Oleh: Vira Yustira
Generasi Z, yang mencakup individu yang lahir antara tahun 1997 hingga awal 2010-an, dikenal sebagai generasi yang tumbuh dengan teknologi. Mereka tidak pernah terpisah dari perangkat digital sejak usia dini, dengan smartphone, internet, dan media sosial menjadi bagian penting dari kehidupan mereka.
Kehidupan mereka sangat dipengaruhi oleh keterhubungan yang terus-menerus, di mana mereka selalu terhubung melalui perangkat pintar untuk berkomunikasi, mengakses media sosial, atau mencari informasi. Platform seperti Instagram, TikTok, dan Snapchat menjadi lebih dari sekadar tempat berbagi momen, tetapi juga sarana untuk mengekspresikan diri.
Keterhubungan yang konstan ini membuat Gen Z sangat mahir dalam multitasking digital, seperti berpindah dari satu aplikasi ke aplikasi lain dengan mudah atau melakukan beberapa kegiatan sekaligus, misalnya belajar sambil mendengarkan musik atau menonton video. Namun, gaya hidup ini juga membawa tantangan, seperti kecanduan media sosial dan dampaknya terhadap kesehatan mental.
Dalam bidang pendidikan, Gen Z tumbuh di era di mana pembelajaran tidak lagi terbatas pada ruang kelas. Dengan adanya platform pembelajaran online seperti Coursera, Khan Academy, dan YouTube, mereka dapat mengakses ilmu pengetahuan kapan saja dan dari mana saja. Teknologi menjadi alat yang mempermudah akses terhadap informasi. Di sekolah, teknologi sudah menjadi bagian penting dalam proses belajar, seperti penggunaan aplikasi untuk belajar, presentasi menggunakan perangkat pintar, dan riset online. Gen Z juga lebih mudah beradaptasi dengan metode pembelajaran online, terutama setelah pandemi COVID-19 yang mempercepat adopsi pendidikan jarak jauh.
Dalam hal hiburan, Gen Z lebih memilih layanan digital dibandingkan media tradisional. YouTube, Netflix, dan layanan streaming lainnya telah menggantikan televisi sebagai sumber hiburan utama, dan mereka lebih tertarik pada konten pendek seperti video di TikTok atau Instagram Reels. Banyak dari mereka juga menjadi kreator konten, memproduksi video, podcast, atau tulisan di blog pribadi. Kreativitas ini tidak hanya sebagai ekspresi diri, tetapi juga peluang untuk menghasilkan uang.
Gen Z lebih nyaman berkomunikasi melalui aplikasi pesan instan dan media sosial, seperti WhatsApp, Telegram, dan Instagram Direct, menggantikan panggilan telepon atau SMS. Mereka cenderung menggunakan teks, emoji, dan meme dalam percakapan. Meskipun komunikasi instan ini memudahkan mereka untuk tetap terhubung, penelitian menunjukkan bahwa interaksi digital dapat mengurangi kualitas hubungan tatap muka, dan banyak Gen Z kesulitan membangun hubungan sosial yang mendalam karena lebih terbiasa berkomunikasi melalui layar.
Berbelanja online adalah bagian penting dari gaya hidup mereka. Dengan platform seperti Shopee, Tokopedia, dan Instagram Shopping, mereka dapat membeli berbagai produk hanya dengan beberapa klik. Teknologi digital memungkinkan mereka membandingkan harga, membaca ulasan produk, dan mendapatkan rekomendasi berdasarkan preferensi pribadi. Gen Z cenderung mendukung merek yang memiliki nilai-nilai yang sejalan dengan mereka, seperti keberlanjutan dan tanggung jawab sosial, dan mereka menggunakan media sosial untuk mengecek reputasi serta etika bisnis sebelum membeli produk.
Meski teknologi memberikan banyak kemudahan, dampak sosial yang ditimbulkannya perlu diperhatikan, seperti kecanduan layar, gangguan tidur, dan meningkatnya kecemasan. Namun, di sisi lain, teknologi juga memberi mereka kekuatan untuk bersuara dan mengangkat isu-isu penting, seperti perubahan iklim, hak asasi manusia, dan kesehatan mental. Gen Z memanfaatkan platform digital untuk mengorganisir gerakan sosial dan mendorong perubahan positif.
Penulis adalah Mahasiswi Bimbingan dan Konseling semester 7, IAIN Langsa
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.