JAKARTA (Waspada.id): Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) mendorong gerakan kolaboratif berbagi praktik baik dalam penguatan karakter anak bangsa melalui Sayembara 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat (7 KAIH). Ajang yang digelar oleh Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) ini diharapkan menjadi wadah tumbuhnya semangat gotong royong antara sekolah, keluarga, dan masyarakat dalam membangun budaya pendidikan yang berkarakter, inklusif, dan berkelanjutan.
Kepala Puspeka Rusprita Putri Utami menegaskan, penguatan karakter bukan sekadar wacana atau slogan, melainkan aksi nyata yang membutuhkan keterlibatan semua pihak.
“Gerakan 7 KAIH hadir untuk menumbuhkan semangat berbagi inspirasi nyata dari lapangan. Keluarga, sekolah, dan komunitas pendidikan perlu bersatu menciptakan ekosistem yang sehat, aman, serta bebas kekerasan,” ujarnya dalam webinar SOLUSI (Sosialisasi dan Diskusi) Inspirasi Sayembara 7 KAIH di Jakarta, Rabu (9/10).
Rusprita menyampaikan, sejak dibuka pada 1 Oktober 2025, antusiasme peserta terus meningkat. Berbagai karya dari guru, murid, dan sekolah menggambarkan bagaimana nilai-nilai karakter seperti disiplin, empati, kerja sama, dan kebinekaan dihidupkan dalam keseharian.
“Ini bukti bahwa semangat karakter luhur itu tumbuh di mana-mana. Kami melihat banyak kisah inspiratif dari daerah yang patut ditularkan,” tambahnya.
Sayembara 7 KAIH terbuka bagi murid, guru, kepala sekolah, dan pemangku kepentingan pendidikan di seluruh Indonesia. Terdapat dua kategori utama, yakni Sayembara Cerita Praktik Baik untuk satuan pendidikan dan pemerintah daerah, serta Sayembara Bakti dalam Warna dan Kata yang mendorong anak-anak mengekspresikan kebiasaan baik dan bakti kepada orang tua melalui tulisan maupun karya gambar.
Selain menjadi ajang berbagi inspirasi, kegiatan ini juga berfungsi sebagai ruang belajar bersama lintas jenjang. “Guru dan orang tua mendapat banyak inspirasi konkret, sementara sekolah dapat memperkuat budaya positif yang berpihak pada anak,” ungkap Rusprita.
Melalui gerakan ini, Kemendikdasmen berharap semakin banyak sekolah dan komunitas pendidikan yang mempraktikkan nilai-nilai karakter dalam kegiatan nyata, sehingga melahirkan generasi muda yang cerdas, berkarakter, dan berjiwa kebinekaan menuju Indonesia Emas 2045.
“Mari kita bersama-sama menghidupkan gerakan ini. Anak-anak hebat lahir dari budaya karakter yang tumbuh di rumah, di sekolah, dan di masyarakat,” tutupnya.
Praktik Baik dari Daerah
Salah satu contoh nyata datang dari SMPN 1 Karangtanjung, Pandeglang, yang membentuk Tim Budaya Positif beranggotakan guru dan siswa. Kepala sekolah Rianto Danardono menyebut langkah tersebut meningkatkan disiplin dan mempererat hubungan sosial di lingkungan sekolah.
Sementara itu, penulis dan praktisi parenting Nurhayati Pujiastuti mengajak masyarakat agar tak ragu menuliskan pengalaman baik mereka.
“Menulis praktik baik bisa dimulai dari kisah sederhana. Tulis saja satu paragraf tentang pengalaman sehari-hari. Yang penting konsisten dan jujur,” pesannya.