Di Tiongkok, pemerintahnya mewajibkan setiap kampus harus memiliki kantin halal sebagai bentuk menghargai mahasiswa atau mahasiswi muslim.
Saat memasuki kompleks Universitas Fudan di Yangpu Shanghai , Tiongkok, terlihat sangat asri dengan banyak pepohonan dan terlihat lalu lalang mahasiswa yang berjalan dan menaiki sepeda.
Rombongan jurnalis dari Medan yang berkunjung atas undangan Konsulat Jenderal Republik Rakyat Tiongkok (RRT) di Medan, Sabtu (2/8), di depan salah satu gedung utama Universitas Fudan diterima mahasiswa asal Indonesia, Panggih Prabowo atau lebih sering dipanggil Panji.
Rombongan pun dibawa ke dalam ruangan yang menampilkan sejarah Universitas Fudan yang dipaparkan staf perwakilan Associate Professor Institute of Internasional Studies Universitas Fudan, Xue Song. Didampingi Panji yang membantu sebagai penerjemah, rombongan diberi penjelasan sejarah berdirinya Universitas Fudan Shanghai Tiongkok pada 27 Desember 1905 di Shanghai oleh Ma Xiangbo, seorang cendekiawan Katolik yang terinspirasi oleh nilai-nilai pendidikan Barat dan Tiongkok.
Untuk kata Fudan diambil dari kitab klasik Confucius, Shangshu yakni Cahaya matahari dan bulan bersinar terus-menerus, hari demi hari terbit kembali”. Arti nama ini mencerminkan harapan akan pembaruan terus-menerus dalam pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Pada Tahun 1917, sekolah ini resmi menjadi universitas, berganti nama menjadi Fudan University. Menjadi institusi pendidikan tinggi swasta terkemuka yang mengintegrasikan pendidikan Barat dan nilai-nilai tradisional Tiongkok.
Pada masa perang Tiongkok-Jepang, Fudan dipindahkan ke pedalaman dan bergabung dalam pembentukan United University di Chongqing bersama beberapa universitas besar lainnya. Setelah berdirinya Republik Rakyat Tiongkok pada 1949, Fudan dijadikan universitas negeri oleh pemerintah baru. Seiring waktu, Fudan berkembang menjadi universitas komprehensif dengan berbagai fakultas.
Universitas Fudan kini merupakan salahsatu Universitas terbaik di Tiongkok dan Asia serta menempati peringkat ke 34 universitas di dunia. Memiliki sekitar 45.000 mahasiswa termasuk ribuan mahasiswa internasional; menawarkan program S1, S2, dan S3 dalam bahasa Mandarin dan Inggris.
Pada 2000, Fudan University bergabung dengan Shanghai Medical University, yang semakin memperkuat posisinya sebagai universitas penelitiankomprehensif dengan kekuatan dibidang ilmu pengetahuan alam, sosial,kedokteran, dan humaniora.Fudan memiliki empat kampus utama di Shanghai. Universitas ini dikenal karena lingkungan akademik yang kuatdan kontribusinya dalam riset internasional. Banyak alumni Fudan telah menjadi tokoh penting di bidang politik,akademik, dan bisnis di Tiongkok maupun internasional. Bahkan lulusan Fudan bisa mendapat kerja yang baik di Tiongkok maupun di negara-negara internasional lainnya.
Saat ini jumlah pelajar Indonesia yang kuliah di Tiongkok memang tidak terlalu banyak. Untuk bisa kuliah di Universitas Fudan, Panji bercerita bisa diperoleh beasiswa dari ASEAN-China Young Leaders Scholarship (ACYLS), Chinese Government Scholarship, Shanghai Governent Scholarship dan Beasiswa daei Fudan University. Namun bisa juga mandiri dengan biaya kuliah sekitar Rp 100 juta pertahun belum termasuk asrama dan biaya makan.
“Saya lulus S2 tahun 2018. Kemudian dapat beasiswa lagi dari ASEAN-ChinaYoung Leaders Scholarship (ACYLS) untuk S3 jurusan Hubungan Internasional,” ujar Panji.
Untuk alasan kuliah di Tiongkok, Panji mengungkapkan bahwa pola pikir masyarakat Indonesia khususnya pola pikir pelajar Indonesia terhadap Tiongkok harus diubah. Soal agama, bukan halangan besar bagi seorang muslim untuk belajar dan kuliah di Tiongkok apalagi Shanghai yang menjadi tempatnya menimba ilmu. Di Tiongkok, pemerintahnya mewajibkan setiap kampus harus memiliki kantin halal sebagai bentuk menghargai mahasiswa atau mahasiswi muslim. Begitu juga dengan warganya yang muslim, di Shanghai cukup banyak muslimnya. “Kalau di dekat kampus itu banyak makanan yang halal. Masjid juga 15 menit naik sepeda ada,” kata dosen di Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin yang kini cuti sebagai ASN.
Menurut Panji, saat ini di Tiongkok sudah ada jurusan bidang Artificial Intelligence (AI). Tiongkok begitu cepat berubah dalam hal perkembangan teknologi maupun pendidikan. “Sekarang, teknologi dan pendidikan mulai bergeser China. Mereka sudah leading untuk teknologi. Tiongkok juga semakin berpengaruh. Setiap tahun mereka selalu memperbaiki kualitas jurusan dan pendidikan. Jadi jurusan AI itu kurikulumnya sudah dibentuk beberapatahun lalu. Di Indonesia kurikulumnya saja belum dibentuk,” ujarnya sembari menegaskan bahwa di dalam kelas saat belajar juga tidak ada upaya-upaya pemerintah Tiongkok mengadvokasi paham-paham komunis.
yuni naibaho