JAKARTA (Waspada): Timnas Indonesia U-17 mulai menjalani latihan pada Kamis (13/7), setelah sebelumnya menjalani serangkaian tes. Pelatih Bima Sakti memulai hari pertama di Lapangan ABC Senayan, Jakarta, untuk mempersiapkan tim menuju Piala Dunia U-17 2023.
“Setelah menjalani tes kesehatan, psikotes, dan penguatan, hari ini kami latihan perdana di lapangan. Kondisi semua pemain cukup baik dan akhir pekan nanti kami adakan internal game,” kata Bima Sakti.
Saat ini terdapat 34 pemain yang berlatih di Jakarta. Pemain yang berlatih bersama Bima mayoritas merupakan anggota Timnas Indonesia U-16 yang berlaga di Piala AFF U-16 2022 dan Kualifikasi Piala Asia U-16 2022. Selain itu ada pula beberapa pemain hasil seleksi kegiatan Future Garuda yang berlangsung awal Juni 2023.
“Setiap pekan kami rencana ada promosi dan degradasi untuk pemain. Apalagi nanti ada masuk pemain dari seleksi yang dibikin di 12 kota. Yang pasti pemain yang memenuhi kriteria kami dan sesuai dengan kebutuhan tim yang akan dipilih. Tidak ada keistimewaan untuk setiap pemain, semua mempunyai peluang sama untuk masuk di tim U-17 Indonesia,” terang Bima.
Seiring dengan latihan yang dipimpin Bima, proses seleksi di beberapa daerah juga tetap berlangsung. Jika memenuhi kualifikasi, pemain dari daerah bisa bergabung dengan tim yang sudah berlangsung di Jakarta.
Pemusatan latihan sekaligus seleksi pemain akan dilakukan hingga 28 Agustus. Setelah pemusatan latihan di Jakarta selesai, Bima akan menetapkan pemain-pemain pilihan yang akan dibawa untuk menjalani agenda latihan di luar negeri.
Tak cuma berlatih, Timnas Indonesia U-17 kelak direncanakan menjalani uji tanding melawan kesebelasan dari Asia, Afrika, dan Eropa seperti disebutkan Ketua Umum PSSI.
Sementara itu, pengamat sepakbola nasional Justinus Lhaksana mendukung Bima Sakti memanggil pemain diaspora untuk Timnas Indonesia U-17. Karena persiapan minim, pemanggilan diaspora jadi opsi. Saat ini Bima memanggil enam pemain diaspora untuk mengikuti pemusatan latihan di Jakarta.
Pemanggilan enam pemain diaspora ini menciptakan pro-kontra. Ada yang mendukung kebijakan ini, tapi tak sedikit mengkritisi. Coach Justin, sapaan Justinus, mendukung diaspora.
“Anda harus lihat dari dua sisi. Kondisinya sih ini agak menyedihkan, kenapa dia (Bima) tidak bisa mengambil? Saya dukung Bima. Kenapa dia melakukan itu? Karena di lokalnya tidak banyak stok” kata Justin.
“Apa ada liga reguler di U-17? Enggak ada. Kalau dibandingkan Timnas Jerman, Spanyol, Italia, tinggal petik pemain main di liga ini. Tolong ambil data dan ambil terus dites, karena liganya dari kelompok umur berjalan. Nah di sini kan tidak ada,” ucap Justin.
Coach Justin kemudian mengisahkan pengalamannya saat menangani Timnas Futsal Indonesia pada 2005. Saat itu futsal belum begitu familiar dan belum ada kompetisi di tanah air.
“Mau ambil pemain dari mana? Dari liga mahasiswa, dari tarkam, dari ini, dari itu. Nah, Bima tidak jauh beda (kondisinya). Pada saat dia dikasih kesempatan diaspora, kenapa enggak?” kata Justin.
“Intinya kita melanggar aturan atau tidak. Pada saat Anda punya darah Indonesia dari generasi ketiga, mengalir darah dari kakek nenek Anda, ya Anda berhak membela Timnas,” ucapnya.
Intinya, kata Coach Justin, selama tidak melanggar aturan atau regulasi, tidak masalah. Ketika pemain diaspora sudah dipanggil untuk Timnas Indonesia U-17, manfaatnya akan terasa di masa mendatang.
“Pada saat usia 17 sudah main, kan bisa digunakan sampai umur 30 sampai pensiun. Kalau bagus, kan bisa dipakai terus. Kalau tidak bagus, kan akan tersisih sendiri. Timnas Indonesia apa yang dirugikan? Tidak ada,” ucapnya. (m18/pssi)