LONDON (Waspada): Manajer Pep Guardiola mengakui Manchester City tak kuasa mengendalikan Crystal Palace hingga akhirnya takluk 0-1 pada partai final Piala FA 2024/2025 di London.
Dalam laga Sabtu malam di venue netral Stadion Wembley itu, The City sebenarnya mampu mendominasi permainan dan serangan. Citizens menguasai bola hingga mencapai 78 persen dan melepaskan 23 tembakan, enam di antaranya tepat sasaran.
“Mereka sulit untuk dikendalikan terutama saat lemparan ke dalam, sepak pojok dan tendangan bebas. Tapi kami juga tidak bisa mencetak gol pada dua pertandingan terakhir,” ucap Pep melalui MEN, Minggu (18/5).
“Kami sebenarnya lebih aktif dan saya akan mengatakan kami lebih baik di banyak hal. Kami menciptakan banyak (peluang), tapi tidak mencetak gol dan tidak kuasa mengendalikan mereka, itulah kenapa kami tidak menang,” ujarnya lagi.
Ada beberapa kontroversi yang mewarnai duel itu. Salah satunya kiper Palace Dean Henderson lolos dari hukuman kartu merah meski sempat menyentuh bola dengan tangannya di luar kotak penalti.
Hanya saja Pep lebih memilih menyoroti permainan timnya dibanding membahas kontroversi dimaksud. Dia pun berharap, Kevin De Bruyne dan kawan-kawan segera bangkit dan tampil maksimal pada dua laga tersisa Liga Utama Inggris untuk meraih tiket Liga Champions.
“Rencana permainan tidak berjalan karena kami tidak menang, tapi saya tidak menyesal sama sekali. Kami sedih karena ini adalah final Piala FA, kami berada di sini dan bermain untuk menang,” papar mantan pelatih Barcelona dan Bayern Munich itu.
“Kami memiliki kesempatan, tapi itu tidak mudah dengan banyak pemain di sana (kotak penalti). Kini kami beristirahat dan melakukan pemulihan cepat untuk dua pertandingan terakhir agar lolos ke Liga Champions,” harap Pep.
Ini trofi besar pertama The Eagles yang membuat mereka lolos ke Liga Europa musim depan dan menghadapi Liverpool pada arena Community Shield di awal musim 2025/2026.
Kemenangan Palace juga membuat Pep puasa gelar untuk pertama kali sepanjang karier kepelatihannya.
Citizens tampil dominan sejak kick-off. Satu peluang didapat striker Erling Haaland pada menit keenam saat menyambut umpan silang Kevin De Bruyne di tiang jauh.
Meski dijaga ketat pemain Palace, Haaland bisa menyontek bola. Namun peluangnya ditepis kiper Dean Henderson.
Menit 12 mantan penjaga gawang Manchester United itu kembali menggagalkan peluang City dari tandukan Josko Gvardiol.
Meski terus mendapat tekanan, Palace justru berhasil mencetak gol menit 16. Daniel Munoz menusuk dari sisi kanan untuk memberikan umpan tarik yang disontek Eberechi Eze di depan gawang kiper Stefan Ortega..
Ismaila Sarr hampir membawa Palace unggul 2-0 andai bola tembakan jarak dekatnya tidak ditepis Ortega.
City mendapat penalti menit 33 saat Tyreck Mitchell menjatuhkan Bernardo Silva di kotak terlarang Si Elang. Namun Omar Marmoush sebagai eksekutor gagal mencetak gol, setelah sepakannya ke arah kanan bisa ditepis Henderson.
“Mengingat Haaland mungkin akan maju mengambilnya, saya tidak yakin akan arah tendangan dia. Tapi memberikannya kepada Marmoush, saya sudah tahu ke arah mana tendangannya. Saya tahu akan menyelamatkan penaltinya,” klaim Henderson.
Dua menit menjelang babak pertama habis, Jeremy Doku melakukan cut-inside dari sisi kiri dan menembak ke tiang jauh yang ditepis kiper Inggris berumur 28 tahun tersebut.
Memasuki babak kedua, City langsung menggebrak. Doku menyambar bola liar di kotak penalti yang sempat menimbulkan kemelut sebelum disapu pemain Palace.
City terus menekan, tetapi Palace yang sempat mencetak gol lagi menit 61 lewat Daniel Munoz yang menyambar bola rebound. Namun gol itu dianulir VAR karena saat serangan terjadi, bola mengenai Ismaila Sarr yang sudah offside.
Palace lantas menumpuk para pemain mereka di daerah pertahanan, sehingga City kesulitan menciptakan peluang. Satu kans didapat pemain muda City Claudio Echeverri menit 82, namun bola sepakannya terlalu lemah hingga bisa ditepis Henderson.
“Ini luar biasa. Kami punya firasat kalau hari ini akan jadi hari kami. Manajer kami memiliki rencana permainan dan kami melaksanakannya. Kami sangat pantas mendapatkannya,” tegas Henderson.
“Para penggemar akan merayakannya dan mereka pantas mendapatkannya, hal yang sama akan terjadi pada semua pemain. Hubungan baik ini akan tetap terjalin selamanya di Crystal Palace,” tutur Oliver Glasner, manajer Palace asal Austria.
Ini gelar sejak berdirinya The Eagles 119 tahun silam dan Glasner menilai semua elemen di dalam tim ikut berperan dan pantas mendapatkannya.
“Tahun depan, kami akan memulai babak baru untuk pertama kalinya bermain di Liga Europa. Saya pikir ini pencapaian terbesar yang dapat dilakukan oleh olahragawan,” jelas Glasner.
“Kami melakukannya untuk para penggemar, kami melakukannya untuk banyak orang. Itulah mengapa saya pikir setiap orang yang berkontribusi terhadap kesuksesan ini layak untuk bangga terhadap grup dan seluruh klub,” pungkasnya. (m08/men/fl)