LANGSA (Waspada); Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) Dosen Universitas Samudra (UNSAM) Langsa melaksanakan penerapan Crabbing Apartment pada usaha pembesaran dan pematangan telur kepiting bakau (Scylla Spp) guna mendukung ekonomi sirkular kelompok “Laot Berjaya” Kecamatan Seuruway Kabupaten Aceh Tamiang.
Ketua Tim PKM Fairus, S.Pd, M.Pd dari Fakultas Teknik kepada Waspada, Jumat (30/8) didampingi anggotanya Dr. Agus Putra AS, S.Pi, M.Sc dari Fakultas Pertanian dengan keahlian akuakultur (Budidaya Perairan), Dr. Afrah Junita, SE, Ak, M.Pd dari Fakultas Ekonomi dengan keahlian akuntansi menyampaikan, usaha pembesaran dan pematangan telur kepiting bakau pada Pokdakan “Laot Berjaya” ini sudah dirintis mitra sejak tahun 2020.
Sehingga, pada tahun 2021 Aceh Tamiang mengalami bencana alam berupa banjir besar sehingga hasil budidaya kepiting mitra rusak, hilang dan hanyut ke laut. Berdasarkan masalah tersebut dan persoalan lainnya tim PKM DRTPM Kemdikbudristek memberikan solusi berupa, edukasi kepada Pokdakan “Laot Berjaya.”
Adapun solusi dan edukasi yang diberikan tentang teknologi budidaya pembesaran dan pematangan telur kepiting bakau yang baik dan benar melalui sosialisasi dan pendampingan. Memberikan pelatihan pembuatan Crabbing Apartment dengan praktek langsung yaitu, melatih keterampilan mitra dalam pembuatan keramba Crabbing Apartment.
“Memberikan edukasi kepada mitra mengenai ekonomi sirkular, dimana modal atau aset pokdakan berputar dan hasil atau pendapatan yang di peroleh dibagi bersama sesuai dengan porsi masing-masing. Melatih mitra membuat catatan keuangan sederhana dimana arus kas tercatat dengan jelas, akurat dan transparan sehingga efesiensi operasional dapat ditingkatkan,” jelasnya.
Sementara, Tim PKM DRTPM Kemendikbudritek Dr. Agus Putra AS, S.Pi, M.Sc menambahkan, penggunaan keramba kepiting bakau yang kurang efektif dan efisien telah menimbulkan masalah serius dalam usaha pembesaran dan pematangan telur kepiting pada Pokdakan “Laot Berjaya”. Keramba yang digunakan oleh mitra sudah dalam kondisi rusak dan sebagian besar telah hanyut akibat banjir besar.
Selain itu, keramba yang digunakan masih bersifat tradisional, sehingga saat hujan atau banjir, kepiting yang dibudidayakan bisa keluar dari keramba dan hanyut ke laut. Keramba milik mitra juga berukuran kecil, yakni 2 x 2 meter, dan hanya mampu menampung 30 ekor bibit kepiting.
Kondisi itu, menyebabkan mitra mengalami kerugian besar dan pendapatan yang tidak stabil. Oleh karena itu, dibutuhkan inovasi teknologi keramba yang lebih efektif dan efisien untuk meningkatkan usaha pembesaran dan pematangan telur kepiting bakau demi meningkatkan pendapatan Pokdakan, ujarnya.
Lebih lanjut Dr. Afrah Junita, SE, Ak, M.Pd menjelaskan bahwa Sebagian besar anggota Pokdakan “Laot Berjaya” bergantung pada pencarian kepiting sebagai mata pencaharian utama mereka. Namun, hasil tangkapan anak kepiting mereka tidak memadai, hanya sekitar 1-2 kilogram dengan harga Rp 30.000,00 per kilogram.
Situasi yang tidak menguntungkan ini menimbulkan kekhawatiran besar bagi anggota Pokdakan. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menerapkan ekonomi sirkular. Potensi anggota Pokdakan, yang sebagian besar merupakan pencari kepiting, dapat dimanfaatkan untuk mengatasi kelangkaan bibit kepiting.
Dalam sistem ini, hasil tangkapan kepiting dari anggota yang mencari kepiting disalurkan kepada penampung yang juga merupakan anggota Pokdakan. Setelah panen, seluruh anggota mendapatkan manfaat atau bagi hasil (mudhorabah). Dengan pencatatan keuangan yang sederhana, di mana pertanggungjawaban keuangan tercatat secara jelas, akurat, dan transparan, efisiensi operasional dapat meningkat.
Jadi, hasil dari kegiatan PKM DRTPM Kemendikbudristek ini menunjukkan bahwa mitra mengalami peningkatan pemahaman tentang teknologi pembesaran dan pematangan telur kepiting bakau, memahami dan terampil cara membuat Crabbing Apartment, memahami tentang ekonomi sirkular, memahami cara pembuatan catatan keuangan sederhana, imbuhnya. (b24)











