Oleh Ahmad Muda Harahap
Elemen pendidikan dan penelitian mesti menjangkau masyarakat secara luas. Jika selama ini partisipasi aktif kampus kepada masyarakat hanya bertumpu pada pengabdian, kini saatnya kampus ditarnsformasikan untuk kepentingan masyarakat luas
Setelah bergantinya rezim kepemimpinan di kementerian pendidikan tinggi, sains dan teknologi, maka berganti pula arah kurikulum pendidikan tinggi kita. Merdeka belajar dan kampus merdeka yang digagas oleh Menteri Nadim Makarim, kini muncul lagi gagasan baru; Kampus Berdampak. Kita menyambut hangat gagasan baru ini; setelah kampus merdeka yang memberikan kebebasan lintas disiplin dan instititusi berjalan, kini saatnya kita untuk memikirkan dampak nyata untuk masyarakat luas.
Namun demikian, kita juga harus mewaspadai dan wanti-wanti dengan pola kebijakan yang berulang; setiap pergantian menteri maka berganti pula kebijakan kurikulumnya. Hal ini mesti dihindari karena tidak semua perubahan kebijakan itu akan berdampak pada kemajuan; terkadang terjebak pada rutinitas yang berjalan ditempat. Dengan kata lain arah kebijakan pendidikan tinggi tidak memiliki kesinambungan dan keberlanjutan visi jangkan panjang.
Dampak Intelektual
Salah satu tugas utama perguruan tinggi adalah pengembangan daya intelektual anak bangsa menuju kedewasaan dan kematangan. Kamous sebagai miniatur intelektual bangsa sudah seharusnya dapat berkontribusi nyata bagi proses pematangan pemahaman dan kedewasaan anak bangsa. Situasi bangsa yang sangat carut marut saat ini, baik dikalangan elit politik, pejabat pemerinah, para tokoh, serta elemen masyarakat lainnya, sering menampilkan sikap dan daya intelektual yang rendah.
Perilaku politik yang saling sikut, saling tuding, bahkan saling menjatuhkan secara moral, merupakan tampilan besar layar kaca kita setiap saat. Ini jelas merupakan indicator anak bangsa yang “pendek akal”; tidak memiliki visi dan misi jangka panjang untuk masa depan bangsa ini. Semua sibuk dengan popularitas politik untuk mempertahankan kekuasaan demi kepentingan hawa nafsu sesaat.
Seyogiyanya landscape politik yang tuna visi di atas, menjadi PR besar bagi kita semua untuk dapat mendidik anak bangsa agar lebih dewasa dan bermartabat dalam menjalan tugas pemerintahan. Di sinilah letak strategis dunia perguruan tinggi akan dapat memberikan tauladan, sikap, pendapat, serta masukan secara proporsional untuk menemukan solusi bagi polemik dan kontroversi yang sering saja menguras daya bangsa ini.
Oleh sebab itu, perguruan tinggi harus hadir secara aktif dan nyata dalam setiap persoalan bangsa. Kampus harus menjadi suluh “politik kabut” yang sering ditampilkan para politikus. Independensi sangat dibutuhkan untuk membuat sebuah keputusan yang objektif terhadap persoalan. Dengan kata lain, kampus harus berkontribusi secara intelektual untuk kemajuan dan kesejahteraan bangsa.
Dampak Masyarakat
Selain berdampak pada moral intelektual elit, kampus juga harus turun tangan untuk mendampingi dan mengayomi masyarakat luas secara berkelanjutan. Platform pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh kampus selama ini perlu kiranya diperluas dan ditindaklanjuti secara berkelanjutan. Tridharma perguruan tinggi; pendidikan, penelitian, serta pengabdian kepada masyarakat harus berwawasan kemasyarakatan.
Elemen pendidikan dan penelitian mesti menjangkau masyarakat secara luas. Jika selama ini partisipasi aktif kampus kepada masyarakat hanya bertumpu pada pengabdian, kini saatnya kampus ditarnsformasikan untuk kepentingan masyarakat luas. Lingkungan pendidikan mesti menjangkau masyarakat, penelitian yang dilakukan pun harus berdampak pada masyarakat luas.
Mestinya, ribuan penelitian, bahkan jutaan yang terkumpul di masing-masing perguruan tinggi seharusnya tidak berhenti di ruang perpustakaan saja sebagai kepentingan akademik. Kita tidak dapat banyangkan, sudah berapa jumlah penelitian yang dilakukan oleh perguruan tinggi kita, mulai dari jenjang S1, S2, S3, sampai pada tugas penelitian yang dilakukan oleh dosennya. Andai semua itu diformulasikan untuk kepentingan masyarakat, mungkin seluruh persoalan bangsa yang bertumpu di masyarakat akan terselesaikan dengan mudah.
Tapi apalah daya, semua penelitian yang dilakukan itu, 90 persennya masih dan hanya sebagai pelengkap akademik saja; sebagai syarat untuk lulus, tidak lebih dari itu. Karena itu, melalui dorongan kampus berdampak, kita harus berbenah untuk bertransformasi dalam mendampingi dan mengayomi masyarakat, baik dalam pendidikan, penelitian, serta pengabdian kita untuk masyarakat yang lebih maju.
Dampak Karakter
Setelah berkontribusi terhadap kepentingan dan kesejahteraan masyarakat, dunia perguruan tinggi juga harus turun untuk memberikan tauladan secara moral. Sebagai suluh bangsa, elemen kampus harus tampil sebagai peribadi yang baik dan menjadi contoh dalam kebaikan bagi masyarakat luas. Ketinggian pengetahuan tidak akan berdampak pada peradaban jika pengetahuan tidak tereksplor pada perilaku hidup sehari-hari.
Harus diakui bahwa kenyataan pahit dalam kehidupan masyarakat kita saat ini adalah sulitnya menemukan sosok tauladan yang menjadi suluh. Ini menandakan bahwa ternyata dunia perguruan tinggi kita saat hanya mampu memproduksi manusia berintelektual, namun belum mumpuni dalam membentuk karakter seseorang. Banyak lulusan perguruan tinggi kita yang duduk di bangku elit pemerintahan hanya bisa menjadi generasi penerus korupsi, bukan generasi penerus bangsa.
Ini harus menjadi perhatian utama. Jika suatu bangsa lahir tanpa kekayaaan alam, maka bisa digantikan oleh sumber daya manusianya untuk menata masa depannya. Namun jika suatu bangsa tidak memiliki karakter, maka tidak ada masa depan baginya, sekalipun satu sumber daya alamnya kaya. Karena sumber daya alam yang kaya tidak dapat menggantikan karakter dan integritas ustau bangsa. Sebab itu, dampak karakter ini mesti menjadi prioritas utama bagi transformasi perguruan tinggi di Indonesia. Semoga saja.
Penulis adalah Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Tapanuli (STAITA) Padangsidimpuan.