JAKARTA (Waspada.id):Pemerintah menegaskan komitmen menghadirkan pendidikan yang setara bagi seluruh anak bangsa melalui program Digitalisasi Pembelajaran. Tak hanya untuk sekolah perkotaan, program yang digagas Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) ini juga dirancang agar menjangkau wilayah 3T (terdepan, terluar, tertinggal).
Dirjen PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (PAUD Dikdasmen), Gogot Suharwoto, menjelaskan, “Digitalisasi pembelajaran menjadi upaya percepatan agar anak-anak Indonesia bisa mengejar ketertinggalan sekaligus terbiasa dengan keterampilan abad 21.” Pernyataan tersebut ia sampaikan dalam program SINIAR eps 12: Digitalisasi Pembelajaran di kanal YouTube Kemdikdasmen.
Landasan hukum program ini tercantum dalam Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2025 yang menekankan revitalisasi satuan pendidikan, pembangunan sekolah unggul, hingga implementasi digitalisasi pembelajaran. Presiden bahkan menargetkan setiap sekolah memperoleh Papan Interaktif Pintar atau Interactive Flat Panel (IFP). Distribusi tahap pertama sudah dilakukan di Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat, sementara wilayah lain menyusul bertahap.
Untuk memastikan wilayah terpencil tidak tertinggal, pemerintah menyiapkan berbagai strategi. “Kami bekerja sama dengan PLN untuk menyediakan panel surya bagi sekolah yang belum punya listrik. Untuk sekolah tanpa internet, kami berikan perangkat tambahan agar tetap terhubung. Bahkan konten interaktif bisa diakses tanpa internet melalui penyimpanan eksternal yang disiapkan khusus,” jelas Gogot.
Digitalisasi Pembelajaran tidak sekadar menghadirkan perangkat, tetapi juga mencakup konten interaktif serta pendampingan guru. “Ini satu paket. Tidak cukup hanya alat tanpa konten, atau konten tanpa pendampingan. Semuanya terintegrasi,” tambah Gogot.
Selain itu, guru juga mendapat pelatihan berlapis, mulai dari pelatihan langsung, webinar, pengimbasan antarguru, hingga modul belajar mandiri di platform digital kementerian. Pemerintah pun memastikan distribusi perangkat berjalan transparan melalui tiga lapis verifikasi: Data Pokok Pendidikan (Dapodik), validasi dinas, serta pernyataan kesediaan dari sekolah penerima.
Guru SMP Negeri 86 Jakarta, Haryanto, menjadi salah satu yang merasakan manfaatnya. Menurutnya, Papan Interaktif Pintar telah mengubah suasana kelas menjadi lebih hidup. “Anak-anak jadi lebih antusias karena format belajarnya variatif. Mereka yang tadinya malu untuk maju, sekarang berani karena merasa bermain sekaligus belajar,” ujarnya.
Ia juga memanfaatkan platform Ruang Murid yang berisi materi dari SD hingga SMA/SMK, lengkap dengan video, buku digital, laboratorium maya, hingga gim edukasi. “Ketika membahas topik perundungan (bullying), saya bisa langsung menampilkan video dari platform, menambahkan gambar dari internet, lalu anak-anak diminta menjelaskan di papan. Mereka excited sekali, seolah-olah jadi tutor sebaya,” katanya.
Menurut Haryanto, teknologi justru memperkuat peran guru. “Alat ini ibarat ‘jembatan’. Guru tetap kunci, tapi kini punya banyak cara untuk membuat kelas lebih menarik, mendalam, dan menyenangkan,” jelasnya.
Bahkan murid pun ikut merasakan perubahan. “Murid saya bahkan nyeletuk, ‘Pak, besok kita ke sini lagi ya.’ Itu artinya mereka senang dan merasa belajar jadi lebih seru,” tambahnya.
Program Digitalisasi Pembelajaran kini dipandang sebagai pilar penting Pendidikan Bermutu untuk Semua. Pilar inklusif menegaskan layanan merata tanpa kesenjangan, pilar adaptif mendorong adopsi teknologi dan keterampilan abad 21, sedangkan pilar partisipatif membuka ruang kontribusi guru dan komunitas dalam mengembangkan konten. “Dengan digitalisasi, kita ingin menutup learning loss, memperkuat literasi, sekaligus menyiapkan generasi yang siap menghadapi tantangan zaman. Anak-anak kita tidak boleh tertinggal dari perkembangan teknologi dunia,” pungkas Gogot.