JAKARTA (Waspada): Pertumbuhan industri halal memiliki halal value chain (HVC) sebesar 1,94% secara tahunan atau year-on-year (yoy) pada triwulan I/2024. Kinerja HVC awal tahun ini ditopang industri makanan minuman (mamin) dan fesyen.
Sekjen Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Eko S. Cahyanto mengatakan, ekonomi syariah dan halal lifestyle dapat menjadi elemen penting dalam pengembangan sumber-sumber pendorong pertumbuhan ekonomi baru dan berkelanjutan.
“Sektor makanan dan minuman halal serta modes fashion mencatatkan pertumbuhan yang cukup tinggi, masing-masing sebesar 5,87% yoy dan 3,81% yoy,” katanya di Jakarta, Senin (26/8/2024).
Dia menilai bahwa ke depannya pertumbuhan ekonomi nasional mampu didominasi oleh pertumbuhan ekonomi syariah melalui pertumbuhan industri halal.
Berdasarkan State of the Global Islamic Economy Report (SGIER) 2023/2024, potensi besar ekonomi syariah dan industri halal salah satunya tercermin dari peningkatan jumlah pengeluaran konsumen muslim sebesar 9,5% dari US$2 triliun pada 2021 menjadi US$2,29 triliun pada 2022.
Sedangkan berdasarkan Pew Research Center’s Forum on Religion and Public Life, populasi penduduk muslim di dunia juga diperkirakan akan terus bertambah hingga mencapai 2,2 miliar jiwa atau 26,5% dari total populasi dunia pada 2030.
“Peningkatan angka tersebut tentu akan sejalan dengan semakin meningkatnya permintaan terhadap produk industri halal,” sahut Eko.
Terlebih, sambungnya, Indonesia sebagai negara dengan jumlah populasi muslim terbesar di dunia, yang mencapai 235,6 juta jiwa, memiliki potensi pasar yang sangat menjanjikan untuk pertumbuhan ekonomi syariah dan industri halal.
Merujuk pada dataindonesia.id, industri HVC sepanjang 2023 tumbuh 3,93% yoy. Pertumbuhan tersebut melambat dibandingkan tahun sebelumnya yang mencpaai 5,53% yoy. Lebih lanjut, BI memproyeksikan ekonomi syariah dalam negeri tumbuh sebesar 4,7%-5,5% (yoy) pada 2024.
Kinerja tersebut didukung oleh pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah yang diperkirakan sebesar 10%-12% (yoy) yang terimplementasi dari berbagai inisiatif strategis nasional seperti kewajiban sertifikasi halal, inovasi keuangan sosial syariah, hingga masifnya digitalisasi ekonomi syariah.
Dalam hal ini, Kemenperin menyebut terdapat tiga indikator yang menopang kenaikan tersebut dan berkorelasi dengan upaya Kemenperin di sektor industri halal yaitu industri farmasi dan kosmetik halal, mamin, dan fesyen.
Sebagai dukungan, Kemenperin juga tengah memproses fasilitasi sertifikasi halal gratis sedang berjalan dengan target 4.000 industri kecil, baik secara reguler maupun self declare. (J03)