JAKARTA (Waspada): Presiden Joko Wideodo (Jokowi) mengatakan, sektor pangan berpotensi besar masuk ekonomi digital. Pasalnya, ekonomi digital Indonesia tumbuh pesat dan menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara.
“Urusan pangan ke depan ini akan menajdi persoalan besar yang harus dipecahkan oleh teknologi dan itu adalah kesempatan, itu adalah peluang, opportunity,” kata Jokowi dalam pembukaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Startup Day 2022, Senin (26/9)
Namun Presiden menyayangkan startup di Indonesia yang berhubungan dengan agrikultur baru 4 persen, selebihnya di domanisi oleh startup teknologi keuangan dengan angka 23 persen dan retail 14 persen.
Jokowi menuturkan, industri ekonomi digital di Indonesia melompat 8 kali lipat dari 2020 denga nilai Rp632 triliun bisa menjadi Rp4.531 triliun di 2030. Besarnya potensi tersebut tidak terlepas dari luasnya akses jaringan internet di Indonesia.
“Besar sekali potensi yang ada, karena pengguna internet di Indonesia mencapai 77 persen dengan rata rata waktu penggunaan 8 jam 36 menit setiap harinya,” ungkap Jokowi.
Diingatkan, sektor pangan bukan hanya berkaitan dengan beras saja. Tapi ada komoditas lain yang bisa dikembangkan mulai dari Sorgum, Porang, Sagu, Singkong, termasuk ragam sayur-sayuran.
“Ini kesempatan besar di situ. Karena di dalam urusan pangan itu ada yang namanya produksi, ada yang namanya urusan distribusi, dan ada yang namanya urusan pasar. Semuanya itu peluang,” imbuh Jokowi.
Peluang tersebut, lanjutnya, semakin besar karena masalah pangan kini menjadi perhatian dunia. Sebab saat ini telah terjadi krisis oangan di sejumlah negara akibat ketidakpastian global.
“Dan akibatnya kita tahu sekarang ini baru saja saya dapat angka 19.600 orang setiap hari mati kelaparan karena krisis pangan. Tapi itu dunia,” pungkasnya.
Jokowi mengatakan jumlah startup di Indonesia ini tertinggi ke-6 di dunia dan dapat terus dikembangkan. Indonesia berada di bawah Amerika Serikat, India, UK, Kanada, dan Australia. (J03)