JAKARTA (Waspada): Mantan Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Ramadhan Pohan, resmi menyandang gelar Doktor Ilmu Komunikasi dari Universitas Padjajaran (Unpad). Gelar tersebut diraih setelah berhasil mempertahankan disertasi berjudul “Transformasi Identitas Anies Baswedan dari Akademisi ke Politisi” dalam Sidang Promosi Doktor di Gedung Pascasarjana Fikom Unpad, Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat pada Senin (19/2/2024).
Dalam sidang tersebut, Anies Baswedan turut hadir secara langsung didampingi sang istri, Fery Farhati. Dalam disertasi Pohan, Anies disebut merupakan akademisi yang terjun ke dunia politik tanpa bergabung ke partai politik. Dia mengikuti konvensi Partai Demokrat pada 2013, maju di Pilgub DKI Jakarta 2017, dan kini menjadi salah satu kandidat Pilpres 2024.
Pohan menjelaskan, Anies tidak bergabung dengan partai politik. Dengan demikian, Anies tidak terikat dengan ideologi partai politik mana pun dan tak akan menjadi petugas parpol mana pun. “Setidaknya hingga saat (disertasi) ini ditulis,” kata Pohan saat menyampaikan pidato.
Seseorang terjun ke politik tanpa bergabung dengan partai merupakan hal baru dalam tradisi politik di Indonesia. Pohan menilai tidak ada perubahan yang mendasar dari Anies ketika menjadi politisi. Hanya ada penyesuaian saja. Anies tetap konsisten dan memperjuangkan nilai-nilai yang dipegangnya selama ini.
“Dunia akademisi dan politik, tak lebih sebagai media untuk bisa mewujudkan nilai-nilai. Nilai-nilai Anies Baswedan di sini adalah keadilan, kesetaraan, kedekatan dengan masyarakat kecil,” ucap Pohan.
Pohan juga menemukan tradisi intelektual lain yang tetap dipertahankan Anies ketika terjun ke politik atau menjadi pejabat publik. Tradisi itu yakni siap menerima kritik. Masyarakat mengetahui forum “Mengadili Anies” saat maju di konvensi Partai Demokrat dan “Desak Anies” di Pilpres 2024. Forum tersebut membuka kesempatan kepada pihak untuk memberikan penilaian dan kritikan kepada Anies.
Menurut Pohan, hal tersebut merupakan terobosan politik yang luar biasa bagi Indonesia. Itu karena mengkritik pemimpin, dalam kultur politik Indonesia, tabu apalagi untuk menyampaikan aib, dan bisa bertanya apa saja.
“Itu saya akui bahwa belum ada politisi, yang selama saya jadi wartawan, saya temukan bisa dalam level yang seperti (Anies) itu,” tutur Pohan.
Pada kesempatan tersebut, Anies mengaku merasa terhormat bisa menjadi bahan kajian. Dia berharap masyarakat bisa mendapatkan pelajaran dari disertasi yang ditulis Pohan.
“Saya bersedia bukan karena saya menjadi subjek, tetapi saya menjalani ini semua mendapat pembelajaran, karena dalam pembelajaran makin banyak hikmah yang diambil maka makin banyak akumulasi ilmu yang terlibat, jadi saya sampaikan setuju,” kata Anies.
Terkait judul disertasi yang ditulis Ramadhan Pohan, Anies berkomentar bahwa setiap orang memiliki banyak identitas yang melekat. Identitas itu tidak hanya soal agama, namun juga profesi dan aktivitas yang dijalani.
“Kenapa saya merasa terhormat untuk datang, karena Ramadhan ini seorang yang serius berjuang untuk perubahan,” ujar Anies. (m28)