JAKARTA (Waspada): Kriteria kepemimpinan dari masa ke masa memang ada yang baku, tetapi juga ada yang berubah. Secara umum, jika level pemilihannya sudah baku maka kriteria-kriteria umum biasanya sudah dilampaui karena itu sangat berkaitan dengan kapasitas dasar seorang pemimpin.
Demikian disampaikan Wakil Ketua Umum DPN Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Fahri Hamzah dalam relisnya yang diterima di Jakarta, Senin (13/11/2024).
Menurut Fahri, pengetahuan yang luas dengan kecerdasan tinggi, sebagaimana yang dulu disebut sebagai sidiq, tabliq, amanah fatonah di jaman Rasul, bahwa seorang pemimpin harus jujur, amanah, dan harus memiliki kecerdasan.
“Nah itu kriteria-kriteria dasar, tapi kemudian kita tambah dengan kriteria yang hari ini dibutuhkan oleh sebuah bangsa besar seperti Indonesia ini. Sehingga seorang yang memiliki pemahaman luas, apalagi bila ditambah dengan reputasi kepemimpinan sebagai pemimpin yang bisa kita titipkan amanah dari bangsa sebesar bangsa Indonesia ini,” katanya.
Sedangkan Indonesia sebagai negara muslim terbesar di Asia, sebagai negara dermokrasi terbesar ketiga dan terbesar penduduk keempat di dunia, maka faktor-faktor kemampuan mengendalikan, memahami geopolitik, dinamika global, dan keinginan dari negara-negara besar untuk mengendalikan atau mempersoalkan posisi Indonesia di masa yang akan datang sangatlah diperlukan.
“Hanya seorang pemimpin yang punya track record dan sejarah kepemimpinan kuat lah, yang akan sanggup memelihara bangsa Indonesia, melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia, dan juga di saat bersamaan ikut serta dalam perdamaian dunia. Maka, kita memerlukan orang yang memiliki wibawa internasional untuk menghadapi pemimpin-pemimpin dari negara lain”, unjarnya Wakil Ketua DPR RI Periode 2014-2019 ini.
Soal figur pemimpin yang dibutuhkan Indonesia ke depannya, menurut Fahri ada dua hal yang paling penting dibutuhkan; Pertama, konsolidasi internal secara nasional, bahwa bangsa ini tidak bisa lagi mengijinkan elemen-elemen perpecahan itu dikembangkan. Kedua, Indonesia memerlukan satu set up atas mimpi baru, sehingga bangsa ini memiliki tenaga yang menggerakannya, seperti tenaga sejarah ketika bangsa ini mau merdeka. Maka ke depan, bangsa ini memerlukan semacam tenaga yang bersumber dari satu kesepakatan yang melampaui mimpi-mimpi lama tentang bangsa, agar Indonesia menjadi sebuah superpower baru, menjadi kekuatan utama dunia yang bisa duduk di meja-meja perundingan dunia, dan punya wibawa untuk memimpin dunia.
“Indonesia juga harus menjadi bagian dari kepemimpinan global yang ikut serta dalam perdamaian dan ketertiban dunia, berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Itu keperluan kita ke depan, secara internal maupun eksternal,” tambahnya.
Figur Jalan Tengah
Sedangkan dalam menghadapi tahun politik di 2024, agar tidak terjadi pembelahan atau polarisasi, Fahri Hamzah mengatakan jika bangsa ini memerlukan figur jalan tengah yang tidak melayani ekstrimitas kanan maupun kiri, figur persatuan yang mampu melakukan konsolidasi. Karena itu, bangsa ini tidak boleh lagi terjebak pada narasi-narasi ekstrem yang bisa mendatangkan kecurigaan.
“Misalnya, satu sisi terjadi kecurigaan pada negara agama, di sisi lain terjadi kecurigaan tentang negara komunis. Nah sekarang ini kita harus menuju ke tengah, bahwa NKRI kita ini sudah final, dan selanjutnya kita membangun mimpi kita ke depan, sehingga ketegagngan-ketegangan primordial selama ini terlalu tajam dan mendatangkan korban nyawa dan air mata, bisa kita hentikan untuk bergegas menggapai mimpi-mimpi kita yang besar,” tutup Caleg DPR RI dari Partai Gelora Indonesia, untuk Dapil Nusa Tenggara Barat (NTB) I tersebut. (J05)