Scroll Untuk Membaca

Opini

Damailah Aceh: Pilkada Bukan Ajang Permusuhan

Damailah Aceh: Pilkada Bukan Ajang Permusuhan
Kecil Besar
14px

Oleh: Dr. Bukhari, M.H., CM

Pilkada adalah salah satu tonggak penting dalam demokrasi lokal. Bagi Aceh, dengan keistimewaan yang dimilikinya, momen ini tidak hanya sekadar memilih pemimpin, tetapi juga menjadi cerminan bagaimana nilai-nilai Islam dapat diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat. Namun, sering kali yang terlihat justru sebaliknya. Pilkada kerap menjadi ajang saling hujat, caci maki, bahkan menyulut permusuhan.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Damailah Aceh: Pilkada Bukan Ajang Permusuhan

IKLAN

Kita harus bertanya pada diri sendiri: Apakah perilaku ini mencerminkan ajaran Islam? Apakah dengan memecah belah masyarakat demi mendukung calon tertentu, kita telah melakukan sebuah ikhtiar yang diridai Allah? Jawabannya jelas: tidak.

Politik Sebagai Ibadah

Islam memandang politik sebagai salah satu sarana untuk mencapai kemaslahatan umat. Dalam konteks pilkada, memilih pemimpin adalah bagian dari tanggung jawab kita sebagai khalifah di muka bumi. Tugas ini bukan perkara main-main, apalagi sekadar soal menang dan kalah. Rasulullah SAW menekankan pentingnya menjaga lisan dan sikap dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam sebuah hadis, beliau bersabda: “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadis ini sangat relevan dengan situasi pilkada. Sebagai pendukung calon, kita sering kali tergoda untuk menjatuhkan pihak lain demi mengangkat kandidat pilihan. Padahal, apa yang kita lakukan mungkin justru mendatangkan dosa, bukan kemenangan yang penuh berkah.

Kemenangan Sudah Ditetapkan Allah

Sebagai umat beriman, kita meyakini bahwa kemenangan dan kekalahan adalah ketetapan Allah SWT. Tugas kita hanya menjalankan ikhtiar terbaik. Namun, ikhtiar itu tidak boleh keluar dari batas-batas agama dan etika. Hujatan, fitnah, dan caci maki bukanlah cara yang diridai Allah.

Pilkada adalah bagian dari takdir Allah, dan pemimpin yang terpilih kelak adalah kehendak-Nya. Maka, mengapa kita harus bermusuhan dengan saudara sendiri hanya karena perbedaan pilihan? Perbedaan adalah sesuatu yang alami, tetapi permusuhan adalah musibah yang harus dihindari.

Merajut Persaudaraan di Tengah Perbedaan

Aceh adalah tanah aulia yang diberkahi dengan nilai-nilai Islam yang kuat. Namun, belakangan ini, kita sering melihat bagaimana perbedaan pilihan politik memicu perpecahan di masyarakat. Bahkan, tidak jarang hubungan keluarga dan persahabatan rusak hanya karena perbedaan dukungan.

Kita harus ingat, siapapun yang terpilih nanti, dia akan menjadi pemimpin bagi semua masyarakat Aceh, bukan hanya bagi pendukungnya. Oleh karena itu, mari jaga ukhuwah islamiyah di atas segalanya. Sebab, lebih penting untuk mempertahankan persaudaraan daripada memaksakan kehendak dan hawa nafsu.

Penulis adalah Akademisi dan Praktisi Hukum di IAIN Lhokseumawe, Advokat, dan Konsultan Hukum di LBH Qadhi Malikul Adil.

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE