JAKARTA (Waspada): Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan, bahwa pemerintah telah menjalankan program asuransi usaha tani padi melalui PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo), namun cakupannya masih terbatas.
“Dari data 2023, program tersebut hanya mencakup sekitar 400.000 petani,” ujar Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun (PPDP) OJK, Ogi Prastomiyono secara tertulis, Selasa (10/9/2024).
Dia menambahkan, dengan potensi pengembangan asuransi tani masih besar, maka OJK siap mendukung perluasan program bersama pemerintah dalam memenuhi peningkatan produksi pangan.
Ogi menekankan bahwa OJK memiliki peran penting dalam pengembangan pasar asuransi, khususnya dalam mengatasi protection gap di sektor pertanian yang masih signifikan.
Menurutnya, industri asuransi di Indonesia telah siap dengan berbagai produk yang mendukung sektor pertanian, termasuk asuransi parametrik yang dikembangkan oleh sepuluh perusahaan asuransi nasional.
“Jadi secara kesiapan, industri asuransi sudah siap. Tentunya bersinergi dengan berbagai pemangku kepentingan,” jelasnya. Ogi.
Sinergi tersebut, sambungnya, dengan menggandeng seperti Kementerian Pertanian dan Badan Perencana Pembangunan Nasional (Bappenas), yang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan penetrasi asuransi pertanian di masa depan.
Skema konsorsium akan diterapkan guna membagi risiko dan kapasitas di antara perusahaan asuransi yang terlibat
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa presiden terpilih periode 2024-2029, Prabowo Subianto, berencana untuk memperluas sektor pangan nasional.
Program tersebut mencakup pembangunan food estate di Kalimantan Tengah, Sumatera Utara, dan Nusa Tenggara Timur, serta pencetakan sawah seluas 250.000 hektare dan pengembangan kawasan jagung seluas 250.000 hektare.
Selain itu, terdapat rencana membangun 12 bendungan dan memperluas lahan pertanian hingga 20,4 kilometer persegi, serta mencakup 1 juta hektare asuransi pertanian.
Program tersebut diperkirakan akan memperkuat sektor pangan nasional dan meningkatkan cakupan asuransi tani di Indonesia.
Melansir data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2023 menyatakan, luas panen padi diperkirakan sebesar 10,20 juta hektare dengan produksi padi sekitar 53,63 juta ton gabah kering giling (GKG
Jika dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, produksi beras pada 2023 diperkirakan sebesar 30,90 juta ton.
Luas panen padi pada 2023 diperkirakan sekitar 10,20 juta hektare mengalami penurunan sebanyak 255,79 ribu hektare atau 2,45 persen, dibandingkan luas panen padi di 2022 yang sebesar 10,45 juta hektare.
Produksi padi pada 2023 diperkirakan sebesar 53,63 juta ton GKG, mengalami penurunan sebanyak 1,12 juta ton GKG atau 2,05 persen dibandingkan produksi padi di 2022 yang sebesar 54,75 juta ton GKG.
Produksi beras pada 2023 untuk konsumsi pangan penduduk diperkirakan sekitar 30,90 juta ton, mengalami penurunan sebanyak 645,09 ribu ton atau 2,05 persen dibandingkan produksi beras di 2022 yang sebesar 31,54 juta ton. (J03).