JAKARTA (Waspada): Anggota Komisi VI DPR RI Rudi Hartono Bangun mempertanyakan visi Pertamina dan PLN dalam menjaga ketahanan energi internal negara. Hal ini disampaikannya dalam rapat dengar pendapat dengan Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Simon Aloysius Mantiri dan Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo, serta jajaran direksi, di Gedung DPR RI Jakarta, Kamis (22/5/2025).
Wakil rakyat dari daerah pemilihan Sumut III ini menyoroti soal ketahanan energi yang dipaparkan, dimana secara nasional saat ini masih bergantung pada energi fosil, minyak, bumi, batu bara dan gas .
” Saya ingin jawaban sebenarnya, berapa cadangan energi fosil kita yang bisa dipakai antara lima hingga sepuluh tahun tahun ke depan. Demikian juga gas alamnya, di angka berapa cadangannya? kata Rudi Hartono Bangun .
Kemudian, kedepannya untuk menjaga ketahanan enegri dalam negeri, kira kira apa yang sudah dilakukan Dirut Pertamina dan PLN? Mungkin ada visi , misi atau ada penelitian yang sudah memetakan energi apa yang tersedia di Indonesia. Ke depan itu energi terbarukan seperti apa? tanya Rudi Hartono Bangun.
Pada sisi lain, terkait paparan yang disampaikan dalam rapat dengar pendapat, dimana Pertamina masih mengandalkan supply import dari minyak mentah Amerika. Rudi Harton Bangun mempertanyakan suplly energi yang ada di internal negara. Apa saja yang bisa dihasilkan dan buat. Kalau supply mungkin itu ketahanan energi dari luar, dan yang saya ingin jawabannya yang di internal? , ” tanyanya.
Rudi Hartono Bangun menggaris bawahi satu contoh yang disebut yakni Crude Palm Oil ( CPO) dimana disebutkan sudah terserap sampai 9 juta barrel. Menurutnya, akan lebih baik hal ini dimaksimalkan lebih banyak. Sebab energi CPO ini tersedia sepanjang hari, sepanjang tahun di seluruh tanah perkebunan yang dimilki Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Rudi Hartono Bangun pun ingin mengetahui visi dan misi Dirut PLN soal energi panas bumi dan matahari. Dimana pleneningnya dalam pemanfaatan energi ini ke depan? tanyanya.
Jika tadi dikatakan Pertamina masih mengandalkan kilang – kilang yang lama atau kilang tua. Kalau pengamatan saya, tukas Rudi Hartono Bangun, kilang tua itu biasanya bagaikan mobil tua yang harus di rawat . Artinya, banyak biaya perawatan . Nah, jadi pertanyaannya apakah dengan demikian biaya perawatannya lebih besar dari yang dihasilkan ?
Pada kesempatan ini Rudi Hartono Bangun pun mengapresiasi kontirbusi Pertamina di tahun 2024 ke negara sampai Rp401 triliun dan investasinya Rp 96 triliun. (j05)













