanggam Hutapea

  Ramah Lingkungan

Menjadikan kawasan Danau Toba sebagai wisata hijau dan ramah lingkungan, sebenarnya sangat mudah diterapkan dengan mengajak para pengusaha hotel dan restaurant  berperan.  Contohnya, di Kota turis Parapat, Simalungun, yakni Parapat View Hotel, pihak manajemen sudah sejak awal menerapkan konsep hijau dan ramah lingkungan. Dengan menanami berbagai jenis pohon di sekitar lingkungannya,  Parapat View Hotel tanpa memakai alat pendingin atau AC  sama sekali, mampu bersaing dengan hotel berbintang yang memiliki fasilitas pendingin.

Menajemen hotel ini mengandalkan ke asri lingkungan yang hijau dan segar, menciptakan keseimbangan antara pelestarian lingkungan dan bisnis perhotelan.
                                            Upayakan CSR

Salah satu saran Sanggam Hutapea untuk memicu percepatan pengelolaan dan pengembangan kawasan Danau Toba, yakni melibatkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan perusahaan perusahan besar untuk berkontribusi langsung ke kawasan Danau Toba melalui penyaluran corporate social responsibility (CSR).

“Dengan CSR dari BUMN – BUMN ini, akan banyak hal yang dapat ditangani langsung, khususnya neningkatkan kualitas sarana fasilitas umum, pendidikan dan pelestarian alam di sekitar kawasam Danau Toba. Kolaborasi lintas sektoral dengan seluruh elemen masyarakat sangat penting,” tandas Sanggam Hutapea.

Jika kita tidak segera melakukan pembenahan menyeluruh dalam kurun waktu dua bulan tersisa, tidak tertutup kemungkinan status Global Geopark terancam dicabut.

Bila ini terjadi, kepercayaan dunia terhadap kita sebagai bangsa sedikit akan terkikis karena bakal dinilai tidak konsisten dengan apa yang kita ajukan hingga Kaldera Toba mendapat pengakuan dan perhatian dunia.

 ” Mempertahankan status Kaldera Toba di Unesco butuh kerja keras dan dukungan dari berbagai pihak, ” pungkas Sanggam Hutapea.  (J05)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE