MILAN (Waspada): Allenatore Simone Inzaghi mengungkapkan bahwa kondisi Inter Milan sebenarnya tidak ideal saat menaklukkan tim favorit Barcelona 4-3 pada laga leg2 semifinal Liga Champions 2024/2025.
Namun dalam laga kandang di Stadion Giuseppe Meazza itu, Selasa (Rabu WIB), I Nerazzurri tetap mampu tampil impresif hingga menang dramatis dan lolos ke final dengan keunggulan agregat 7-6.
“Kita harus memuji Barcelona karena mereka adalah lawan yang sangat kuat. Butuh Inter yang tampil impresif untuk bisa mencapai final,” ucap Inzaghi lewat Football Italia, Rabu (7/5).
“Saya sangat bangga dan senang menjadi pelatih mereka. Mereka memberikan segalanya di lapangan. Mereka pantas merayakan kesuksesan ini di stadion bersama para fans yang luar biasa,” tambahnya.
Laga itu bak roller coaster bagi El Barca. Meski tampil dominan, Blaugrana malah ketinggalan usai kebobolan gol striker Lautaro Martinez dan penalti Hakan Calhanoglu di babak pertama.
El Catalan comeback dan bahkan sempat membalikkan kedudukan dengan gol-gol Eric Garcia, Dani Olmo dan Raphinha. Tapi gol larut Francesco Acerbi di masa injury time memaksakan pertandingan selesai 3-3 (agregat 6-6) dan lanjut ke babak perpanjangan waktu.
Pemain pengganti Inter Davide Frattesi (foto kiri) lantas muncul sebagai momok bagi Barca dengan golnya di menit 99. Tim tamu kemudian mencoba berbagai upaya untuk membalasnya, tapi gagal menghasilkan gol tambahan di sisa waktu permainan.
Menurut Inzaghi, kapten Lautaro Martinez, Denzel Dumfries dan Marcus Thuram baru pulih dari cedera. Frattesi bahkan tidak berlatih sehari sebelumnya.
“Mereka tidak dalam kondisi 100 persen. Jadi kami harus mengandalkan hati untuk melewati setiap rintangan. Kami mencoba tampil dengan kekuatan kami,” beber mantan pelatih SS Lazio tersebut.
“Saya bilang kepada para pemain untuk percaya bahwa kami dapat meredam Barcelona, meskipun itu tidak mudah. Kami tak pernah pongah, kami mengerahkan segala kemampuan dan pantas lolos ke final,” klaim Inzaghi.
Kemenangan ini membawa La Beneamata ke final untuk kali kedua dalam tiga tahun terakhir. Mehdi Taremi dan kawan-kawan akan menghadapi pemenang antara Arsenal dan Paris Saint-Germain pada partai puncak di Munich, Jerman, 31 Mei mendatang.
Inzaghi menegaskan bahwa timnya telah menunjukkan kemajuan signifikan setelah dikalahkan Manchester City pada final 2023 di Istanbul, Turki. “Kami sudah berkembang dalam dua tahun terakhir. Yang terpenting adalah perjalanan musim ini,” tegasnya.
“Setelah mengalahkan Bayern Munich dan Barcelona, siapa pun lawannya di final nanti, itu pasti akan menjadi pertandingan yang hebat,” katanya menambahkan.
Inzaghi pun kini menyamai rekor pelatih legendaris Inter Helenio Herrera sebagai pelatih yang mampu membawa Si Ular Besar dua kali mencapai final Piala/Liga Champions pada musim 1963-1964 dan 1964-1965.
Inzaghi juga berpeluang menjadi pelatih ketiga yang mempersembahkan trofi Si Kuping Besar kepada Nerazzurri setelah Herrera dan Jose Mourinho.
“Kami ingin memenangkan gelar juara. Tapi sekarang kami perlu memulihkan banyak energi dan menikmati final, karena kami memiliki kesempatan besar untuk mengukir sejarah bagi klub ini,” kata kapten Lautaro Martinez.
Sukses Inter musim ini juga tak terlepas dari ketangguhan kiper Yann Sommer yang mencatat delapan kali nirbobol. Kapten Timnas Swiss itu hanya kebobolan 11 gol hingga mencapai final, enam di antaranya terjadi saat menghadapi Barcelona di semifinal.
Sommer melakukan penyelamatan krusial menit 114 dengan menepis tembakan melengkung Yamine Yamal hanya dengan sentuhan ujung jari.
“Tim sudah melakukan sesuatu yang luar biasa malam ini. Penyelamatan terakhir dari Lamine adalah yang paling spesial,” beber mantan kiper Bayern Munich dan Bayer Leverkusen itu.
“Dia pemain hebat yang selalu berupaya menusuk dan menembak. Saya sangat senang bola itu tidak masuk. Pertandingan ini menunjukkan kami percaya sampai akhir,” tutur Sommer.
Sedangkan Frattesi yang juga menjadi pahlawan kemenangan 2-1 La Beneamata atas tuan rumah Bayern Munich pada leg2 perempatfinal awal April lalu, mengaku tidak mengira kembali dapat merasakan kegembiraan luar biasa.
“Saya kira tidak akan ada yang bisa menandingi emosi di Munich itu. Tapi inilah indahnya sepakbola. Ini adalah bagian dari karier saya,” tegas gelandang Italia berusia 25 tahun itu.
“Saya selalu jadi yang pertama percaya dan terakhir menyerah. Gol ini adalah ganjaran dari dedikasi dan komitmen saya. Setelah skor 3-3, saya katakan ke Marcus (Thuram) bahwa kami akan lolos,” jelas Frattesi.
“Laga yang luar biasa, tujuh gol tercipta. Kami bertarung sampai akhir dan saya sangat bangga dengan cara kami bermain,” timpal Denzel Dumfries. (m08/fi/sky)