Oleh Nurjannah Husein
Selain risiko transfusi, YADUA juga menyampaikan keprihatinan mendalam terhadap meningkatnya kasus HIV di kalangan remaja di Aceh
Peringati Hari Palang Merah Indonesia ke-80, Yayasan Darah Untuk Aceh (YADUA) menyerukan kewaspadaan terhadap risiko HIV dan infeksi menular lainnya bagi pasien yang menerima transfusi darah rutin, khususnya penyandang talasemia di Kota Banda Aceh, Jumat (19/09/25).
Hari Palang Merah Indonesia ke-80 bukan hanya momentum untuk menghargai peran Palang Merah dalam menyelamatkan nyawa, melainkan juga kesempatan untuk menegaskan bahwa keamanan darah adalah hak setiap pasien dan tanggung jawab bersama, terutama bagi para penyintas Talasemia yang ada di Aceh, khususnya Kota Banda Aceh.
Talasemia dan Risiko HIV
Talasemi adalah penyakit genetik yang mengharuskan pasien menerima transfusi darah seumur hidup. Ratusan pasien talasemia di Aceh bergantung pada transfusi darah di rumah sakit setiap bulan, sehingga mereka sangat rentan apabila darah yang diterima tidak aman, termasuk penulaan hiv.
Sementara itu, peningkatan angka HIV di Aceh juga diperkuat dengan data terbaru yang disampaikan oleh Dinas Kesehatan Aceh. Menurut dr Iman Murahman, pejabat Dinkes Aceh, data kumulatif sejak 2004 hingga Juli 2025 menunjukkan 1.974 kasus HIV di Tanah Rencong. Angka ini menjadi peringatan serius, karena kelompok yang menerima transfusi rutin berpotensi lebih rentan apabila sistem keamanan darah tidak diperkuat. Fakta ini menegaskan bahwa penguatan kualitas donor dan skrining darah sangat mendesak untuk melindungi pasien talasemia maupun penerima transfusi lainnya.
Keprihatinan atas Peningkatan Kasus HIV pada Remaja
Selain risiko transfusi, YADUA juga menyampaikan keprihatinan mendalam terhadap meningkatnya kasus HIV di kalangan remaja di Aceh. Data resmi Dinas Kesehatan Aceh mencatat, sebagaimana dilansir laman resmi Dinas Kesehatan Aceh. sejak awal 2025 telah ada sekitar 32 kasus baru HIV di usia 11–20 tahun, dan secara kumulatif dari 2004 hingga 2025 tercatat 132 kasus HIV dalam kelompok usia tersebut. Fakta ini sangat mengkhawatirkan, sebab remaja adalah generasi penerus yang seharusnya dilindungi dari ancaman penyakit menular.
Angka ini menunjukkan bahwa remaja kita sedang berada pada titik rentan yang sangat besar. Kita tidak bisa lagi menunda edukasi dan aksi nyata, sebab setiap remaja yang terinfeksi adalah peringatan bahwa sistem kesehatan kita harus lebih tanggap, inklusif, dan responsif terhadap kebutuhan kelompok muda.
Angka tersebut menegaskan bahwa HIV bukan lagi isu kecil, melainkan masalah kesehatan masyarakat yang serius, dan membutuhkan aksi bersama, termasuk penguatan layanan transfusi darah aman untuk kelompok rentan seperti talasemia.
Seruan kepada Pemangku Kepentingan
- Dinas Kesehatan Aceh – Segera melaksanakan skrining HIV rutin bagi pasien talasemia, penerima transfusi, dan remaja berisiko tinggi.
- PMI Aceh – Melakukan konsolidasi internal dan memastikan seluruh unit donor darah menjaga standar pemeriksaan tertinggi.
- Masyarakat – Bagi yang merasa berisiko, dihimbau segera melakukan pemeriksaan kesehatan di fasilitas terdekat untuk melindungi diri dan orang lain.
Momentum Hari Palang Merah 2025 – “#TebarkanKebaikan”
Tema Hari Palang Merah Indonesia (PMI) ke-80 tahun 2025 adalah “#TebarkanKebaikan”. Melalui tema ini, PMI mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk menumbuhkan semangat kepedulian, solidaritas, dan kemanusiaan melalui tindakan nyata, sekecil apa pun, demi terciptanya kehidupan yang lebih damai, sehat, dan berdaya.
Bagi YADUA, tema ini sejalan erat dengan perjuangan pasien talasemia dan penerima transfusi darah. Setiap tetes darah yang aman adalah wujud kebaikan yang sesungguhnya—kebaikan yang menyelamatkan nyawa. Setiap langkah sederhana, mulai dari menjadi donor sehat, melakukan skrining kesehatan, hingga menyebarkan pengetahuan tentang pentingnya transfusi aman, merupakan kontribusi besar dalam menjaga kehidupan dan martabat pasien.
Apresiasi Pendiri YADUA
Dalam kesempatan ini Nurjannah Husien selaku pendiri YADUA dan penggiat sosial dan Kesehatan Anak Aceh mengapresiasi PMI Kota Banda Aceh yang sudah meningkatkan standar skrining darah demi melindungi penerima transfuse dari beberapa penyakit infeksi melalui darah. Inilah contoh nyata dari semangat #TebarkanKebaikan.
YADUA mengajak seluruh masyarakat Aceh, khususnya generasi muda, untuk ikut menjadi donor sehat, menjaga solidaritas, dan memastikan setiap tetes darah yang diberikan benar-benar menyelamatkan nyawa.
YADUA menegaskan kembali bahwa kolaborasi erat antara pemerintah, PMI, rumah sakit, universitas, ulama, komunitas, dan masyarakat sipil sangat penting untuk melindungi pasien talasemia dan penerima transfusi darah lainnya. Darah aman adalah hak pasien dan tanggung jawab semua pihak.
Sebagai bagian dari komitmen tersebut, YADUA terus mendorong inisiatif inovatif seperti #10for1Thalassemia dan kampanye edukasi “Beware of thalassemia before you ‘ping’ someone” untuk meningkatkan donor sehat, mencegah penularan HIV, serta mencegah lahirnya generasi baru dengan talasemia mayor.
Dengan semangat Hari Palang Merah dan tema “#TebarkanKebaikan”, mari bersama-sama menumbuhkan solidaritas, memperkuat kemanusiaan, dan memastikan setiap pasien yang membutuhkan transfusi darah mendapatkan darah yang aman, sehat, dan penuh tanggung jawab.
Penulis adalah Pendiri Yayasan Darah Untuk Aceh (YADUA) dan Penggiat Talasemia