Scroll Untuk Membaca

Opini

Makan siang Berbau Pendidikan Terganggu?

Makan siang Berbau Pendidikan Terganggu?
Kecil Besar
14px

Pendidikan menumbuhkan Asa sekaligus memerlukan kejernihan hati menyikapi segala dinamisasinya. Tataran Pendidikan dan urusan pemenuhan gizi dapat dipersesikan pada beragam lini. Makan siang gratis sebuah diksi menarik memantik sekaligus menggelitilk mengingat implikasinya tidak semudah kembul bujono semata. Massifnya pemberitaan keracunan makanan pada program Makan Bersama Gratis ( MBG ) di jawapos kamis 24 April 2025 sedikit banyak membuka tabir evaluasi amunisi siswa ini. Pergeseran makna makan MBG sebagai suplemen menjadi komponen utama Pendidikan sangat berpotensi mengganggu pelaksanaan pembelajaran negeri ini.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

Tataran Pendidikan dan urusan pemenuhan gizi dapat dipersesikan pada beragam lini. Makan siang gratis sebuah diksi menarik memantik sekaligus menggelitilk mengingat implikasinya tidak semudah kembul bujono semata. Pendidikan teramat njompang manakala dibandingkan makan siang. Persepsi ini bukanlah isaan jempol semata seiring tuntuntan Pendidikan terbarukan Sebagai Gambaran ketentuan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) melalui Direktorat Jenderal Guru, Tenaga Kependidikan, dan Pendidikan Guru menerbitkan Surat Edaran nomor 5684/MDM.B1/HK.04.00/2025 tentang Hari Belajar Guru menjadi masalah krusial. Hari belajar guru selayaknya dipikiran proporsional namun terganggu berbaunya makanan siswa.

Hari belajar dan makan siang sesuatu yang saling berjauhan namun bermakna anomalis manakala perhitungannya tidak proporsional. Pengguliran Efisiensi anggaran pada pemerintahan saat ini berimplikasi pada beragam sektor pengelolaan negeri sayangnya lebih banyak menyentuh perut dan belum meningkatkan pembelajaran urut. Pendidikan pun tak lepas dari ekses efisiensi anggaran ini, pola efisiensi anggaran ini sedemikian bias mengingat beragamnya intrepetasi didalamnya. Disatu sisi kritik pada pengelolaan pendidikan belumlah menggembirakan disisi lain anggaran makan siang jumlahnya mencengangkan.

Konsekuensi ini menimbulkan tanya apakah permasalahan pendidikan hanyalah terhenti pada masalah remeh temeh semata sehingga menyisakan potensi angaran yang belum terserap? bagaimanakah pemenuhan akses pendidikan dengan tingkat keterbengkalaian teramat akut?. Permasalahan ini kian menganga lebar mengingat ekses negatif tuntutan Pendidikan kekinian berimplikasi pada permasalahan sosial. Beberapa kasus pemenuhan tunjangan profesi guru, penangkatan guru PPPK, Tuntutan dinamisasi kurikulum belum sepenuhnya terpenuhi dengan serapan anggaran Pendidikan saat ini namun ditambah dengan wacana baru penggunaan dana BOS untuk makan siang. Makanaka wacana ini diberlakukan secara tidak langsung berpotensi memarjinalisasi Pendidikan disebabkan fokus permasalahan guru lebih banyak tersita pada aspek administrasi dibandingkan optimalisasi pembelajaran.

Mapping Pendidikan

Makan siang Bersama di sela pembelajaran tak ubahnya oase siswa disela meningkatkan kapasitas diri, perlu dicermati pengelolaan makan siang ini agar memberikan efek edukasi berkelanjutan. Beberapa kolega yang menyelenggarakan Pendidikan secara penuh atau full day scholl berseloroh jika permasalahan maakan siang bagi siswa ini sedemikian menantang dan menguras energi tersendiri, bayangngkan saja ditengah perbedaan selera penyelenggara harus pintar mengelola dengan catatan keras tidak melebihi pagu anggaran, permasalahan ini sedemikian krusial dan teramat menakutkan apabila justru menisbikan permasalahan utama Pendidikan.

Permasalahan Zonasi layanan pendidikan misalnya, hingga saat ini belum dilaksanakan secara proporsional sehingga masing-masing elemen masih saling tumpang tindih miskin koordinasi. Pengembangan pendidikan selayaknya menempatkan seluruh elemen pendukung pendidikan bekerjasama efektif dan efisien dalam kebersamaan tujuan peningkatan kualitas. Pendidikan adalah mensejahterakan bukannya saling mematikan menjadi dasar pemikiran proporsional maping pendidikan ini. Penyikapan pendidikan formal dan non formal, arogansi sekolah negeri pada sekolah swasta hingga persepsi guru profesional dan guru non profesional merupakan deretan amunisi kuat untuk mempertentangkannta.

Fenomena pendidikan tersebut selayaknya harus menjadi kerjasama sinergis didalamnya jangalah terposisisikan untuk saling dipertentangkan. Mainstream kompetisi kuat inilah yang pada akhirnya mengerdilkan peran pendidikan pada proporsionalitas pengembangan. Anomali pendidikan pun pada akhirnya mengemuka, bagaimana mungkin tunjangan profesi guru menyimpang hingga puluhan triliun rupiah ditengah banyaknya sekolah tidak layak pakai untuk pembelajaran. Pemetaan pendidikan lebih proporsional ini bukanlah permasalahan berarti manakala koordinasi pengelolaan pendidikan berjalan sesuai ranah pembelajaran.

Koordinasi dengan elemen lain ini sebagai uji konsistensi bagimanakah koordinasi penyelenggaraan layanan publik ini dikedepankan. Masing–masing komponen penyelenggara pendidikan selayaknya mengesampingkan egoisme sempit dan bermetamorfosis menjadi kerja pernuh energi. Carut marut pengelolaan jenjang sekolah menengah pada tingkat provinsi dari tingkat kabupaten/kota sebagai permisalannya dapat dipersepsikan sebagai langkah baru koordinasi penyelenggaraan pendidikan dibandingkan peneguhan kewenangan pendidikan. Logika keterbalikan pun layak diminimalisir, sebuah departemen dengan pengelolaan pendidikan dan kebudayaan selayaknya menumbuhkan habitus baru dalam pengembangan bukannya arus jelas serba tidak jelas asalkan anggaran teretas.

Integralisasi sistem

Makan siang tidak sesederhana membagi pangan sehat namun dibalik itu muncul beragam implikasi Pendidikan yang harus diselesaikan. Kebijakan pendidikan agar menyasar seluruh elemen pendidikan menjadi titik tolak integrasi sistem pendidikan. Minimnya integrasi sistem pendidikan menjadikan kebijakan pendidikan tidak ubahnya sarana pergulatan baru salah satu kelompok dengan kelompok lain. Kompetisi berbasis pendidikan tanpa arah ini menjadikan segenap kebijakan dianggap “memenangkan” sebuah kelompok dibandingkan kelompok lain serta menumbuhkan dendam kesemuat pendidikan tak berkesudahan.

Untuk kasus guru saja Selama ini tanpa disadari pengambil kebijakan hanyalah mempertimbangkan segelintir guru namun bagi guru keseluruhan belumlah menyasar. Logikanya Kesejahteraan guru tidak semata-mata terhenti pada salary namun dibalik itu haruslah ada edukasi memadai sehingga tunjangan profesi tidak disalah arti. Guru merupakan salah satu komponen pendidikan yang tidak boleh dikesampingkan, peran strategis guru bersangkutan menjadikan permasalahan guru selayaknya dipersepsikan secara proporsional.

Pengambil kebijakan selayaknya tidak sekedear memposisikan pemberian tunjangan semata namun dibalik itu haruslah ditekankan untuk peningkatan kualitas berbasis anggaran proporsional. Komponen pendidikan berkaitan dengan kurikulum, tenaga pendidikan hingga sarana prasarananya menjadi sedemikian integral untuk dilaksanakan. Dugaan keracunan makanan akibat Program MBG pada akhirnya menganggu proses peningkatan kualitas SDM. Tertundanya beragam kebijakan pembelajaran penerapan selayakanya memberikan pencerahan bahwa pendidikan bukan sekedar peneguhan egoisme sektoral namun menuntut kerjasama proporsional.

Keracunan makanan pada siswa sanagt berpengaruh dalam penerimaan pembelajaran, selayaknya prinsip keselamatan lebih dioptimallan tidak sekedar pengalokaian anggaran. Makan siang teramat diperlukan bagi penegakan Kesehataan, teramat elegan jika pola pola konsumsi ini meminimilaisir beragam penyimpangan penganggaran . Selayaknya sebuah kebijakan pendidikan dengan implikasi sedemikian kuat menjangkau seluruh komponen sehingga penganggaran pendidikan dapat dinikmati secara proporsional. Egoisme masing-masing komponen teramat penting dihilangkan berganti kebermaknaan masing-masing elemen untuk saling mendukungnya.

Penulis : Mukhlis Mustofa, Dosen Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar ( PGSD )  Universitas Slamet Riyadi ( UNISRI ) Solo

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE
Pendidikan

JAKARTA (Waspada.id): Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) menegaskan penolakannya terhadap kebijakan yang menjadikan guru sebagai Penanggung Jawab Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di sekolah. Kepala Bidang Advokasi Guru P2G, Iman…

Sumut

TAPSEL (Waspada): Pemkab Tapanuli Selatan luncurkan program swasembada ikan dengan membangun 1.000 kolam. Langkah ini termasuk dukungan terhadap program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang jadi prioritas nasional Presiden RI, Prabowo…

Aceh

BANDA ACEH (Waspada): Dalam rangka mendukung kelancaran program Makan Bergizi Gratis (MBG), Polsek Darul Imarah Polresta Banda Aceh melaksanakan monitoring langsung pembagian nasi kepada para siswa, Jumat (23/5). Kegiatan ini…