JAKARTA (Waspada):Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek), secara resmi meluncurkan Program Magang Berdampak 2025. Program ini sebagai bagian dari arah strategis transformasi pendidikan tinggi menuju konsep ‘Kampus Berdampak’.
Pendaftaran bagi mahasiswa calon peserta magang dibuka pada 16 Juni sampai dengan 11 Juli 2025. Pelaksanaan magang akan dimulai sejak 4 Agustus sampai dengan 22 Desember 2025.
“Program Magang Berdampak tidak hanya bertujuan meningkatkan angka partisipasi mahasiswa dalam dunia kerja, tetapi juga untuk mencetak agen perubahan yang mampu menjawab tantangan masa depan,” ujar Menteri Pendidikan Tinggi Sain dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto dalam peluncuran program ini di Jakarta, Senin (16/6).
Peluncuran ini, lanjut Brian, sekaligus jawaban atas transformasi pendidikan yang menuntut mahasiswa tidak lagi hanya berkutat di ruang kuliah dan teori semata.
“Magang Berdampak ini dirancang bukan semata-mata untuk meningkatkan angka partisipasi magang, tapi juga untuk menyiapkan mahasiswa menjadi pelaku perubahan. Kita tidak hanya mencetak lulusan, tetapi agen perubahan yang memiliki kepekaan sosial, keterampilan profesional, dan daya saing global,”sambung mendiktisaintek.
Mahasiswa yang mendaftar akan melalui proses seleksi dan pembekalan, didampingi dosen pembimbing lapangan, serta memperoleh bantuan biaya hidup. Evaluasi program akan dilakukan secara berkala, mulai dari laporan kegiatan mahasiswa hingga pelaporan dari mitra dan perguruan tinggi. Pada akhir program, seluruh peserta akan mengikuti proses mobilisasi kepulangan dan penyusunan laporan akhir.
Wakil Mendiktisaintek, Stella Christie menambahkan, Magang Berdampak adalah hasil evaluasi menyeluruh terhadap program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) yang terbukti membawa dampak positif signifikan.
“Dari hasil evaluasi, kami mencatat bahwa rata-rata gaji alumni MSIB mencapai Rp5,5 juta, atau 98,62% lebih tinggi dibandingkan data Survei Angkatan Kerja Nasional. “Sebanyak 16,52% mahasiswa magang dan 6,25% peserta studi independen menerima tawaran kerja langsung dari mitra. Ini adalah prestasi yang membanggakan,” ungkap Wamen Stella.
Tak hanya itu, program ini juga menjembatani kesenjangan antara pendidikan tinggi dan dunia industri. Sebanyak 33% peserta berasal dari keluarga kurang mampu, dan 12,44% berasal dari orang tua yang tidak lulus SD.
“Program ini menghadirkan keadilan sosial dalam akses pengalaman kerja. Kami ingin agar magang menjadi bagian dari sistem pembelajaran, bukan hanya aktivitas tambahan. Oleh karena itu, penting agar pengalaman ini direkognisi menjadi sks di kurikulum program studi,” ujar Wamen Stella.
Stella berpesan agar mahasiswa menjalani program Magang Berdampak dengan sungguh-sungguh. “Ambil inisiatif, dengarkan, serap, dan manfaatkan pengalaman magang ini sebagai ruang belajar baru yang berbeda dari kampus. Jangan sampai kalian hanya menjadi penonton, ini kesempatan untuk benar-benar bertumbuh dan berkontribusi,” kata Stella.
Dengan peluncuran program Magang Berdampak 2025 ini, Kemdiktisaintek berharap dapat memperkuat sinergi antara kampus, industri, dan masyarakat. Program ini diharapkan tidak hanya menciptakan lulusan yang siap kerja, tetapi lulusan yang mampu berdampak nyata bagi lingkungan dan pembangunan bangsa.
Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendiktisaintek, Berry Juliandi dalam pidato laporannya mengatakan, mitra-mitra yang membuka lowongan berasal dari beragam sektor strategis. Diantaranya dari sektor logistik, teknologi informasi, kecerdasan buatan, edutech, video streaming, robotik, smart city, ritel digital, perbankan, pelestarian budaya, hingga layanan pustaka.
“Hal ini menunjukkan bahwa ekosistem pembelajaran di pendidikan tinggi semakin terhubung dengan realitas dunia kerja dan semakin relevan terhadap kebutuhan zaman,” pungkas Berry.




 
  
    
  
  
      















