Ketua KONI Kabupaten Pidie, Muhammad SP.di, menyatakan desakan lapor CST Ulim ke Asprov PSSI Aceh makin meluas, Rabu (15/10) Waspada.id/ Muhammad Riza
SIGLI (Waspada.id): Malam final Piala Bupati Pidie 2025 di Stadion Blang Paseh, Sigli, Selasa (14/10/2025) tercoreng insiden tidak sportif dari ofisial CST Ulim. Trofi runner-up yang baru saja diserahkan panitia, dihempaskan hingga pecah oleh perwakilan tim sesaat setelah penyerahan medali.
Dalam pertandingan tersebut, CST Ulim harus mengakui keunggulan Mutiara Raya Beureuneun dengan skor tipis 1–2. Ketika sesi penyerahan trofi dimulai, para pemain CST Ulim menolak pengalungan medali. Hanya satu perwakilan tim yang maju mengambil piala, namun beberapa detik kemudian piala itu dilempar ke tanah di dekat bangku pemain.
Aksi tersebut sontak membuat ribuan penonton dan pejabat yang hadir terdiam. Sejumlah tokoh daerah seperti Sarjani Abdullah, Alzaizi Umar, dan Hasan Basri menyaksikan langsung insiden memalukan itu.
“Tim CST Ulim punya pemain bagus. Tapi ofisialnya tidak siap kalah. Ini bukan sikap yang pantas dalam olahraga,” ujar Ketua KONI Pidie, Muhammad Spd.I, Rabu (15/10/2025).
Ketua Panitia Pelaksana, Syukri, juga membenarkan kejadian tersebut. “Benar, mereka rusuh sendiri. Ini di luar sepengetahuan panitia,” ucapnya.
Desakan Laporan ke PSSI Aceh
Insiden ini bukan kali pertama CST Ulim terlibat kericuhan. Dalam turnamen Piala Wagub Aceh di Beureunuen, tim ini juga pernah membuat onar. Akibatnya, sejumlah klub lokal mendesak agar CST Ulim diblacklist dari turnamen sepak bola di Aceh.
Publik sepak bola Pidie kini menuntut Panitia Pelaksana dan KONI segera melaporkan kejadian ini ke Komisi Disiplin PSSI Aceh. Jika terbukti bersalah, tim tersebut terancam sanksi berat, mulai dari denda hingga larangan tampil di berbagai turnamen daerah.
Meski kalah, CST Ulim tetap menerima hadiah pembinaan sebesar Rp 40 juta. Namun tindakan ofisial mereka menuai kecaman luas dan mencoreng semangat sportivitas yang seharusnya dijunjung tinggi dalam dunia olahraga.
Malam yang seharusnya menjadi pesta rakyat Pidie berubah menjadi pelajaran pahit: sportivitas jauh lebih berharga dari sekadar trofi. (Id69)