JAKARTA (Waspada): Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) RI Zainudin Amali (foto) menjelaskan, PSSI akan mempercepat pelaksanaan Kongres Luar Biasa (KLB). Berdasarkan informasi yang diterimanya, PSSI akan menggelar kongres biasa untuk memilih komite pemilihan dan komite banding pada 7 Januari 2023.
Komite pemilihan dan komite banding akan bekerja layaknya Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu). Setelah itu, beberapa bulan kemudian barulah digelar KLB.
“Jadi mereka yang akan menjalankan itu, kemudian ada beberapa bulan, ya diperkirakan sekira Maret akan (KLB),” ujar Zainudin dalam rapat kerja dengan Komisi X DPR RI, Selasa (8/11).
Namun, Zainudin mengingatkan adanya potensi risiko dari KLB PSSI tersebut. Ia khawatir, KLB tersebut akan memengaruhi dan menghambat pelaksanaan Piala Dunia U-20 yang akan digelar pada Mei 2023.
“Risikonya adalah Piala Dunia ini Mei, berisiko buat kita. Jadi kalau toh itu jalan, saya tidak tahu apakah FIFA sudah mengizinkan atau belum, karena PSSI sudah mengirim surat ke FIFA belum ada tanggapannya,” ujar Zainudin.
FIFA, jelas Zainudin, belum menanggapi surat yang dikirim dari PSSI terkait potensi terhambatnya pelaksanaan Piala Dunia U-20 usai kepengurusan baru terpilih. Mengingat, kepengurusan PSSI yang baru nantinya tentu perlu beradaptasi dengan pelaksanaan turnamen tersebut.
“Karena FIFA pasti berpikir juga tentang FIFA World Cup itu dengan kepengurusan yang baru, kemudian harus beradaptasi dengan persiapan kita yang tinggal dua bulan lagi,” jelas Zainudin. “Mei itu sudah harus jalan, nah itu menjadi juga pertimbangan. Saya tidak tahu seperti apa, itu menjadi ranah FIFA.”
Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan, kembali menegaskan alasannya bersedia mempercepat penyelenggaraan KLB. Pria akrab disapa Iwan Bule ini mengatakan, dengan terhentinya kompetisi tentunya sangat berdampak terhadap sekira 1.600 nasib pemain, pelatih, hingga orang-orang yang menggantungkan hidupnya dengan adanya pertandingan di stadion-stadion.
“Saya hanya ingin kompetisi itu bisa berjalan. Dengan kompetisi terhenti, maka marwah sepakbola itu akan hilang,” ujar Iwan Bule.
Muhammad Iriawan mengaku bersedia mengikuti desakan untuk melakukan KLB karena tidak ingin timbul keretakan di bawah. Iawan Bile menghindari perpecahan. “Selain itu, saya juga tidak ingin ratusan ribu orang yang terlibat dalam sepakbola tersandera,” ujarnya.
Selain pemain, pelatih, ofisial dan penonton, dalam lingkup kompetisi pergerakan keekonomian demikian dahsyat. Jika kompetisi terhenti, maka pengangguran akan bertambah.
“Terbayang betapa para tukang parkir, tukang asongan, pengemudi ojek, angkutan kota, serta tukang-tukang lainnya akan kehilangan mata pencaharian,” kata dia.
Iwan Bule menegaskan, tidak sedikit pun dia ingin mempertahankan kedudukannya. Karena tidak ada yang abadi. “Jangankan jabatan, nyawa pun tak bisa dipertahankan. Jika waktunya telah tiba, siapa pun akan dijemput kematian. Sungguh ini menjadi satu pengalaman yang tak akan pernah bisa saya tanggalkan,” kata dia.
PSSI sendiri sudah mengirimkan surat permohonan KLB ke FIFA. Tekanan untuk KLB dari banyak pihak begitu besar. Tekanan untuk KLB disebabkan oleh salah satu butir keputusan tim TGIPF bentukan pemerintah. Sebagai anggota FIFA, PSSI bermohon agar induk federasi sepakbola dunia itu mengizinkan terselenggaranya KLB.
Ketua Tim Penyusun Statuta PSSI, Dali Tahir menambahkan, keputusan itu diambil setelah rapat Exco di Kantor PSSI pada Jumat (28/10) malam. Meski secara resmi hanya dua klub yang bersurat ke PSSI, yakni Persis Solo dan Persebaya, Iwan Bule memastikan pihaknya siap melakukan KLB.
Dali Taher menilai ‘model’ desakan yang mirip seperti ini bukan pertama kali. “Ali Sadikin, dikudeta. Lalu, Nurdin Halid didemo, tidak tanggung-tanggung 11 bulan, 2010-2011. Demo yang jelas-jelas dikoordinir,” ujar Dali.
“Saya tidak ingin menuding saat ini sama dengan 2010-2011. Tapi, sebagai orang tua yang selama 40 tahun berkecimpung di sepakbola dalam negeri dan luar negeri, hanya mengingatkan PSSI pernah mengalami hal seperti itu,” kata Dali. (m18/ant)