PHNOM PENH (Waspada): Tim kun bokator putri Indonesia dengan formasi trio atlet asal Sumatera Utara, Riana Oktavia, Riva Hijriah, dan Eni Tri Susilowati, merasa emosional setelah meraih medali emas ke-18 untuk skuad Merah Putih di SEA Games 2023 Kamboja, Senin (8/5).
“Menyumbangkan medali emas ke-18 untuk Indonesia merupakan suatu kebanggaan tersendiri buat kami bertiga karena ini juga pertama kali kami menyumbangkan emas untuk Indonesia,” kata Riana saat ditemui usai pemberian medali di Chroy Changvar Convention Center Phnom Penh, Kamboja.
Adapun ketiga atlet dari latar belakang pencak silat itu meraih emas pada cabang olahraga bela diri tradisional Kamboja, kun bokator di nomor pertandingan Bare Hand Form Grup Putri.
Skuad Merah Putih berhasil unggul dari Kamboja dengan mengoleksi skor 8,5 sementara tim lawan dengan skor 8,33. Eni pun mengaku tidak menyangka bisa mengungguli tim tuan rumah di cabang olahraga tersebut.
“Jujur tidak menyangka karena ini olahraga asli Kamboja. Jadi, rasanya kayak rezeki dan Alhamdulillah kami sudah melakukan yang terbaik, hasilnya memuaskan, dan ini memang hasil yang kami inginkan,” ujar Eni.
Ditanya mengenai adaptasi yang dilakukan saat mempelajari kun bokator, ketiganya sepakat bahwa seni olahraga bela diri tersebut dirasa lebih ekstrem dari silat. Mereka pun melalui latihan intens selama enam bulan demi mempersiapkan diri jelang SEA Games Kamboja.
“Persiapan kami selama enam bulan, sudah mulai latihan dari Oktober tahun lalu untuk menyesuaikan gerakan dari kun bokator,” kata Riana. “Kuda-kuda kun bokator lebih rendah, serangan tangannya juga berbeda dan lebih ekstrem juga,” imbuh Eni dan Riva.
Secara total, tim nasional kun bokator memborong tiga emas, satu perak, dan satu perunggu untuk Indonesia di tiga nomor pertandingan SEA Games 2023.
Selain itu, partai final dari sejumlah nomor pertandingan di kelas tarung (fight) pada cabang olahraga tersebut masih akan bergulir di SEA Games 2023.
Seperti diketahui, dari sejumlah artikel media Kamboja, seperti Phnom Penh Post dan Khmer Times, disebutkan Kun Bokator telah ada lebih dari 1.000 tahun lalu. Seni beladiri ini telah ada sejak kerajaan Khmer.
Disebutkan bahwa Bokator dikembangkan sebagai sistem pertempuran tentara Khmer. Beladiri ini fokus pada kekuatan serangan tinju, siku, tendangan lutut, bantingan, serta kuncian.
Unesco menyebut Kun Bokator sebagai seni beladiri yang bertujuan mengembangkan kekuatan mental dan fisik serta disiplin para praktisinya melalui teknik pertahanan diri dengan filosofi tanpa kekerasan.
Pada 2022 Unesco secara resmi memasukkan Kun Bokator sebagai warisan budaya tak benda Kamboja. Ini dilakukan UNESCO karena Kun Bokator punya pengaruh besar di sejarah Kamboja. Namun Bokator sempat hampir punah. Ini karena banyak guru dan murid Kun Bokator meninggal selama masa genosida rezim Khmer Merah yang dipimpin Pol Pot. (m18/ant)