Ustadz Khairul Ghazali, pengasuh Ponpes Al-Hidaya (kiri) saat berpose bersama Prof. Abdul Rauf (kanan) pada pohon aren berusia 1,5 tahun yg ditanam di lahan bekas tambang Galian C Kutalimbaru Deli Serdang. Waspada/Ist
MEDAN (Waspada): Akademisi USU terdiri atas dosen dan mahasiswa program studi Agoteknologi Fakultas Pertanian USU bersama Pengasuh dan Santri Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Hidayah Desa Sei Mencirim Kec. Kutalimbaru Kab. Deli Serdang baru-baru ini melanjutkan program reklamasi lahan eks tambang galian C yang banyak terdapat di Kecamatan Kutalimbaru dan Pancurbatu Kab. Deli Serdang.
Reklamasi yang sudah dimulai sejak Desember 2022 (2 tahun) yang lalu menggunakan pohon Aren dan Sengon di salah satu lokasi bekas tambang Galian C tersebut, telah menampakkan hasil berupa perkembangan pertumbuhannya yang menggembirakan.
Itu sebabnya, program ini dilanjutkan ke lokasi bekas tambang galian C lainnya yang ada di sekitar Ponpes Al-Hidayah, kata Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP, sang penggagas reklamasi.
Pencanangannya selain bersama Ponpes Al-Hidayah sebagai pelaksana reklamasi, juga melibatkan Penggiat Lingkungan yang tergabung ke dalam Forum DAS Belawan, PERWAKU, MKTI, dan HITI Sumatera Utara. Bibit tanaman (Aren dan Sengon) didapatkan dari BPDAS Wampu Sei Ular, selain sebagian terutama bibit Aren juga disiapkan oleh Ponpes Al-Hidayah.
Dosen USU, Prof. Abdul Rauf menjelaskan reklamasi lahan bekas tambang galian C yang lapisan tanah suburnya sudah tidak ada lagi, tinggal tanah berpasir dan bahkan berbatu padas, memang hanya bisa dipulihkan menggunakan tumbuhan pionir, seperti Aren dan Sengon ini guna membantu pertumbuhan awal, lubang tanaman sengaja dibuat lebih lebar dan diberi pupuk kandang sedikitnya 25 kg/lubang.
Perawatan selanjutnya setelah penanaman bibit hanya membersihkan di sekitar lingkar pangkal batang oleh yang menjadi tugas Ponpes Al-Hidayah, disertai penambahan pupuk kandang pada setiap 3-6 bulan dengan dosis 10-15 kg/tanaman tergantung pertumbuhan tanaman.
“Setelah terlihat pertumbuhan yang menggembirakan inilah, maka dilanjutkan reklamasi ke lahan bekas tambang galian C lainnya dengan melibatkan mahasiswa Fakultas Pertanian USU (sebagai bagian dari praktikum mata kuliah Konservasi Tanah dan Air),” tutur Prof. Rauf.
Ustazd H. Khairul Ghazali selalu Pengasuh Ponpes Al-Hidayah mengatakan operasional Ponpes Al-Hidayah kini sebagiannya didukung oleh hasil industri rumahan berupa gula merah dan gula semut yang dari nira pohon aren dibudidayakan sendiri oleh Ponpes pada sekitar 6 tahun yang lalu.
“Ada sekitar 20 pohon aren di lokasi Ponpes yang berproduksi saat ini, dari sekitar 1500 lebih pohon aren yang dibudidayakan. Dari 20 pohon Aren yang sudah berproduksi ini diperoleh pendapatan kotor per harinya: Rp.25.000 x 20 pohon = Rp. 500.000/hari. Sedangkan pendapatan bersihnya Rp. 400.000/hari. Artinya, biaya operasional untuk pekerja masak dan menyadap untuk 20 pohon adalah Rp.100.000/hari. Jika ada 100 pohon tinggal tambahkan aja, Krn utk 100 pohon dibutuhkan 2 pekerja penyadap dan 2 tukang masak,” pungkas Ustadz H. Khairul Ghazali. (rel)