JAKARTA (Waspada): Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (BPP GINSI) Subandi mengatakan, harga komoditi impor terpaksa dinaikkan akibat Rupiah yang tertekan dolar AS hingga Rp14.800 per dolar AS
Dia akui, saat ini para pengusaha importir sedang kesulitan dalam menjalankan bisnisnya akibat tekanan dolar AS . Dampaknya membuat pelaku usaha importir mengalami kenaikan biaya dan ini sangat merugikan
“Terutama bagi pelaku usaha importasi barang jadi atau barang yang langsung di jual, ataupun trading. Akhirnya tidak ada cara lain untuk menutup potensi kerugian dengan menaikan harga jual,” jelas Subandi, Rabu (22/6).
Namun, menurutnya, menaikkan harga jual juga bukan cara yang mudah pada saat ini, karena daya beli masyarakat sedang melemah dan barang pun tidak terserap.
“Bagi pelaku usaha importasi bahan baku yang produknya untuk di ekspor tidak mengalami dampak, kecuali jika saat beli barang dalam kurs dolar yang tinggi tapi saat ekspor kurs dolarnya sudah turun,” paparnya.
Jaga Stok Pangan
Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (DPP Ikappi) meminta pemerintah untuk memastikan ketersediaan terjaganya stok kebutuhan pangan, terutama menjelang hari raya Idul Adha.
“Dalam beberapa minggu terakhir ini harga pangan mengalami kenaikan cukup tinggi, bahkan harga pangan dunia juga sudah mengalami kenaikan. Ini harus segera di antisipasi oleh pemerintah,” ujar Sekretaris DPP Ikappi Reynaldi Sarijowan di tempat terpisah.
Saat ini cabai rawit merah tembus dihargai Rp110 ribu per kg, cabai merah keriting mencapai Rp90 ribu per kilo, cabai merah besar TW Rp85 ribu per kilo, bawang merah tembus Rp 60 per kilo, daging ayam di kisaran Rp 40 ribu, kemudian telur tertinggi Rp 29 ribu per kilo.
Reynaldi menuturkan, Ikappi mendorong Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian untuk melakukan kolaborasi bersama-sama dengan Badan Pangan Nasional (BPN), maupun semua pihak stakeholder yang ada di dalamnya untuk memastikan produksi dan stok cukup pada periode kuartalan ini.
“Ikappi merekomendasikan Kemendag dan Kementan tidak saling menyalahkan, tetapi saling berkoordinasi dalam rangka memastikan stok aman, distribusi terdorong dengan baik di pasar-pasar,” tuturnya.
Kemudian, Ikappi juga meminta kepada pemerintah untuk membantu subsidi distribusi dari wilayah yang surplus ke wilayah yang kebutuhan konsumsinya cukup besar. “Ini perlu diperhatikan agar terjadi keseragaman harga,” imbuh Reynaldi.
Selain itu, pihaknya juga meminta agar pemerintah segera memangkas retribusi dan rantai distribusi pasokan pangan yang panjang karena berdampak kepada harga komoditi yang diperjualbelikan. (J03)











