Scroll Untuk Membaca

Opini

Menyelamatkan Padi Pesisir Timur Aceh dari Ancaman Salinitas

Menyelamatkan Padi Pesisir Timur Aceh dari Ancaman Salinitas
Kecil Besar
14px

Oleh: Fitriani, S.Pd., M.Sc

Pesisir timur Aceh, yang mencakup Kabupaten Aceh Timur, Aceh Tamiang, Aceh Utara dan Kota Langsa, merupakan salah satu sentra produksi padi di provinsi Aceh. Luas lahan sawah mencapai puluhan ribu hektare dengan total produksi lebih dari lima ratus ribu ton setiap tahunnya. Mayoritas masyarakat di wilayah ini menggantungkan hidup pada sektor pertanian padi dan perikanan. Namun, di balik hamparan hijau sawah itu, tersimpan ancaman yang perlahan merayap yaitu: meningkatnya salinitas lahan.

Peningkatan salinitas disebabkan oleh intrusi air laut, perubahan iklim, abrasi serta sistem irigasi dan drainase yang buruk dan tidak berkelanjutan sehingga membuat kadar garam di lahan sawah semakin tinggi. Kondisi ini berdampak langsung terhadap pertumbuhan dan produktivitas padi. Berbagai penelitian menyatakan bahwa salinitas dapat menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan ion, terganggunya penyerapan air dan hara, serta merusak struktur membran kloroplas yang menyebabkan laju fotosintesis menurun. Efeknya, pertumbuhan padi tidak optimal dan hasil panen mengalami penurunan secara drastis.

Jika tren ini terus berlanjut, Pesisir Timur Aceh berpotensi mengalami penurunan ketahanan pangan. Sementara, wilayah ini merupakan salah satu sentra produksi yang menopang ketersedian beras untuk kebutuhan masyarakat di Provinsi Aceh.

Tantangan ini bukan hanya permasalahan petani, tetapi juga permasalahan sosial-ekonomi yang lebih luas. Ketika produksi menurun, pendapatan petani ikut tertekan, sementara harga beras di pasaran bisa melonjak drastis yang tidak diimbangi dengan daya beli masyarakat yang semakin menurun.

Solusi atas permasalahan ini memerlukan langkah kolaboratif antara pemerintah daerah, perguruan tinggi dan lembaga penelitian untuk mendorong penggunaan varietas toleran salinitas. Selain itu, diperlukan perbaikan saluran irigasi dan drainase untuk mencegah intrusi air laut yang lebih parah.

Penerapan teknologi pengelolaan tanah seperti penggunaan bahan pembenah tanah yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, sehingga meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan tanaman terhadap cekaman salinitas.

Lebih jauh lagi, edukasi kepada petani perlu tingkatkan terkait cara mengelola lahan salin, pemilihan varietas yang tepat, hingga penerapan teknik budidaya adaptif dapat membantu masyarakat tetap produktif. Hal ini harus dibarengi dengan dukungan kebijakan yang berpihak pada petani, baik dalam bentuk sarana produksi maupun adopsi teknologi pertanian modern.

Pesisir Timur Aceh memiliki potensi besar sebagai lumbung pangan sekaligus daerah pesisir yang kaya sumber daya perikanan. Namun, tanpa pengelolaan yang bijak, salinitas bisa menjadi ancaman yang merusak dua sektor utama tersebut. Ketahanan pangan tidak dapat dibangun hanya dengan mengandalkan alam, melainkan dengan inovasi, riset, dan kerjasama lintas sektor.

Saatnya Aceh menatap tantangan ini sebagai peluang untuk memperkuat fondasi pertanian yang lebih adaptif dan berkelanjutan. Jika dikelola dengan tepat, Pesisir Timur Aceh tidak hanya menjadi penopang pangan daerah, tetapi juga contoh keberhasilan adaptasi terhadap perubahan iklim bagi wilayah pesisir lainnya di Indonesia.

Penulis adalah mahasiswa Program Doktor Biologi Universitas Gadjah Mada dan Dosen Program Studi Biologi Universitas Samudra.

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE