Scroll Untuk Membaca

Pendidikan

Kolaborasi Guru, Orang Tua, dan Masyarakat Jadi Kunci Sukses Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat

Kolaborasi Guru, Orang Tua, dan Masyarakat Jadi Kunci Sukses Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat
Kolaborasi Guru, Orang Tua, dan Masyarakat Jadi Kunci Sukses Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat.
Kecil Besar
14px

JAKARTA (Waspada.id): Pembentukan karakter peserta didik tidak bisa dilakukan sekolah seorang diri. Peran aktif orang tua dan masyarakat justru menjadi kunci keberhasilan implementasi Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat (G7KAIH). Pesan ini mengemuka dalam kegiatan Fasilitasi dan Advokasi Kebijakan Penguatan Karakter yang digelar Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) melalui Pusat Penguatan Karakter di Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Jawa Tengah, Selasa (30/9/2025).

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah, Sadimin, menegaskan bahwa pembentukan karakter anak membutuhkan sinergi guru, kepala sekolah, dan orang tua. “Pembentukan karakter hanya akan berhasil jika ada komunikasi terbuka antara guru, kepala sekolah, dan orang tua. Anak bukanlah pendengar yang baik, tetapi peniru yang ulung. Kalau bapaknya pegang HP, ibunya pegang HP, pasti anaknya juga begitu. Karena itu, guru dan orang tua harus hadir sebagai teladan yang terkadang menjadi sahabat atau orang tua, kadang juga mengalah,” ujarnya.

Ia juga mencontohkan sejumlah praktik baik yang sudah dilakukan sekolah di Jawa Tengah, mulai dari program PARWALI (parenting bersama wali murid), kolaborasi dengan pemerintah pusat dan daerah, NGO, hingga kerja sama dengan Dunia Usaha, Dunia Industri, dan Dunia Kerja (DUDIKA). Sekolah bahkan menggandeng pihak luar melalui program Koramil Goes to School, Police Goes to School, Puskesmas Goes to School, hingga Orang Tua Mengajar.

Senada dengan itu, Kepala SD Sarawadari III, Layla Tulipadria, menekankan bahwa keberhasilan karakter tidak bisa terjadi secara instan, melainkan melalui pembiasaan konsisten setiap hari. Rutinitas doa, salat dhuha berjamaah, olahraga bersama, literasi pagi, hingga festival permainan tradisional menjadi bagian dari strategi penanaman karakter. “Anak hebat itu tidak tercipta dalam semalam, melainkan dibentuk dari rutinitas baik yang dilakukan dengan konsisten melalui Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat,” jelasnya.

Sekolah ini bahkan melibatkan orang tua, tokoh masyarakat, hingga media sosial untuk membanjiri ruang digital dengan hal-hal positif. Berbagai inovasi seperti koin literasi, proyek Ayo Cintai Permainan Tradisional, hingga program Saga Berbagi dan Saga Peduli berhasil membawa SDN Sarawadari III meraih penghargaan Sekolah Sadar Literasi Numerasi dari Ditjen PAUD Dikdasmen dan ditetapkan sebagai Sahabat Sekolah Dasar 2025.

Sementara itu, Kepala BBPMP Jawa Tengah, Nugraheni Triastuti, menegaskan pihaknya terus mendampingi sekolah melalui sosialisasi, diskusi lintas sektor, advokasi bagi pengawas, hingga pendampingan lapangan. “Kami juga melaksanakan workshop penyusunan media internalisasi 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat. Dalam kegiatan ini, adik-adik dari jenjang SD ikut menyusun media interaktif untuk memperkuat internalisasi gerakan tersebut,” paparnya.

Dengan rangkaian praktik baik itu, Nugraheni berharap G7KAIH dapat menjadi inspirasi bagi satuan pendidikan lain. “Semoga praktik baik ini menjadi inspirasi sekaligus bahan refleksi bersama dalam penguatan karakter di satuan pendidikan. Karena pada akhirnya, anak hebat lahir dari pembiasaan baik yang dijaga bersama,” pungkas Layla.

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE