Oleh Jonathan I.Tarigan
Media memberitakan bahwa Gubsu M.Bobby Afif Nasution akan membangkitkan dan mengembangkan wisata sejarah di Sumut. Niat mengembangkan wisata sejarah itu muncul dan terinspirasi setelah beliau Gubsu kita usai bermalam di pasanggrahan Bung Karno dkk.di Parapat tepian Danau Toba.
Gedung di Parapat itu pada dasarnya memang sebuah pasanggrahan , tempat beristirahat tempat ber-leyeh leyeh.Namun dalam konteks kehadiran Bung Karno, Sutan Sjahrir dan Haji Agus Salim sejak 1 Januari 1949 itu , gedung itu lebih tepat disebut rumah pengasingan atau rumah pembuangan ,bukan pasanggrahan.Sebab bapak bapak pendiri bangsa Indonesia itu tidak dalam rangka ber-leyeh leyeh di rumah itu .
Keberadaan bapak-bapak pendiri bangsa kita itu Sukarno,Sutan Sjahrir,H.Agus Salim di rumah pengasingan yang di Parapat ,Danau Toba itu disebabkan karena keberadaan Sukarno,Sutan Sjahrir,H.Agus Salim di rumah pengasingan sebelumnya di Lau Gumba Berastagi Tanah Karo oleh Letnan Maarseveen , komandan tentara Belanda yang mengawasi interniran di Berastagi itu , dia rasakan sudah sangat tidak aman disebabkan keberadaan bapak-bapak pendiri bangsa Indonesia yang ditangkap di Yogyakarta itu sudah tercium oleh Selamat Ginting komandan gerilyawan pejuang Tanah Karo dan bersiap-siap untuk membebaskan para pemimpin bangsa itu .
Lantas sejak 1 Januari 1949 mereka oleh Belanda dipindahkan ke Parapat. Bapak-bapak pendiri bangsa itu ditangkap di Yogyakarta pada Actie Politionale 2 ,begitu Belanda menyebut gerakan “ gakkum” atau penegakan hukum,khususnya hukum ketatanegaraan.Dimata kolonialis Belanda,Proklamasi 17 Agustus 1945 itu adalah”subversif “ .Dimata kolonialis Belanda , Indonesia yang diproklamirkan atas nama bangsa Indonesia itu enggak pernah ada, yang ada adalah Hindia Belanda yang sempat dirampok oleh tentara Dai Nippon.
Oleh karena Dai Nippon kalah telak dalam Perang Dunia kedua maka sebagaimana pernah dikemukakan oleh Prof.Mahfud M.D bahwa pemenang perang yaitu Belanda ( bagian dari tentara sekutu – AFNEI ,Allied Forces Netherland East Indies dan NICA ) berhak menerima kembali daerah jajahannya sesuai dengan konvensi Geneva .Itulah sebabnya Belanda menggelar Actie Politionale yaitu menegakkan hukum untuk mengembalikan pemerintahan kolonialis di daerah jajahannya Hindia Belanda.
Belanda menurunkan Jenderal Simon Hendrik Spoor untuk penegakan hukum dan pemulihan pemerintahan kolonialis di negeri jajahannya , Hindia Belanda. Jenderal Simon Spoor bukan jenderal kaleng-kaleng, beliau adalah orang kedua dalam rantai komando Perang Pasifik yang dikomandoi General Mc.Arthur.Tentara Dai Nippon dengan spirit “bishido” nya bertekuk lutut , oleh karena itu bagi Jenderal Simon Spoor , “ gelleng’ lah untuk mengembalikan pemerintahan kolonialis di Hindia Belanda, pejuang kemerdekaan Indonesia dianggap Belanda sebagai ekstrimis kumpulan gangster, langsung saja dia gelar Actie Politionale dengan menyerang Yogyakarta yang sejak 4 Januari 1946 menjadi ibokota RI dikarenakan sejak September 1945 Belanda menyerang dan menduduki Jakarta dan Surabaya ( ingat pertempuran berdarah-darah 10 November 1945 di Surabaya ).Tanggal 20 Desember 1948 tentara Belanda menyerbu Yogyakarta ibukota RI dan menangkap 7 ( tujuh ) orang pemimpin bangsa Indonesia mereka itu adalah : Sukarno,Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, H.Agus Salim, Assat,Gaffar Pringgodigdo dan Surya Darma.Penangkapan para pemimpin bangsa di ibukota republik Yogyakarta pada 20 Desember 1948 itu diberitakan oleh harian New York Times dengan judul berita : Dutch Take Chiefs and Java Capital.
Selanjutnya dalam satu pesawat mereka diterbangkan ke luar P.Jawa , 4 ( empat ) orang diturunkan di Pangkal Pinang Bangka , mereka itu : Mohammad Hatta, Assat, Gaffar Pringgodigdo dan Surya Darma dan 3 ( tiga ) orang lagi diterbangkan ke Medan selanjutnya digelandang ke Lau Gumba Berastagi,mereka itu : Sukarno,Sutan Sjahrir dan H.Agus Salim.
Dalam seminar sejarah “ Menggali dan mewariskan nilai-nilai heroisme “ yang kami gelar di Berastagi 7 Mei 2015 dengan menghadirkan sejarawan ilmuwan papan atas Sumut antara lain guru besar yang patriotik Prof.Usman Pely, kamus berjalan kesejarahan Sumut Wara Sinuhadji dan Dr.Suprayitno,Prof.Ichwan Azhari serta jurnalis patriotik Muhammad Tun Wan Haria dll. Muhammad Tun Wan Haria yang menulis tentang pengasingan para pemimpin bangsa di Berastagi dalam seminar 10 tahun yang lalu itu menjelaskan bahwa para pemimpin bangsa itu diminta untuk membatalkan Proklamasi 17 Agustus 1945 itu dengan berbagai macam iming-iming.
Namun ketiga pemimpin bangsa itu dengan tegas menolak.Selanjutnya mereka diancam untuk dibunuh.Tercium keberadaannya oleh Selamat Ginting lantas dipindahkan ke Parapat.Rumah Pengasingan Sukarno,Sutan Sjahrir,H.Agus Salim di Lau Gumba Berastagi Tanah Karo itu telah ditetapkan oleh Bupati Karo menjadi Cagar Budaya peringkat kabupaten dan selanjutnya dalam Sidang Kajian Cagar Budaya Peringkat Nasional di Parapat Juli 2024 Tim Ahli Cagar Budaya Nasional ( TACBN ) Kemdikbudristek telah merekomendasikannya menjadi Cagar budaya Nasional dan oleh Menteri Kebudayaan Dr.Fadli Zon pada 16 November 2024 telah ditetapkan menjadi Cagar Budaya Nasional, mungkin satu satunya di Sumut.Boleh jadi jika berkenan Bapak Bobby Nasution, Gubsu, dapat mencanangkan pembangkitan dan pengembangan wisata sejarah di Sumut dari Rumah Pengasingan Sukarno,Sutan Sjahrir ,H.Agus Salim di Lau Gumba Berastagi Kabupaten Karo itu .
Rumah Pengasingan Sukarno,Sutan Sjahrir,H.Agus Salim yang merupakan Cagar Budaya Nasional merupakan tempat kejadian pertarungan membela Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus ’45 yang menghubungkan secara langsung pembelaan Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus ’45 antara ibukota republik yang ketika itu di Yogyakarta dengan Sumatera Utara yang mengambil tempat di Berastagi Tanah Karo.
Wisata Sejarah di Sumut Menurut Deklarasi Universal Keanekaragaman Budaya – Unesco tahun 2001, budaya merupakan ungkapan tertentu yang menyangkut aspek : spiritual, material, intelektual serta perasaan, dari suatu kelompok masyarakat yang tercermin lewat: gaya hidup, sistem nilai, way of life, tradisi, kepercayaan, aksara atau tulisan – tulisan/naskah – naskah rumah – rumah tradisional /rumah – rumah adat.
Wisata Sejarah merupakan bagian dari wisata budaya dimaksudkan untuk memberikan dan memperkaya nilai-nilai sosial dan budaya dari wisatawan melalui informasi ataupun notis budaya atau notis kesejarahan (historical notice ) yang diperoleh melalui kunjungan wisata ke obyek-obyek wisata sejarah yang terdapat di suatu tempat .
Wisata sejarah sebagai bahagian dari wisata budaya merupakan rangkaian kegiatan yang terkait dengan pergerakan manusia yang melakukan perjalanan dan persinggahan sementara dari tempat tinggalnya ke satu atau beberapa tempat tujuan yang memiliki nilai-nilai sejarah atau pusaka (heritage ) di luar dari lingkungan tempat tinggalnya yang didorong oleh berbagai motif dan keperluan untuk memenuhi hasrat ingin tahu,menambah wawasan dan pemahaman atau untuk meneguhkan identitas atau jati diri, martabat , marwah dan kehormatan.
Secara lebih khusus wisata sejarah perang merupakan perpaduan yang sistematik dari sebuah pengalaman berwisata ke suatu titik (spot ) atau kawasan yang berhubungkait dengan perjuangan kemerdekaan, konflik, tragedi, penderitaan,heroism dan lain lain. Ada banyak thema wisata sejarah di Sumut yang dapat diwujudkan di lapangan. Misalnya saja sejarah tentang kerajaan Panai di muara Sungai Barumun di Padang Lawas dengan terdapatnya komplek candi Si pamutung .
Wisata sejarah yang kompleks di Barus Tapanuli Tengah , napak tilas jejak missionaris Nommensen dari Barus ke Silindung di Tapanuli Utara . Napak tilas sejarah heroisme Raja Sisingamangaraja XII .Napak tilas sejarah heroisme Liberty Malau . Napak tilas sejarah heroisme Bejo dkk di Sipirok Area .
Megalitik di Nias.dll.Napak tilas kehadiran patriotik Bung Hatta di Agresi Militer Belanda 1 ( Actie Politionale 1) di Tanah Karo.Sejarah heroisme Panglima Nabung Surbakti Panglima Perang Sunggal – Tanduk Benua , napak tilas “Perlanja Sira “ di pantai timur Sumut dan lain lain.
Langkah langkah yang perlu ditempuh adalah pertama melakukan kajian tema sejarah dan spot2 geografis/spatialnya selanjutnya menentukan rute perjalanan wisata sejarahnya serta mempersiapkan pemandu wisata sejarahnya.
Wisata sejarah adalah wisata edukasi untuk membangkitkan kesadaran sejarah wisatawan/masyarakat , menggali identitas dan jati diri serta meneguhkan kehormatan atau martabat .Luar biasa jika wisata sejarah di Sumut ini dapat diwujudkan dalam kepemimpinan Gubsu Bobby Nasution.

Jonathan I.Tarigan , Ahli Cagar Budaya Kabupaten Karo .Penyelenggara/pemandu wisata sejarah napak tilas heroisme kejuangan di palagan Karo Area.Anggota Cendekiawan Karo Indonesia ( CKI ).Putra Pejuang’45 Front Karo Area.