JAKARTA (Waspada): Posisi Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia ternyata masih berbanding terbalik dengan kondisi pemasaran produk halal. Data terakhir yang dirilis menyebutkan, saat ini Industri produk halal Indonesia yang diekspor berada di peringkat keempat. Sementara di dalam negeri, produk halal buatan lokal masih kalah dari serbuan produk impor.
Hal ini menjadi latar belakang Asosiasi Perusahaan Ritel Indonesia (Aprindo) bersama Indonesia Halal Lifestyle Center (IHLC) menggagas hadirnya Halal Center Indonesia (HCI).
Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) RI, Jerry Sambuaga menyebutkan, produk halal memiliki potensi yang besar untuk dipasarkan keluar negeri. Dengan penduduk yang mayoritas muslim, Indonesia diyakini mampu melihat potensi dan bisa menghasilkan produk halal.
“Dan produk halal ini kan bukan hanya untuk yang muslim sebetulnya, tetapi juga yang non muslim. Terbukti ada beberapa negara seperti Taiwan yang menyukai produk makanan halal, fesyen halal,” ujar Wamendag usai peluncuran HCI yang digelar di Thamrin City, Selasa (12/4).
Lebih jauh dikatakannya, sebagai kementerian yang fokus pada perdagangan, pihaknya akan siap membantu pengembangan produk halal dengan tentunya bekerja sama lintas K/L dan instansi terkait.
“Kalau target memang angkanya harus saya pastikan dulu berapa, tapi intinya adalah kita mendukung dan juga selalu mensuport apa yang bisa menjadi kebutuhan dan juga tentunya menjadi pendukung produk halal berkembang, terutama akses,” katanya.
Di tempat yang sama, Ketua Umum Aprindo, Roy N Mandey, mengatakan, di tahap awal HCI bekerja sama dengan Thamrin City menggelar Halal Festival.
Kegiatan berbentuk bazaar, pelatihan, pendidikan serta kurasi produk halal yang diselenggarakan mulai 8-30 April 2022 di Thamrin City ini rencananya akan dibuka Wakil Presiden, Ma’ruf Amin.
Dikatakannya, tak hanya memberi kesempatan untuk mempromosikan produk halal, Halal Festival yang merupakan program perdana HCI juga menjadi sarana bagi pelaku usaha untuk mendapatkan serrtifikasi halal.
“Dan tentunya ada beberapa hal lain yang kami akan siapkan untuk membantu pelaku usaha terutama pelaku usaha UMKM,” kata Roy.
Dikatakan Roy, selama ini memang produk halal identik dengan umat muslim saja. Pandangan ini perlu dirubah, karena produk halal sebenarnya identik dengan kebersihan, bagaimana mengolah produk yang memenuhi syarat kesehatan, cara menyajikan yang sehat, dan bahkan cara menjual yang sehat.
“Ini semua mata rantai yang tentunya menjadi syarat untuk disebut produk halal,” ujarnya.
Dengan kondisi ini, Aprindo menurut Roy Mandey melihat peluang yang terbuka lebar untuk mendorong peningkatan produk halal, baik dari sisi produksi mau pun penjualan. Apalagi produk halal tidak hanya menyangkut produk pangan, tetapi juga produk non pangan, serperti kosmetik mau pun juga fesyen.
Dengan 45 ribu gerai milik 150 anggota Aprindo yang tersebar di seluruh Indonesia, Boy menyakini keberadaan Halal Center menjadi upaya mereka merealisasikan keinginan masyarakat dan juga pemerintah.
“Kalau sekarang masih sifatnya sebagai bagian dari pernyataan, bagian dari pandangan, nah kita Aprindo terpanggil untuk mewujudkannya secara nyata produk halal yang memang sudah ada di gerai anggota Aprindo. Bukan hanya produknya saja, tetapi ritelnya juga sudah tersertifikasi halal,” terangnya.
Chairman of Indonesia IHLC, Sapta Nirwandar mengatakan gunakan dan konsumsi produk halal dalam kurun waktu lima tahun terakhir sudah menjadi gaya hidup masyarakat Indonesia.
Penelitian yang dilakukan IHLC menurutnya menunjukkan kalau tren peningkatan produk halal didorong setidaknya oleh dua hal.
Pertama, pertumbuhan jumlah kelas menengah di kalangan umat muslim Indonesia yang mendorong membaiknya daya beli, sehingga semakin membuka bisnis untuk mengembangkan produk halal.
“Dan yang kedua, kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi makanan bersih dan sehat yang semakin membaik dan meningkat terutama di masa pandemi. Dan ini bukan hanya dikalangan umat muslim semata,” ujar Sapta.
Sapta juga mendorong agar pelaku usaha terutama UMKM untuk menggunakan sertifikasi halal secara benar, dengan tidak hanya sekedar mencantumkan logo halal semata.
“Karena sertifikat halal ini menyangkut kepercayaan yang diberikan Pemerintah untuk melindungi konsumen,” kata Sapta yang pernah menjabat Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif periode 2011-2014 ini.
Secara terpisah, Direktur Utama PT Jakarta Realty selaku pengelola Thamrin City, Mualim Wijoyo, memastikan pihaknya memberikan dukungan penuh dan menyambut baik perhelatan Halal Festival yang digelar HCI.
Sebagai pusat perbelanjaan yang memiliki lokasi yang strategis karena berada di antara pusat perbelanjaan modern dan pasar tradisional, Thamrin City juga memiliki ikon yang cukup beragam.
Mulai dari sebagai mal UKM terbesar di Indonesia dan mungkin juga di Asia Tenggara, kemudian memiliki ikon produk yang cukup dikenal diantaranya pusat batik nusantara, pusat hijab, ada ladies market, muslim fashion, dan lain-lain, diyakini menjadi magnet tersendiri bagi pengunjung.
“Data yang kami miliki itu menyebutkan, 90% yang datang kemari itu berbelanja itu kalangan ibu dimana 75% diantaranya itu bisa saya katakan mencari busana muslim. Artinya, kalau Halal Festival itu diadakan di sini, tentunya itu klop dengan pengunjung maupun dagangannya,” ujar Mualim.
Mualim juga memastikan, pihaknya siap menjadi tempat memamerkan produk yang sudah memiliki sertifikat halal, sehingga akan menarik pelaku usaha lainnya untuk mengurus sertifikat halal.
“Bukan hanya yang pelaku usaha yang ada di Thamrin City yah, tetapi juga pelaku usaha di sekitar sini, seperti dari Pasar Tanah Abang,” tegasnya. (h01)