Scroll Untuk Membaca

Opini

Kajian Serius Aceh Tentang Islam

Kajian Serius Aceh Tentang Islam
Kecil Besar
14px

Oleh Shohibul Anshor Siregar

Memahami sejarah yang amat dialektik ini adalah salah satu kunci untuk menghargai tak hanya warisan Islam, tetapi juga menggunakannya sebagai sumber inspirasi dalam membangun masa depan yang begitu rumit

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Kajian Serius Aceh Tentang Islam

IKLAN

Disengaja atau tidak, distorsi sejarah Islam dalam bentuk kesalahan penyajian, manipulasi atau pemalsuan yang atas fakta-fakta sejarah dan peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan Islam dan Muslim kerap terjadi (Fogg, 2015).

Selain pengaruh kolonialisme, orientalisme, dan imperialisme berkelanjutan terhadap produksi dan penyebaran sejarah Islam oleh para sarjana dan institusi Barat, yang sering menggambarkan Islam sebagai agama yang monolitik, statis, tidak rasional, dan penuh dengan kekerasan yang tidak sesuai dengan modernitas, demokrasi, dan hak asasi manusia, banyak faktor lain yang dapat terus mempengaruhi pemahaman sejarah Islam.

Tanpa menganggap sebelah mata kemungkinan dampaknya atas pemahaman lebih baik terhadap Islam, buku semisal “Islamic Civilization in Thirty Lives: The First 1,000 Years” (Chase F. Robinson, 2016) tetap terbuka untuk dikritisi. Memang ia menghadirkan 30 biografi dari berbagai tokoh penting dalam sejarah Islam pada 1.000 tahun pertama dan sekaligus berusaha memberikan gambaran yang komprehensif tentang kontribusi mereka terhadap peradaban Islam dan warisan budaya yang dihasilkan. Ia telah membantu membentuk pemahaman yang lebih lengkap tentang bagaimana masa lalu dapat memberi inspirasi untuk membangun masa depan yang lebih baik.

Karena itu buku ini menjadi sangat penting: “Muslims in the Western Imagination” (Sophia Rose Arjana, 2015). Hasil penelitian ini menjelaskan cara-cara umat Muslim direpresentasikan dalam imajinasi Barat, menganalisis bagaimana stereotipe dan prasangka terhadap Islam dan umat Muslim telah membentuk persepsi dan hubungan antara Barat dan dunia Muslim. Buku ini memberikan perspektif yang penting dalam memahami tantangan yang dihadapi oleh umat Muslim dalam konteks global. Berapa banyak filem yang diproduksi di Hollywood untuk tujuan semacam ini?

Memang sangat terasa diperlukan arena besar terbuka dan beroleh pengarusutamaan untuk menelaah seluruh karya sejarah tentang Islam, terutama yang ditulis oleh para sarjana Barat dengan kemungkinan catatan novelty dan kelemahan-kelemahannya sekaligus. Misalnya “Muhammad: His Life Based on the Earliest Sources” (Martin Lings, 1983) yang menggambarkan kehidupan Nabi Muhammad dengan menggunakan sumber-sumber tertua yang tersedia untuk memberikan wawasan mendalam tentang konteks sosial, politik, dan spiritual dalam perkembangan awal Islam.

Sebuah studi monumental tentang sejarah Islam yang mencakup periode awal Islam dan masa kekhalifahan ditulis oleh Hodgson untu menjelajahi aspek-aspek sosial, politik, dan intelektual dalam perkembangan peradaban Islam (“The Venture of Islam: Conscience and History in a World Civilization”, Marshall G. S. Hodgson, 1974), dapat disandingkan dengan “Lost Islamic History: Reclaiming Muslim Civilisation from the Past” (Firas Alkhateeb, 2014) yang membahas beberapa periode penting dalam sejarah Islam, termasuk masa awal Islam dan masa kekhalifahan. Alkhateeb menggambarkan kontribusi penting umat Muslim dalam ilmu pengetahuan, seni, dan peradaban dunia.
Juga menjadi variasi yang cukup penting jika dibandingkan dengan “Islamic Science and the Making of the European Renaissance” (George Saliba, 2007) yang memaparkan hasil penelitin tentang pengaruh ilmu pengetahuan Islam dalam pembentukan Renaisans Eropa. Saliba menggambarkan bagaimana pengetahuan dan pencapaian ilmiah dari dunia Islam membentuk pemikiran dan perkembangan ilmu pengetahuan di Eropa pada abad ke-15 dan ke-16 dengan menggarisbawahi pentingnya warisan ilmiah Islam dalam perkembangan peradaban manusia.

Kebudayaan ragawi itu juga penting sebagaimana dapat dilihat dari “Islamic Art and Architecture: The System of Geometric Design” (Issam El-Said, 1991) untuk memaparkan keindahan dan signifikansi seni dan arsitektur Islam. El-Said menjelaskan prinsip-prinsip desain geometris yang melandasi seni kaligrafi, mozaik, dan arsitektur Islam sekaligus memberikan wawasan tentang kekayaan dan kompleksitas seni Islam serta pengaruhnya terhadap seni dan arsitektur dunia.

Tetapi karya-karya semisal “Islam and the Future of Tolerance: A Dialogue” oleh Sam Harris dan Maajid Nawaz (2015) tentu begitu pantas untuk dicurigasi sehubungan dengan pemahaman dasar hegemonik tiada yang terbaik kecuali peradaban Barat yang dengan begitu segala yang di luarnya wajib beradaptasi dan jika mereka gagal berarti tetap di jalan yang sesat, terbelakang dan bermusuhan dengan tuan umat manusia (Barat dan peradabannya).

Buku ini memang sangat menarik, karena diangkat dari dialog antara Harris, seorang penulis dan kritikus agama, dengan Nawaz, seorang mantan anggota kelompok Islamis radikal yang kemudian bertransformasi menjadi seorang penulis dan aktivis moderat. Meski dalam buku ini mereka membahas bagaimana nilai-nilai Islam dapat dipertahankan dan diinterpretasikan secara moderat dalam konteks modern, tetapi pertanyaan hulunya tak akan ditemukan dalam buku semacam ini, yakni siapa pembuat teror?

“Islam Between Culture and Politics” karya Bassam Tibi (2005), seorang sarjana Muslim terkemuka, menyajikan pandangannya tentang bagaimana Islam dapat beradaptasi dengan tantangan zaman modern karena membahas isu-isu seperti demokrasi, pluralisme, hak asasi manusia, dan penerapan nilai-nilai Islam dalam masyarakat yang pluralistik. Lazimnya narasi serupa yang terdapat dalam miliaran lembar buku pastilah didasarkan pada pemikiran pertandingan asimetrik yang menempatkan Barat di atas segalanya.

Bagaimana dengan “Revival and Reform in Islam: A Study of Islamic Fundamentalism” karya Fazlur Rahman (1982)? Dalam banyak mungkin memiliki kesamaan. Fazlur Rahman menganalisis gerakan kebangunan dan reformasi dalam Islam dengan memberi perhatian atas tantangan yang dihadapi oleh umat Muslim dalam menghadapi modernitas, dan mengusulkan pendekatan yang inklusif dan kontekstual dalam memahami ajaran Islam. Apakah hal yang diusulkannya sesuatu yang baru dalam sejarah Islam?

“Islamic Civilization in Thirty Lives: The First 1,000 Years” (Chase F. Robinson, 2016) menghadirkan 30 biografi dari berbagai tokoh penting dalam sejarah Islam pada 1.000 tahun pertama. Robinson memberikan gambaran yang komprehensif tentang kontribusi mereka terhadap peradaban Islam dan warisan budaya yang dihasilkan untuk membantu membentuk pemahaman yang lebih lengkap tentang bagaimana masa lalu dapat memberi inspirasi untuk membangun masa depan yang lebih baik.

Tanpa kehilangan kritisisme tidak perlu mencurigai karya-karya lainnya terkait Islam, terutama ketika sorotan dikhususkan pada internal. “Islam and the Destiny of Man” yang ditulis oleh Charles Le Gai Eaton (1994), misalnya, yang menyajikan analisis tentang tantangan internal yang dihadapi oleh umat Muslim dalam konteks modern tanpa mengabaikan isu-isu seperti perpecahan dalam umat Islam, krisis identitas, dan pemahaman agama yang beragam. Tawaran pemikiran yang mendalam tentang bagaimana umat Muslim dapat menghadapi tantangan internal dan menemukan keharmonisan dalam pemahaman dan praktik Islam dihadirkan dalam buku ini.

“Reconstruction of Religious Thought in Islam” oleh Muhammad Iqbal (1930) membahas tantangan pembaruan dan rekonstruksi pemikiran agama dalam Islam. Dia menyoroti pentingnya memadukan warisan Islam dengan pemikiran modern, ilmu pengetahuan, dan perubahan sosial untuk mencapai kebangkitan intelektual dan spiritual umat Muslim.
“The Crisis of Islamic Civilization” karya Ali A. Allawi (2009) menyelidiki tantangan internal yang dihadapi oleh peradaban Islam dengan membahas isu-isu seperti ekstremisme, radikalisme, perpecahan sektarian, dan kekurangan dalam pendidikan dan pemikiran. Allawi mengajukan wawasan yang mendalam tentang bagaimana umat Muslim dapat mengatasi tantangan ini melalui introspeksi dan reformasi internal.

“The Reconstruction of Nations: Poland, Ukraine, Lithuania, Belarus, 1569-1999” (Timothy Snyder, 2003) memang tidak secara khusus tentang Islam, namun memberikan pandangan yang berharga tentang tantangan yang dihadapi oleh komunitas dan negara dalam konteks pluralisme dan keberagaman. Snyder menggambarkan perjuangan dan upaya untuk merangkai kembali masyarakat dan bangsa-bangsa yang telah terpecah. Buku ini dapat memberikan pemahaman yang luas tentang tantangan internal yang dapat diterapkan pada konteks umat Muslim.
Pada “The Search for Beauty in Islam: A Conference of the Books” (Khaled Abou El Fadl, 2006) disajikan argumen yang kuat tentang tantangan dalam mencapai keindahan dan keharmonisan dalam pemahaman Islam. El Fadl menggambarkan konflik dan perbedaan interpretasi dalam ajaran Islam, dan berpendapat bahwa umat Muslim harus kembali ke sumber-sumber intelektual dan etika yang kuat untuk merespons tantangan internal ini.

“Islamophobia: The Challenge of Pluralism in the 21st Century” (John L. Esposito dan Ibrahim Kalin, 2011) membahas fenomena Islamofobia, yaitu prasangka dan diskriminasi terhadap Islam dan umat Muslim. John L. Esposito dan Ibrahim Kalin menganalisis akar sejarah dan dampak sosial-politik Islamofobia, serta memberikan pandangan tentang bagaimana mengatasi tantangan eksternal ini melalui dialog, pendidikan, dan kesadaran.

“Western Muslims and the Future of Islam” (Tariq Ramadan, 2004) membahas tantangan yang dihadapi oleh umat Muslim yang tinggal di Barat untuk menggambarkan bagaimana mereka menghadapi stereotipe, prasangka, dan tantangan integrasi sosial dalam masyarakat non-Muslim. Ramadan menyoroti pentingnya membangun identitas Muslim yang seimbang dan mengedepankan nilai-nilai Islam yang inklusif dalam menghadapi tantangan eksternal.
Sekali lagi, dalam perbandingan yang selalu meninggikan Barat sebagai patron buku-buku seperti “Islam and the West: A Conversation with Jacques Derrida” (Mustapha Chérif, 2008) tetap saja memiliki kemanfaatan. Buku ini adalah dialog antara Chérif, seorang filsuf Muslim, dengan Derrida, seorang pemikir terkemuka dalam bidang filosofi kontemporer. Dalam buku ini, mereka membahas hubungan kompleks antara Islam dan Barat, termasuk tantangan eksternal yang dihadapi oleh umat Muslim dalam konteks globalisasi dan konflik budaya.

Senafas dengan itu “Muslims and the Making of America” (Amir Hussain, 2016) yang menggambarkan sejarah, kontribusi, dan tantangan yang dihadapi oleh umat Muslim di Amerika Serikat termasuk garapan baru dalam fenomena diaspora Muslim dari tanah air lama. Hussain menganalisis pengaruh media, politik, dan persepsi publik terhadap umat Muslim dan menyoroti upaya dan kontribusi umat Muslim dalam membangun masyarakat yang inklusif dan merangkai kembali hubungan dengan masyarakat yang lebih luas.

Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa cara umat Muslim direpresentasikan dalam imajinasi Barat begitu berbahaya seperti yang digambarkan demikian baik oleh Sophia Rose Arjana (2015). Stereotipe dan prasangka terhadap Islam dan umat Muslim mempengaruhi persepsi dan hubungan antara Barat dan dunia Muslim yang berkepanjangan.
Dalam momentum 4th International Conference on Islamic Civilization (ICONIC) dan 9th International Conference On Aceh and Indian Ocean Studies (ICAIOS), Universitas Islam Arraniry Banda Aceh, bekerjasama dengan para pihak, tanggal 23-24 Agustus 2023 mendatang, akan menyelenggarakan Seminar bertema Islamic History and Heritage: Remembering the Past, Remaking the Future.
Seminar ini dapat menjadi arena sangat penting untuk merobek tabir yang selama ini menghalangi penghargaan dan minat akademis untuk mempelajari sejarah serta warisan Islam dalam rangka membangun masa depan yang lebih baik. Memahami sejarah yang amat dialektik ini adalah salah satu kunci untuk menghargai tak hanya warisan Islam, tetapi juga menggunakannya sebagai sumber inspirasi dalam membangun masa depan yang begitu rumit.

Penulis adalah Dosen Fisip UMSU, Koordinator Umum Pengembangan Basis Sosial Inisiatif & Swadaya (‘nBASIS).

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE