Oleh: Dr. Bukhari, M.H., CM
Pilkada serentak di Aceh telah usai, meninggalkan jejak euforia, persaingan sengit, hingga harapan baru bagi masyarakat. Namun, seperti biasa, perhelatan demokrasi ini bukan tanpa gejolak. Perbedaan pilihan, debat panas, hingga potensi konflik sosial sering kali menjadi warisan tak diinginkan dari pesta demokrasi. Kini, saatnya kita semua bangkit, melampaui sekat-sekat itu, dan bersama-sama membangun Aceh yang lebih baik.
Para pemimpin terpilih, baik gubernur, bupati, maupun wali kota, bukan hanya simbol kemenangan, tetapi juga pemikul amanah besar. Mereka diharapkan mampu merangkul semua pihak, termasuk yang sebelumnya berseberangan. Kepemimpinan mereka harus menjadi bukti bahwa perbedaan pilihan politik tidak boleh menghalangi keberlanjutan pembangunan. Sebaliknya, masyarakat harus bersikap kritis namun konstruktif. Demokrasi tidak berhenti di bilik suara. Mengawal kebijakan, mengajukan kritik yang membangun, serta mendukung program-program positif adalah wujud tanggung jawab bersama sebagai warga negara.
Tidak dapat dipungkiri, pilkada kerap meninggalkan residu sosial berupa polarisasi. Keretakan ini harus segera diperbaiki. Kearifan lokal Aceh, yang menjunjung tinggi musyawarah dan gotong royong, harus dihidupkan kembali. Melalui kegiatan sosial, keagamaan, atau tradisi seperti meugang dan kenduri, masyarakat dapat menjalin kembali silaturahmi yang sempat renggang.
Pilkada hanyalah sebuah episode dalam perjalanan panjang Aceh menuju kemajuan. Isu-isu strategis seperti pengentasan kemiskinan, penguatan syariat Islam, peningkatan kualitas pendidikan, dan pengembangan ekonomi berbasis maritim harus menjadi prioritas bersama. Kepada pemimpin terpilih, masyarakat Aceh menaruh harapan besar untuk menghadirkan solusi nyata atas permasalahan ini. Sebagai masyarakat, kita juga harus berkontribusi. Jangan menunggu pemimpin bergerak lebih dulu. Ayo mulai dari lingkungan terdekat kita! Bersihkan gampong, dukung usaha lokal, ajarkan anak-anak kita nilai-nilai keislaman, dan rawat kebudayaan Aceh.
Aceh memiliki sejarah panjang sebagai daerah yang tangguh. Dari masa Kesultanan Samudera Pasai hingga perjuangan modern, masyarakat Aceh telah membuktikan bahwa persatuan adalah kunci kekuatan. Usai pilkada, inilah momentum terbaik untuk kembali menutup luka perbedaan dan membuka lembaran baru harapan bersama. Aceh tidak butuh pemenang yang hanya merayakan kemenangan. Aceh butuh pemimpin yang merangkul semua pihak dan masyarakat yang bersatu padu untuk melangkah ke depan. Pilkada telah selesai, kini saatnya kita bekerja bersama untuk Aceh yang bermartabat, sejahtera, dan berkah.