dr OK Ilham A Irsyam SpOT menjadi salah satu pemateri Seminar & Workshop Medan Internasional Sport Physioterapy And Injury Prevention Series 1 ACL Injury di Aula FK USU, 24-25 Mei 2025. Waspada/Dedi Riono
MEDAN (Waspada): Perhimpunan Pembina Kesehatan Olahraga Indonesia (PPKORI) Sumatera Utara bekerjasama Ikatan Fisioterapi Indonesia (IFI) Medan menggelar Seminar & Workshop Medan Internasional Sport Physioterapy And Injury Prevention Series 1 ACL Injury di Aula FK USU, 24-25 Mei 2025.
Kegiatan ini menghadirkan pemateri di antaranya M Noorfaizalazrul (Institut Sukan Negara, Malaysia), dr Husnul Fuad Akbar SpOT(K) (Orthopaedi & Traumatologi FK USU, RS Mitra Medika, RS Siloam Medan), Asep Aziz (Fisioterapi Timnas Sepakbola Indonesia), dr OK Ilham A Irsyam SpOT (Orthopaedi & Traumatologi FK USU, RS Mitra Medika) dan beberapa pemateri lainnya.
Peserta seminar dan workshop merupakan para fisioterapi, dokter, atlet, pelatih, dosen, mahasiswa dan umum. Selain dari Medan, peserta yang berjumlah 62 orang juga berasal dari sejumlah daerah seperti Bengkalis, Pekanbaru, Aceh dan lainnya.
Ketua Umum PPKORI Sumut, dr OK Ilham A Irsyam SpOT, mengatakan seminar dan workshop kali ini merupakan bagian dari program kerja PPKORI Sumut sebagai badan fungsional olahraga di bawah KONI Sumut dalam upaya membina kesehatan olahraga dan mendukung peningkatan prestasi di bidang olahraga, baik di tingkat nasional maupun internasional.
“PPKORI Sumut bekerjasama IFI Medan menggelar seminar ini dengan harapan penanganan cedera atlet, khususnya cedera ACL bisa dilakukan secara komprehensif, mulai dari dokter bedahnya, dokter olahraga dan fisioterapinya harus bisa berkomunikasi dengan baik dan memiliki kompetensi yang sama, sehingga penanganan cedera benar-benar maksimal,” ujar dr OK Ilham.
Lebih lanjut dr OK Ilham mengatakan, jika penanganan cedera khususnya ACL bisa dilakukan secara komprehensif, maka ke depan pelatih maupun atlet yang mengalami cedera bisa lebih yakin dan percaya diri untuk penanganannya di Medan saja, tidak perlu ke luar daerah atau ke luar negeri karena di medan semua fase penangan cedera sudah kompeten dan menyeluruh.
“Jadi menang cedera ACL ini yang paling mengancam karir atlet. Karir atlet bisa habis kalau penanganan cedera ACL dilakukan kurang tepat. Kurang tepat itu bukan karena SDM-nya, tapi kurang tepat karena komunikasi antara dokter, pelatih dan atlet kurang berjalan dengan baik. Jadi kita mau perbaikan di situ,” tambahnya.
Di sisi lain, dr OK Ilham mengatakan selain penanganan, cedera ACL juga sebisa mungkin dilakukan pencegahan. Mengingat atlet yang sudah pernah mengalami cedera ACL biasanya sangat sulit untuk kembali pada top performanya walau sudah dilakukan tidakan operasi.
“Pencegahan itu sebenarnya paling penting. Makanya seminar ini juga membahas hal itu. Sebagai gambaran, pencegahan cedera ACL bisa dilakukan dengan memiliki tim kesehatan yang solid mulai fisioterapinya, pelatihnya dan atlet itu sendiri. Jadi pelatih juga harus tahu otot-otot apa saja yang ditargetkan harus kuat saat latihan fisik atlet, sehingga cedera ACL bisa lebih diminimalisir dengan latihan-latihan khusus. Begitu juga kalau cederanya masih ringan fisioterapinya harus paham memberikan treat yang baik untuk atlet,” jelas dr OK Ilham.
Selain seminar, kegiatan juga dilanjutkan dengan workshop khusus fisioterapi dengan salah satu pematerinya Asep Aziz yang merupakan fisioterafi Timnas Sepakbola Indonesia. (m18)