Oleh Dr. Bukhari M.H CM
Beberapa hari lalu, Presiden RI resmi menandatangani Peraturan Presiden yang mengubah nama IAIN Lhokseumawe menjadi UIN Sultanah Nahrasiyah. Langkah ini bukan sekadar pergantian nama, melainkan sebuah penghormatan dan pengakuan atas sosok luar biasa dari Aceh yang menjadi inspirasi sepanjang masa, yakni Sultanah Nahrasiyah perempuan pertama yang memimpin Kerajaan Samudera Pasai.
Sultanah Nahrasiyah bukan hanya seorang ratu, melainkan simbol kepemimpinan penuh kebijaksanaan dan kasih sayang. Dia memimpin di era abad ke-15 dengan kecerdasan dan hati keibuan, serta memberikan ruang luas bagi perempuan untuk berperan aktif dalam dakwah Islam. Ini adalah contoh nyata bagaimana perempuan bisa menjadi kekuatan intelektual dan spiritual yang menggerakkan peradaban.
Dengan menjadikan nama Sultanah Nahrasiyah sebagai identitas resmi universitas Islam di Lhokseumawe, UIN ini membawa pesan kuat: pendidikan tinggi Islam tidak hanya milik laki-laki, tapi juga perempuan, dan harus mencetak pemimpin masa depan yang cerdas, adil, dan berwawasan luas seperti Sultanah Nahrasiyah.
Transformasi dari IAIN ke UIN membuka peluang besar bagi pengembangan ilmu pengetahuan Islam yang lebih maju dan inklusif. Semangat Sultanah Nahrasiyah yang menghormati peran perempuan sejalan dengan tujuan perguruan tinggi ini membentuk insan akademis yang mengedepankan nilai keadilan, kebijaksanaan, dan keberanian untuk berinovasi dalam dakwah dan pengembangan ilmu.
Bagi masyarakat Aceh, perubahan ini bukan hanya soal nama atau status lembaga, melainkan bagian dari perjalanan sejarah dan kebanggaan identitas lokal yang diakui secara nasional bahkan internasional. Sultanah Nahrasiyah menjadi inspirasi abadi, mengingatkan kita bahwa akar Islam di Nusantara kuat dan kaya dengan tokoh perempuan yang berjasa besar.
Kini, UIN Sultanah Nahrasiyah hadir sebagai mercusuar ilmu pengetahuan dan spirit kepemimpinan Islam yang progresif, sekaligus warisan nyata bagi generasi muda Aceh dan Indonesia. Semoga keberadaan UIN ini bisa meneruskan estafet kepemimpinan bijak, inklusif, dan penuh kasih sayang, sebagaimana yang diteladankan oleh Sultanah Nahrasiyah.
Penulis adalah Akademisi UIN Sultanah Nahrasiyah sekaligus Konsultan Hukum LBH Qadhil Malikul Adil











