Scroll Untuk Membaca

Olahraga

Iskandar Hoesin Sang Midas Olahraga Riau

Kecil Besar
14px



SENIORITAS , popularitas dan segudang pengalaman mengurus berbagai cabang olahraga telah mengantarkan putra Aceh, Iskandar Hoesin, didapuk sebagai Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) di Bumi Lancang Kuning (Provinsi Riau).


Kepada Waspada, Selasa (15/03) malam, tokoh olahraga kelahiran Trieng Gading, Pidie Jaya, 11 Mei 1949, ini secara blak-blakan menceritakan dinamika yang berkembang dalam Musda Luar Biasa (Musdalub) KONI Provinsi Riau tersebut.

Putra Aceh yang kini berusia 73 tahun itu, tampak masih prima dalam menghadapi lawan yang maju sebagai kandidat Ketua KONI. Tercatat ada lima calon ketua dan empat di antaranya bersatu melawan mantan Sekretaris Menteri Negara Hak Asasi Manusia di masa Presiden Gus Dur itu.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Iskandar Hoesin Sang Midas Olahraga Riau

IKLAN

Meski “dikeroyok,” energi mantan Ketua DPW Nasdem dua periode di provinsi kaya minyak itu semakin tertantang dan spartan. Militansi Iskandar ini membuat salah seorang kandidat kuat calon Ketua KONI Riau lainnya, yang menjadi rival beratnya, dibuat tak berdaya.

Mantan politisi di Riau itu, yang menjadi saingan Iskandar, dinilai tidak memenuhi syarat untuk maju sebagai kandidat, karena jumlah dukungan dari KONI kabupaten/kota dan Cabor tidak mencukupi.

Memang sejak awal, Iskandar Hoesin sudah dijagokan bakal menduduki jabatan Ketua KONI Riau untuk periode 2022-2026. Soalnya, mantan Kepala Wilayah (Kanwil) Transmigrasi Riau di era Presiden Soeharto itu, telah mengantongi 22 cabor yang sah dari 24 cabor pendukung dan delapan KONI Kab/Kota kota yang sah dari semula didukung 10 KONI Kab/Kota.

Sedangkan Kordinas, didukung 19 cabor yang sah dari 25 cabor yang semula mendukungnya serta 3 KONI Kab/kota yang sah dari empat KONI 4. “Itulah yang membuat saya aklamasi, karena tidak ada yang mencapai minimal didukung 4 KONI kab/kota dan aklamasi tidak pernah terjadi di Riau,” terang Iskandar Hoesin.

Iskandar Hoesin dan pengurus lainnya rencananya akan dilantik sebelum bulan Ramadhan tahun ini.
Usai dinyatakan memenuhi syarat sebagai calon Ketua KONI Riau, Iskandar Hoesin kemudian membacakan visi misinya untuk membangun KONI Riau ke depan. Visi misi antara lain akan membawa olahraga Riau masuk enam besar nasional. Mendengar itu, para insan KONI Riau menyambutnya dengan senang hati.

Iskandar Hoesin sendiri selama ini telah menjabat Ketua Persatuan Angkat Berat Seluruh Indonesia (PABBSI) Riau dan pernah memimpin beberapa cabang olahraga lainnya. Pengalamannya sebagai pengurus beberapa cabang olahraga dinilai menjadi modal kuta baginya untuk menahkodai induk organisasi olahraga di Riau tersebut.

Iskandar Hoesin pernah memimpin cabang olahraga sepakbola, yakni sebagai Ketua Persiraja Banda Aceh, PSPS Pekanbaru. Kemudian menahkodai cabang olahraga dayung (PODSI) Riau, basket (Perbasi) Riau, PABBSI Kalimantan Barat, tenis meja (PTMSI) Kalimantan Barat, serta saat ini sebagai Ketua Pengprov PABSI Riau.
Jadi melihat kiprahnya selama ini, semakin jelas bahwa Iskandar Hoesin sosok yang sangat mumpuni memegang jabatan sebagai Ketua KONI Riau.

Khusus untuk olahraga dayung, pada tuan rumah PON, Iskandar Hoesin berhasil menorehkan sejarah dengan membabat habis piala yang dilombakan. “Waktu itu cabor dayung Riau ke luar sebagai juara umum dengan menyabet 7 emas, 8 perak dan 5 perunggu pada PON Riau 2012 lalu,” kenang Iskandar Hoesin yang waktu itu sebagai Ketum Podsi Riau.

Optimis Majukan Olahraga Bumi Lancang Kuning

Atas kepercayaan masyarakat olahraga di Provinsi Riau, mendorong semangat Iskandar Hoesin untuk meningkatkan prestasi olahraga di ‘Tanah Melayu tersebut’. Ketua lembaga olahraga yang mengutamakan sporfifitas itu menjadi lebih optimis.

“Banyak pihak meyakini, saya mampu membawa lompatan besar dalam meraih prestasi olahraga Riau ke depan,” kata Iskandar Hoesin yang dihubungi via handphone.

Keyakinan banyak orang itu bukan tanpa sebab. Agaknya, tangan Iskandar Hoesin bak Raja Midas: “Apa yang dipegangnya, langsung jadi emas.” (Midas adalah salah seorang raja dalam mitologi Yunani. Dia adalah figur yang terkenal karena kemampuannya mengubah semua yang disentuhnya menjadi emas).

Selain membawa olahraga dayung menjadi juara nasional, pada tahun 1993 Iskandar Hoesin juga berhasil membawa PSPS Pekanbaru masuk Divisi Utama PSSI dari sebelumnya bertengger di Divisi II. Itu karena kepiawaiannya saat dipercaya mengomandoi PSPS.

Ketika Iskandar Hoesin berhasil menaikan kasta PSPS dari Divisi II ke Divisi Utama, masyarakat Riau bersuka cita karena sudah lama mendambakan klub sepakbola yang bisa berbicara di level nasional.

“Ini kontribusi nyata seorang Iskandar Hoesin terhadap olahraga Riau,” kata salah seorang pimpinan cabor di Riau, Sanusi Anwar, sebelum MusdaLub KONI Riau di gelar.

Begitu juga saat dia menangani Persiraja Banda Aceh, Iskandar Hoesin yang juga mantan Kepala Kanwil Transmigrasi Aceh ini berhasil membawa kesuksesan bagi tim Kutaraja yang populer dengan sebutan ‘Lantak Laju’ tersebut.
Setelah terpilih sebagai Ketua KONI Riau, Iskandar Hoesin juga mendapat apresiasi dan dukungan dari Dewan Pimpinan Pusat Lembaga Laskar Melayu Bersatu (DPP LLMB) yang berpusat di Pekanbaru, Riau. Iskandar Hoesin memang tercatat sebagai penasehat DPP LLMB.

Iskandar Hoesin Di Mata Tokoh Olahraga

Menurut Sanusi Anwar, tidak hanya berhasil menaikkan posisi PSPS, kesuksesan cabang olahraga dayung Riau di masa Iskandar Hoesin juga telah membuat para pedayung ‘Bumi Lancang Kuning’ itu ikut dipanggil untuk memperkuat kontingen Indonesia pada ajang Asian Games Tahun 2010 di Guangzhou, China. Para pedayung kala itu sukses mempersembahkan medali emas serta medali perak untuk Indonesia.

“Pedayung Riau yang ikut mempersembahkan medali untuk Indonesia juga mendapatkan bonus hampir 1,2 miliar rupiah/orang. Ini juga bentuk perhatian pemerintah Indonesia melalui Kemenpora saat itu,” jelas Sanusi.

Lebih lanjut mantan lifter nasional ini menjelaskan, tantangan pembinaan olahraga akan semakin kompleks dan butuh sosok yang benar-benar mengerti olahraga. Tidak cukup hanya modal memenuhi syarat untuk maju, baik sebagai ketua cabang olahraga maupun pengurus KONI saja, tapi harus punya tekad yang kuat.

“Olahraga ini butuh ketua yang mengerti dengan penderitaan atlet, pelatih dan cabor. Kita tidak ingin mereka yang berjuang mengharumkan nama daerah merasa tidak diperhatikan,” harapnya.

Punya Pengalaman Mumpuni

Sebagaimana diketahui, sosok Iskandar Hoesin bukanlan orang baru dalam bidang olahraga. Iskandar sudah mengabdikan diri hampir 20 tahun di dunia olahraga dengan beragam latar belakang cabang olahraga.

Ayah lima anak yang beristrikan Hajah Faridah H Saad SE ini memang sosok yang tepat memimpin KONI Riau. Sementara istrinya, Faridah Saad, juga bukan wanita sembarangan. Faridah Saad saat ini tercatat sebagai anggota DPRD Provinsi Riau dari Fraksi Nasdem.

Iskandar Hoesin Sang Midas Olahraga Riau

Anggaran KONI Riau sendiri, dari informasi yang diterima wartawan, disebut-sebut mencapai sekitar Rp31 miliar. Anggaran tersebut belum termasuk adanya bantuan dari dana CSR perusahaan yang ada di Riau. “Masih banyak potensi keuangan yang belum tergali secara maksimal,” kata Iskandar Hoesin.

Dia mencontohkan, banyak perusahaan besar yang beroperasi di Provinsi Riau yang bisa berkontribusi dana untuk memajukan dunia olahraga di Riau, di antaranya dengan menggandeng perusahaan besar itu sebagai ‘Bapak Angkat’.
Selain itu, dengan mendirikan yayasan yang akan bergerak di berbagai bidang. Antara lain, sektor perkebunan, karena masih banyak lahan di kab/kota yang bisa dimanfaatkan untuk membuka perkebunan sawit dengan kerjasama dengan perusahaan besar di daerah itu.

“Kita tidak ingin puas menjadi yang terbaik di Pulau Sumatera, tapi kita berusaha masuk tujuh atau enam besar nasionnal,” tutup Iskandar Hoesin. Pada PON XX Papua tahun 2021, Provinsi Riau bertengger di delapan nasional dan terbaik di Sumatera.


Pengalaman Jabatan di Pemerintahan

Tahun 1988-1993 Iskandar Hoesin menjabat Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Departemen Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan Provinsi Daerah Istimewa Aceh, kemudian tahun 1993-1997 sebagai Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Departemen Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan Provinsi Riau, selanjutnya pada tahun 1997-1998 menjabat Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Departemen Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan Provinsi Kalimantan Barat.

Pada tahun 1998 – 2000, Iskandar Hoesin diangkat sebagai Koordinator Wilayah (Korwil) Kalimantan Departemen Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan di Jakarta, selanjutnya tahun 2000 – 2001 sebagai Sekretaris Menteri Negara Urusan Hak Asasi Manusia, kemudian tahun 2001 – 2004 sebagai Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan HAM Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, tahun 2005 – 2006 menjabat Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia selanjutnya mulai tahun 2006 sebagai Staf Ahli Menteri

Hukum dan Hak Asasi Manusia Bidang Hukum Lingkungan dan Pertanahan.
Iskandar Hoesin menyelesaikan pendidikan sarjananya di Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala (Unsyiah/USK) Banda Aceh tahun 1978, kemudian memperoleh gelar Magister Ilmu Hukum di STIH IBLAM di Jakarta tahun 2004. Sedangkan pendidikan SD dia selesaikan di Pidie, kemudian pendidikan SMP dan SMA diselesaikan Iskandar Hoesin di Medan. ( * )

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE