Scroll Untuk Membaca

Pendidikan

Bestari Saintek Dorong Transformasi Riset Indonesia

Bestari Saintek Dorong Transformasi Riset Indonesia
Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Brian Yuliarto.
Kecil Besar
14px

JAKARTA (Waspada.id): Paradigma riset di Indonesia mulai bergeser. Masyarakat kini tidak lagi ditempatkan sebagai penerima hasil penelitian, tetapi menjadi mitra aktif dalam proses penciptaan inovasi. Hal ini diwujudkan melalui peluncuran Program Ekosistem Hidup Berbasis Sains dan Teknologi (Bestari Saintek) oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) bersama Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), di Jakarta, Senin (13/10/2025).

Program yang diinisiasi Direktorat Jenderal Sains dan Teknologi itu menjadi bagian dari payung besar Sinergi Kreasi Masyarakat dan Akademisi untuk Sains Teknologi Nusantara (Semesta). Melalui konsep living lab atau laboratorium hidup, masyarakat, perguruan tinggi, industri, dan pemerintah daerah diposisikan sejajar dalam merancang dan mengimplementasikan solusi inovatif.

“Kami ingin memastikan hasil riset tidak berhenti di jurnal, tetapi hadir dalam bentuk inovasi yang bisa dipegang, digunakan, dan memberi nilai tambah ekonomi bagi masyarakat,” ujar Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Brian Yuliarto.

Indonesia kini dihadapkan pada “paradoks inovasi” — produktivitas riset terus meningkat, namun belum banyak memberi dampak langsung di lapangan. Padahal, menurut data Nature Human Behaviour (2025), tingkat kepercayaan publik terhadap ilmuwan Indonesia justru termasuk yang tertinggi di dunia, dengan skor 3,84 dari 5, melampaui rata-rata global.

Kondisi ini menjadi alasan Kemdiktisaintek mengusung pendekatan kolaboratif berbasis kepercayaan sosial. “Kunci keberhasilan Bestari Saintek ada pada kemauan kita untuk bekerja bersama. Perguruan tinggi sebagai motor pengetahuan, industri sebagai penguat pasar, pemerintah daerah dengan kebijakan lokalnya, dan masyarakat sebagai sumber inspirasi,” ujar Dirjen Saintek, Ahmad Najib Burhani.

Sementara itu, Direktur Fasilitasi Riset LPDP, Ayom Widipaminto, mengungkapkan LPDP telah mengalokasikan Rp57,5 miliar untuk mendukung pelaksanaan Bestari Saintek. Dana tersebut difokuskan untuk memperkuat rantai inovasi nasional dan mendorong riset terapan yang berdampak ekonomi.

Direktur Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi, Yudi Darma, menambahkan, Bestari Saintek menjadi jembatan antara laboratorium dan masyarakat. “Kami ingin hasil riset benar-benar hidup di tengah masyarakat. Program ini membuka ruang kolaborasi lintas disiplin untuk melahirkan solusi yang inklusif dan berkelanjutan,” tegasnya.

Dengan semangat “sains yang hidup dan berdampak”, Bestari Saintek diharapkan menjadi tonggak baru bagi terbentuknya ekosistem riset Indonesia yang partisipatif, menghubungkan laboratorium, pasar, dan masyarakat dalam satu ekosistem inovasi nasional yang kuat.

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE