JAKARTA (Waspada): Yayasan Maju Tapian Nauli (Matauli) mencanangkan pembangunan kampus Sekolah Tinggi Agama Islam Barus (STAI) di Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, (Tapteng)
Ketua Pembina Yayasan Matauli Akbar Tandjung, menandatangani prasasti
peletakan batu pertama pendirian kampus STAIB didampingi Penjabat (Pj Bupati Tapanuli Tengah Sugeng Riyanta dan Ketua Umum Yayasan MATAULI Fitri Krisnawati Tandjung di Barus Tapanuli Tengah Jumat (2/8).
Melalui rilis yang disampaikan Yayasan Matauli di Jakarta Minggu (4/8), Kampus STAIB berlokasi di Desa Kade Gadang atau berjarak 800 meter dari Tugu Titik Nol Peradaban Islam di Nusantara yang diresmikan Presiden Joko Widodo, 24 Maret 2017 lalu
Lahan kampus STAIB seluas 3,2 hektar bersertifikat Badan Pertanahan Nasional (BPN), Yayasan Matauli memiliki dua hak guna bangunan (HGB) beserta wewenang membangun di atas tanah tersebut, yaitu HGB nomor 1 seluas 19.220 meter persegi dan HGB nomor 2 seluas 13.090 meter persegi.
Dalam acara itu, Ketua Umum Yayasan MATAULI Fitri Krisnawati Tandjung menjelaskan STAIB merupakan perguruan tinggi di bawah naungan Yayasan Matauli. Pendiriannya tahun 2022 berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 1114/2022.
STAIB memiliki dua program studi (prodi), yakni Prodi Sejarah Peradaban Islam (SPI) dan Prodi Studi Agama-Agama (SAA). Mahasiswa kedua prodi berjumlah 49 orang.
“Dalam dua tahun perjalanannya, semua mahasiswa diberikan beasiswa penuh hingga lulus oleh Ketua Pembina Yayasan Matauli Bapak Akbar Tandjung. Mereka tinggal di asrama yang disiapkan oleh Yayasan Matauli,” ungkap Krisnawati Tandjung.
Puteri Akbar Tandjung itu berharap, kehadiran STAIB semakin menegaskan posisi Barus sebagai pintu gerbang masuknya Islam di Nusantara sekaligus mendorong sinergi program/kegiatan melalui kolaborasi kementerian/lembaga di Barus.
Pj Bupati Tapanuli Tengah Sugeng Riyanta mengatakan, pendirian STAIB merupakan ikhtiar mewujudkan Barus sebagai pusat unggulan (center of excellence) dunia pendidikan dan penelitian melalui kedua prodi.
“Kami menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Bapak Akbar Tandjung dan pengurus Yayasan Matauli yang berinisiatif membangun STAIB,” katanya
Sugeng mengungkapkan harapannya, semoga STAIB semakin eksis dan maju, mencetak generasi Islam yang amanah, tabligh, dan fathanah demi kemajuan bangsa dan negeri kita, khususnya Kabupaten Tapanuli Tengah.”
Harapan serupa diungkap Pj Gubernur Sumatera Utara Agus Fatoni yang sambutannya dibaca Kepala Dinas Pendidikan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Abdul Haris Lubis.
Dia menyampaikan apresiasi atas pencanangan pembangunan kampus STAIB.
Menurut Agus, pembangunan kampus STAIB merupakan investasi yang memberi manfaat kepada masyarakat.
“Selain menyediakan fasilitas pendidikan, kami berharap kampus ini menjadi pusat kegiatan sosial, termasuk keagamaan.,”ujarnya.
Ketua Panitia Peletakan Batu Pertama Pembangunan Kampus STAIB Masriadi Pasaribu mengharapkan, kampus STAIB akan mengambil peran memahami kebudayaan dan masyarakat Barus di masa lampau.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Keluarga Besar Masyarakat (Gabema) Tapanuli Tengah – Sibolga ini menegaskan, sejalan dengan konsep “Kilometer 0 Peradaban Islam Nusantara” di tugu, digali studi sejarah peradaban Islam dan studi agama-agama.
Sejumlah tokoh menghadiri pencanangan pembangunan kampus STAIB. Di antaranya, rombongan BRIN (Badan Riset dan Inoveasi Nasional) yaitu Herry Jogaswara (Kepala Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra BRIN) dan Ratih Damayanti (Direktur Pengelolaan Koleksi Ilmiah BRIN), Sekretaris Daerah Kota Sibolga Juneidi Tanjung (mewakili Wali Kota Sibolga Jamaluddin Pohan), mantan Bupati Tapanuli Tengah Sukran Jamilan Tanjung, Ketua STAIB Prof Dr Yunan Yusuf Tanjung, Wakil Ketua STAIB Prof Dr Rusmin Tumanggor, sivitas akademika STAIB, pengurus Yayasan Matauli, dan perangkat daerah Pemerintah Kabupaten TapanuliTengah.
Yayasan Matauli adalah yayasan pendidikan yang berdiri tahun 1991. Pendirinya tokoh-tokoh masyarakat asal Tapanuli Tengah – Sibolga seperti Jenderal Feisal Tanjung dan Akbar Tandjung serta tokoh lainnya.
Selama ini, Yayasan Matauli bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk mengelola SMAN 1 Plus Matauli di Pandan serta Sekolah Tinggi Perikanan dan Kelautan (STPK) Matauli di Pandan.(j04)













